Happy reading, guys. Jangan lupa sempatkan vote dan commentnya.
Author POV
Andira memasuki rumahnya dengan langkah sepelan mungkin. Ia bahkan menahan nafas saat mengintip ke ruang tamu dan menghembuskan nafas lega saat melihat tak ada satu pun keluarganya di ruangan tersebut. Andira pun melanjutkan langkahnya, tinggal ruang keluarga yang harus ia lewati. Dan seperti dugaannya, di ruang keluarga mama dan omanya terlihat sedang bicara, kakaknya Bian bahkan juga ada di sana. Ia yakin mereka pasti sedang membicarakan kejadian di pesta tadi. Tapi ia tak mempedulikan hal tersebut karena saat ini ia hanya perlu untuk tak ketemu dengan mereka. Dan jika ia bisa melewati ruangan tersebut ia bisa selamat menaiki tangga menuju kamarnya.
" Non Andira? Kenapa non ...?" Sapa salah satu pelayan yang berdiri tak jauh Andira.
Andira langsung menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, menyuruh pelayan tersebut diam. Namun sepertinya terlambat karena Andira dapat melihat mama, oma, dan kakaknya sedang melihat ke arahnya.
" Aku pulang, oma, ma" Sapa Andira memaksakan tersenyum.
" Darimana saja kamu?" Tanya mamanya sarkatis.
" Itu..."
" Ma, udahlah. Andira kan baru pulang, biarkan dia istirahat dulu" Bela Bima dan inilah alasan Andira sangat menyukai kakaknya tersebut. Kakaknya itu benar-benar kakak terbaik di dunia yang akan selalu membelanya.
" Tapi..."
" Mama lupa apa tadi kata kakek?" Tegur Bian pelan yang ternyata sangat ampuh membuat mamanya bungkam. Andira sampai tak percaya apa yang dilihatnya. Mamanya bukanlah tipe orang yang bisa dibuat diam begitu saja apalagi saat ia marah.
" Ra, lebih baik kau pergi istirahat sekarang. Besok kau kan harus ke sekolah"
" Ah? I... iya. Aku naik ke atas dulu ya, ma, oma" Pamit Andira dan langsung kabur ke kamarnya.
Ketika di kamarnya, Andira masih tak percaya apa yang baru saja terjadi. Mama dan omanya tak memarahinya setelah ia kabur dari Fian. Ia ingat betul bagaimana mereka sangat murka saat ia meninggalkan Fian di restaurant tempat acara makan siang mereka dan pulang sendiri. Mama dan omanya bahkan sampai sejam lebih memarahinya. Tapi tadi...
" Dek... aku boleh masuk nggak? Kau belum tidur kan?"
Andira langsung berjalan menuju pintu. satu-satunya yang bisa menjawab keanehan di rumahnya cumalah kakaknya.
" Kak Bian..." Kata Andira sesaat setelah ia membuka pintu.
" Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan" Potong Bian.
" Tapi sebelumnya, ini dari Fian. Katanya kau melupakannya di pesta tadi" Bian memberikan Andira tas yang tadi ia lupa di pesta.
Andira menerima tas tersebut dengan wajah aneh.
" Hm... bagaimana Fian tadi, kak? Apa dia terlihat sangat marah?" Tanya Andira ragu-ragu.
" Aku tidak tahu. Kau tahu kan? Sulit untuk membaca ekspresi di wajahnya itu" Jawab Bian yang langsung dianggukan Andira.
" Tapi ia terlihat sangat aneh tadi. Aku tidak tahu pasti, tapi aku yakin tadi itu bukan ekspresi marah" Kata Bian yang kembali mengingat bagaimana ekspresi Fian waktu menyapanya ddi pesta.
" Oh... hm... lupakan tentang dia. Kakak tahu kenapa mama dan oma seperti tadi? Dan di mana kakek sekarang? Apa menurutku kak Bian, kakek mendengar apa yang tadi aku bilang di pesta?"
" Sepertinya kakek mendengarnya karena dia berdiri tepat di belakangmu"
" Apaaa???" Pekik Andira terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...