Alfa pov
Jadi begini orang yang hampir diculik??? Bagaimana bisa orang baru saja hampir diculik, kini berlari-lari kecil di taman tanpa beban sama sekali?? Setahuku, orang yang hampir diculik harusnya sekarang terdiam ketakutan atau menangis ketakutan, atau apa pun itu yang jelas bukan tersenyum riang seperti cewek itu seolah baru saja keluar dari kandangnya. Kecuali jika orang itu orang gila. Gila? Ya, kurasa cewek itu memang gila dan ia baru saja keluar dari RSJ. Ckckck... malang sekali nasibmu hidup di Indonesia Alfa.
Setelah memandangi taman dan para pengunjung taman ini dengan ekspresi noraknya. Bayangin aja tarzan yang sedang melihat tv, nah... kurang lebih seperti itu ekspresi cewek gila itu sekarang. Tiba-tiba saja cewek gila itu berpaling padaku dan berjalan menuju...ku sambil mengangkat gaunnya yang kepanjangannya. Ugh.. norak sekali.
Rasanya ingin menenggelamkan diriku di dasar bumi saat cewek gila itu berdiri di depanku. Tidak! seharusnya cewek gila ini yang kutenggelamkan. Bagaimana bisa ia mempermalukanku seperti ini?. Tapi tunggu, sepertinya aku salah prediksi. Kaum adam di taman ini justru memandangi cewek gila ini dengan "minat". Minat? Bagaimana bisa...?
Hmhm... kurasa kaum adam di taman ini cukup waras jika melihat cewek gila ini dengan pandangan seperti itu. Diluar tingkah gilanya, setelah diperhatikan dan ditelaah dengan baik, cewek gila ini... cantik. Ya, cantik. Ia punya tinggi yang kuyakin akan lolos jadi model, tubuhnya juga bagus, tidak terlalu berlekuk sich... tapi... cukuplah. Wajahnya cantik dengan bola matanya yang besar dan bersinar, bibir atasnya sedikit lebih tebal dibandingkan yang di bawah. Dua kombinasi yang membuatnya terlihat cute.
Tapi tunggu, kenapa aku terlalu fokus pada muka cewek gila ini? Seharusnya aku kan fokus pada senyum cewek gila ini. Senyum yang sepertinya menyimpan ide gila yang kuyakin pasti berdampak buruk padaku.
" Apa?" Kataku dengan wajah galak. Ya, cewek seperti ini harus dihadapi dengan cara seperti ini.
" Hehehe... beliin aku gulali dong" Katanya dengan wajah yang dibuat sok manis.
" Dan kenapa aku harus melaksanakan permintaanmu??! Aku bukan bapakmu, budakmu, atau... "
" Karena kau orang baik" sahut cewek gila itu dengan muka polosnya.
" What??!"
Cewek gila itu masih memasang wajah polosnya menatapku dengan senyumnya, menatapku penuh harap. Ok, i'm lost.
@@@
" thanks ya udah beliin aku. Ini enak banget. Mau?" Ucapnya sambil menikmati gulalinya. Aku dan cewek gila ini kini duduk di salah satu kursi di taman.
"Tadi kau bilang ada yang kau lupa di taman ini?" Tanyaku tanpa mempedulikan perkataannya.
"Ah?? Itu... hm. Sebenarnya... "
" Jadi, kau bohong??!" Kataku tak bisa menahan emosi dan tak ingin menahannya.
" Itu... maafkan aku. Aku cuma ingin jalan-jalan di taman ini dengan bebas" katanya dengan wajah menunduk. Cih... dia pikir aku akan tertipu lagi.
" Dan jangan bilang, kau juga berbohong soal penculikan itu?" Dan cewek itu menunduk.
" Oh... bagus. Aku benar-benar ditipu olehmu" ucapku sambil memegang pelipisku.
" Sorry. Aku nggak bermaksud gitu. Orang tuaku terlalu posesif, aku nggak pernah dibolehin pergi tanpa pengawasan bodyguard... karena itu... "
"Dan kau pikir aku akan percaya?" Potongku, menatapnya tajam. Ia memandangiku dengan wajah bingung.
" Mungkin saja kau bohong. Mungkin saja kau sebenarnya habis mencuri tuh pakaian atau mungkin saja kau ini istri simpanan..."
Plaakk!! Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipiku. Berani-beraninya...
Aku menatap cewek itu penuh amarah, baru saja aku ingin memuntahkan amarahku, kulihat cewek itu menatapku marah dengan mata berkaca-kaca.
" Aku memang bohong sama kamu. Tapi aku tidak serendah yang kau pikirkan. Terima kasih karena kau telah membantuku tadi " dan cewek gila itu langsung pergi. Dan aku? Aku tentu saja tidak mengejarnya. Lebih baik aku pergi daripada berurusan sama cewek gila itu. Pipiku.. sakit. Tamparan cewek itu tidak main-main.
Saat aku berjalan pergi beberapa orang memperhatikanku dan saling berbisik. Bagus sekali cewek itu. Setelah membohongiku, menyusahkanku, menamparku, ia juga mempermalukanku. Demi apa pun, aku tidak akan mau lagi berurusan dengannya.
Baru saja beberapa meter dari taman, tiba-tiba aku melihat cewek gila itu dengan... 3 orang pria yang terlihat seperti preman. Aku memperlambat laju motorku dan memperhatikan mereka. Dari pengamatanku, 3 preman itu mengganggu cewek gila itu dilihat dari sikap mereka dan wajah tidak suka cewek gila itu. Apa aku harus menolongnya?
Oh tidak. Dia telah mempermalukanku. Anggap saja ini balasan untuknya. Dengan mantap. Aku melajukan motorku. Pergi. Apalagi?
@@@
" Kenapa kau berdiri di situ? Mau jadi pahlawan?" Kata salah satu dari mereka.
Ya...ya... aku kembali. Menolong cewek gila itu. Ia sekarang menempel-nempel padaku degan ekspresi ketakutan, yang kupikir tidak dimilikinya.
Aku dengan wajah datar dan menilai ketiga preman di depanku. Mereka bertiga, hanya satu yang memiliki badan besar yang lainnya standar, tapi sialnya salah satu dari mereka memegang pisau lipat. Jika aku melawan, kemungkinan besar aku akan menang. Tapi mungkin juga pisau lipat itu akan melukaiku. Jadi satu-satunya jalan adalah...
"Kau bisa lari?" Bisikku di dekat telinga cewek gila.
"Ah?"
Terlalu lama jika aku menunggu jawabannya. Dengan satu gerakan cepat, aku menendang preman yang berdiri paling depan. Seperti dugaanku, dengan formasi segitiga mereka, mereka terjatuh semua. Dan masih dengan gerakan cepat, aku menarik tangan cewek gila itu dan berlari. sebisa kami.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...