Perjanjian dengan Evil

119 6 2
                                    

Andira POV

Aku tak percaya saat melihat cowok itu ada di depanku, maksudku Alfa. Dia ada di sekolahku? Setahuku dia bukan siswa di sekolah ini, apa dia siswa baru?

Dan sepertinya bukan hanya aku saja yang terkejut, tapi Alfa juga sama terkejutnya denganku. Melihat bagaimana cara ia melihatku, seperti melihat hantu. Hm... maksudku seperti melihat bidadari.

" Kau?? Bagaimana bisa kau ada di sini?" Tanyaku, masih tak percaya.

" Apa kau tidak lihat aku pakai seragam? Aku siswa di sini" Jawabnya ketus, khas dirinya yang menyebalkan.

" Dan kau?! Bagaimana bisa kau sekolah di sini juga? Maksudku, bagaimana bisa takdirku seburuk ini? Belajar saja sudah membuatku benci sekolah dan dengan kehadiranmu bertambah lagi satu alasan aku membenci sekolah ini. Kalau bukan karena kakek itu, aku tidak akan mau sekolah di sini." Cerocosnya panjang lebar membuatku ingin sekali membungkam mulutnya dengan batu, jika aku bisa.

" Kenapa kau malah marah-marah denganku? Memangnya karena aku kau sekolah di sini? lagipula kalau ada yang harus marah di sini, itu adalah aku, karena aku yang duluan sekolah di sini" Belaku tak terima diomeli olehnya.

Si cowok menyebalkan itu memandangiku, seperti memikirkan sesuatu. Sepertinya ia menyadari kesalahannya.

" Kau benar. Aku mungkin tidak bisa mengubah takdir bahwa aku satu sekolah denganmu. Tapi kita masih membuat jarak di antara kita. Jadi, intinya kita berpura-pura saja tidak saling mengenal. Dan jangan pernah mencoba mendekatiku. Karena berada di dekatmu membuatku sial"

Ok. Sekarang aku benar-benar ingin menggantungnya hidup-hidup.

" Aku... mendekatimu? Hahaha.... Jangan mimpi! Kau tidak cukup menarik untukku. Tadinya aku ingin minta maaf atas apa yang kulakukan padamu dua hari yang lalu. Tapi melihat tingkahmu, aku pikir kau memang pantas mendapatkannya" Kesalku lalu melangkah pergi.

Namun baru saja aku melangkah, tiba-tiba seseorang menahan tanganku. Aku pun berbalik dan mendapati Alfa sedang memegang lenganku. Aku menatapnya kesal, sekarang apa lagi?

" Kau orang kaya kan?" Tanyanya tiba-tiba sambil memperhatikanku dari atas sampai bawah. Ada apa lagi ini?

" Maksudku... kau ingin minta maaf, kan?" Ucapnya sopan membuatku tanpa sadar membuka mulut tak percaya. Apa ia sedang kerasukan?

" Kau tahu apa yang kau lakukan dua hari lalu itu sangat salah. Kau tidak hanya buat aku malu di depan pelanggan kakekku tapi aku juga mendapat beberapa pukulan dari kakekku bahkan sampai sekarang masih ada bekasnya. Menurutku minta maaf saja tidak cukup..."

" Langsung ke intinya saja" Potongku sebelum Alfa tambah ngelantur.

" Sebagai permintaan maafmu, selama sebulan kau mentraktirku makan di kantin"

" Ap... Apa???"

" Untuk orang kaya sepertimu, tentu saja itu bukan apa-apa kan?"

Aku memandangi Alfa tak percaya. Baru beberapa detik lalu, ia bilang untuk menjauhinya. Dan sekarang ia malah minta aku mentraktirnya selama sebulan. Apa otaknya agak bergeser?

" Kau pikir aku mudah ditipu? Enak saja. Kenapa aku harus menuruti kemauan konyolmu itu?"

" Apa kau pikir luka ini tidak sakit? Dibandingkan apa yang kurasakan, apa yang kau lakukan itu tidak seberapa" Alfa lalu memperlihatkan tangannya yang lebam-lebam.

Awalnya aku mulai goyah melihat tangannya, tapi mengingat betapa menyebalkannya dirinya, aku tidak jadi kasihan padanya.

" Apa kau tidak dengar apa yang tadi kukatakan? Kau... memang... pantas... mendapatkannya" Alfa terlihat marah mendengar perkataanku, terlihat jelas dari wajahnya. dan aku menyukai itu.

High heels vs Sepatu ketsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang