Lunch with Evil

122 10 3
                                    

Author POV

Andira langsung menenggelamkan wajahnya di meja saat mendengar bel istirahat. Gina yang sedang memberesi bukunya, memandangi Andira heran. Biasanya Andira selalu semangat saat istirahat meski kadang ia harus bekerja di ruang osis. Tapi itu tak menyurut kebahagiannya, karena biasanya Fian pasti akan membelikannya makanan enak.

" Kau tidak ingin ke kantin?" Tanya Gina melihat Andira yang tak beranjak dari tempatnya sedikit pun.

" Sepertinya aku benar-benar tidak akan ke Eropa tahun ini" Keluh Andira.

" Seandainya kakekku sedermawan kakek Fian. Aku pasti tidak akan semenderita ini. Harus menabung bertahun-tahun demi bisa ke Eropa" Lanjut Andira sambil menerawang.

" Ini semua karena Evil itu. Berani-beraninya dia menjebakku dan membuatku harus membayar makan siangnya selama dua bulan" Kata Andira, mengepalkan tangannya.

Baru saja Gina ingin menanggapi Andira, saat tiba-tiba ia melihat Alfa celingak-celinguk di depan kelas mereka. Sampai kemudian, ia melihat ke arah Andira.

" Ra... orang yang kau bicarakan bukan itu?" Kata Gina sambil menunjuk ke arah pintu kelas.

Mendengar kata-kata Gina, refleks Andira menoleh. Matanya langsung membulat melihat Alfa yang sedang melihat ke arahnya. Detik berikutnya ia menyembunyikan wajahnya dibalik buku.

" Sudah terlambat lagi. Dia sudah melihatmu" Sahut Gina melihat tingkah sahabatnya tersebut.

Dengan wajah ditekuk, Andira berdiri. Ia melihat kea rah Alfa yang malah kini melambaikan tangannya dengan senyum menyebalkannya. Melihat Andira seperti itu, Gina kasihan juga. Ia pun memberikan sebuah ide pada Andira.

@@@

" Kau lesbian ya?" Kata Alfa saat ia dan Andira berjalan menuju kantin.

" Ah?" Andira yang tadi sibuk memikirkan sesuatu, menoleh ke Alfa.

" Tadi... pake acara peluk-pelukkan. Kau suka sesama jenis?" Kata Alfa mengingat tadi sebelum Andira meninggalkan kelas. Ia berteriak senang dan memeluk cewek yang berambut di atas bahu tadi.

" Aw!!!" Jerit Alfa karena Andira menginjak kakinya dengan keras.

" Jangan sembarangan bicara. Aku ini masih normal. Dia itu tadi sahabatku" Ketus Andira.

" Nggak perlu pakai kaki juga kan jawabnya" Kesal Alfa.

" Kau sendiri yang cari masalah"

Tak lama kemudian mereka telah sampai di kantin. Alfa memperhatikan suasana kantin tersebut yang jauh dari perkiraannya.

" Hai... mau sampai kapan kau berdiri di situ? Kau tidak ingin makan?" Kata Andira kesal karena harus kembali ke Alfa yang sejak tadi hanya berdiri di depan kantin.

" Tidak ada kantin yang lebih bagus apa dari ini?" Komentar Alfa.

" Kemarin kau kayaknya makan di kantin yang lebih bagus dari ini" Lanjut Alfa.

" Uangku mana cukup untuk membayar makan kita berdua kalau makan di sana. Aku saja ke sana makannya dibayarin"

" Kau kan hanya perlu membayar makanku saja"

" Kau pikir Cuma kau saja yang mau hidup? Sekarang kau pilih mau makan di sini atau tidak sama sekali? Dan juga ingat, tidak boleh lebih dari 25 ribu"

" Apa?? 25 ribu? Mau makan apa dengan uang segitu?"

" Di sini makanannya murah dan dijamin enak. Uang segitu bisa kau pake pesan bakso atau mie ayam plus jus jeruk di sini. Dijamin kau pasti kenyang"

High heels vs Sepatu ketsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang