Ini bukan soal matematika ya. Jangan kaget dengan sub judulnya :D
Happy reading !!!
Andira POV
Aku sedang menikmati kue yang tadi diberikan Joe, tanpa menawarkannya pada seseorang yang duduk di sampingku. Ya, meski dia sudah berbaik hati membawakanku minuman. Tapi percuma saja juga kalau aku menawarinya cake coklat ini, karena aku tahu betul dia tidak suka makanan yang manis-manis. Padahal kalau dipikir-pikir sayang juga ya, karena kakeknya adalah salah satu pemilik perusahaan coklat terbesar di Indonesia. Ia bisa saja makan coklat sepuasnya tapi ia malah tidak menyukainya.
" Bagaimana kau bisa mengenal teman kecil Kiana?" Kata Fian memecah keheningan diantara kita.
Aku menoleh, melihat Fian dengan wajah bingung. Aku mengenal teman kecil Kiana? Kiana saja aku tidak kenal betul. Aku hanya tahu kalau dia itu adalah putri sekolah ini dan termasuk salah satu cewek tercantik di sekolah ini. Hanya itu.
" Cowok yang kau temani masuk di ruang BK"
Aku kadang kesal kalau bicara dengan Fian. Bukannya apa, kalau ngomong tuh suka setengah-setengah dan kata-katanya itu tersirat. Dia pikir otak semua orang sama apa dengannya. Aku pun mulai memutar otakku, memikirkan siapa yang kutemani masuk di ruang BK. Dan sepertinya tidak sedikit karena aku bahkan lupa siapa-siapa orangnya. Sampai kemudian aku teringat sebuah nama.
" Maksudmu Alfa?" Sahutku senang yang akhirnya bisa menebaknya dengan benar. Fian malah menatapku dengan ekspresi yang sulit kumengerti.
" Aku hanya tidak sengaja bertemu dengannya di jalan. Tidak penting juga. Aku bahkan menyesal mengenalnya" Kataku emosi, kembali mengingat saat-saat Alfa menggigit baksoku.
Sampai kemudian aku menyadari sesuatu, " Jadi dia temannya Kiana? Wah kok bisa ya? Kiana pasti menyesal punya teman kecil seperti Alfa kalau tahu kelakuannya seperti itu" Kataku.
" Alfa itu..."
" Ulangan matematikamu dapat 37 kan?" Potong Fian tiba-tiba.
" Ah?? Bagaimana kau tahu?" Tanyaku cemas.
" Apa sebenarnya isi otakmu itu? Bagaimana bisa kau mendapat nilai seperti itu?"
" Itu kan hanya ulangan harian. Lagipula bukan hanya aku yang mendapat nilai seperti itu, bahkan ada kok temanku yang dapat nilai di bawahku"
" Dan kau bangga dengan itu?" Sindir Fian.
" Iya iya, aku tahu aku ini bodoh"
" Tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas" Potong Fian.
" Iya. Aku memang tidak belajar hari itu. Tapi aku janji di pengulangan berikutnya aku akan belajar giat. Tapi kau jangan beritahu kakekku ya? Bisa-bisa uang jajanku habis dipotongnya" Ucapku dengan wajah memohon.
Fian terlihat sedang berpikir sedang aku langsung berdoa dalam hati semoga saat ini malaikat sedang merasukinya bukannya jin jahat.
" Baik. Tapi aku akan mengajarimu. Kau telah membuatku malu karena nilaimu itu. bagaimana aku bisa punya tunangan sepertimu?" Kata Fian dengan pandangan merendahkannya.
Sabar, Andira. Sabar. Orang sabar disayang Tuhan.
" Nanti sore aku akan ke rumahmu. Lebih baik kau persiapkan otakmu itu" Kata Fian sadis. Aku hanya mencibir. Sampai kemudian aku teringat sesuatu.
" Lebih baik aku saja yang ke rumahmu" Kataku, berdiri cepat. Fian menatapku bingung.
" Hm... kau tahu kan, bagaimana radar oma dan mamaku? Mereka pasti akan langsung curiga melihatku tiba-tiba mau belajar denganmu. Kalo di rumahmu kan aku bisa kasih alasan ingin mengunjungi Fika" Ucapku dan kembali berdoa dalam hati semoga malaikat kembali merasuki Fian.
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...