Andira memutar matanya dengan malas saat mendengar mamanya mengulang-ngulang perkataannya sejak tadi bahwa ia harus menjemput Fian. Saat ini Andira sedang memilih liptint yang berderet di depannya dengan merek-merek terkenal baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Hasil belanjaan mamanya, tentu saja. Karena ia tak akan mungkin mau menghabiskan puluhan juta hanya untuk make up yang pada akhirnya akan berakhir sebagai pajangan di meja riasnya kecuali parfum, satu-satunya item cewek yang ia sukai.
" Pakai yang warna soft pink supaya kamu terlihat segar. Fian kan baru pulang dari Jerman, jangan sampai kamu terlihat pucat di depannya" Kata mama Andira sambil mengamati Andira.
" Iya, ma" Kata Andira pasrah lalu mengambil sebuah liptint sesuai dengan anjuran mamanya.
" Bukan yang itu. Itu warnanya terlalu muda. Pakai yang dibawakan tante Rita dari korea, yang tempatnya warna putih"
" Yang mana sich, ma? Pakai sembarang aja ya. Lagian Andira cuma ke bandara buat jemput Fian juga"
" Walaupun cuma ke bandara, kau tetap harus tampil fresh dan stylish" Kata oma Andira yang masuk ke kamar Andira bersama dengan salah satu pembantunya yang sedang membawa 3 dress baju yang Andira yakin baru saja di pesan omanya dari butik langganannya.
" Sekarang kamu pilih mau pakai yang mana? Ini dress keluaran terbaru. Kalau oma lebih suka yang warna peach, simple namun elegant" Kata Oma Andira.
" Oma, Andira pakai ini aja ya? Ini juga udah bagus kok, lagipula kan cuma ke bandara sebentar" Tolak Andira dengan wajah memohon.
" Tidak, Andira. Kamu harus pakai salah satu dari dress itu. Kamu tidak tahu kamu akan bertemu dengan siapa di sana. Di bandara, kamu mungkin saja bertemu dengan wanita-wanita yang membicarakanmu di pesta waktu itu. Apa kamu mau dihina lagi sama mereka dengan penampilanmu seperti itu?" Kata oma Andira dengan tegas. Andira pun akhirnya hanya tertunduk.
" Iya, sayang. Lagipula Fian baru saja dari Jerman, di sana ia pasti ketemu cewek-cewek Jerman yang cantik-cantik. Kamu harus menunjukkan kalau kamu lebih cantik dari mereka" Bujuk mama Andira.
" Dress-dress itu sangat cocok dipakai ke Bandara kok. Mama lihat di korea sana banyak yang berpenampilan seperti itu"
" Masalahnya aku bukannya mau ke bandara... tapi ke lapangan basket" Kata Andira dalam hati sambil melihat dress-dress yang dipegang pembantunya dengan tatapan nanar.
___
" Nanti berhenti di toko arsitektur di seberang jalan ya. Kak Bian nitip sesuatu sama aku tadi" Kata Andira pada sopirnya saat dalam perjalanan menuju bandara.
" Maaf, non. Nyonya muda sudah berpesan kalau kita langsung ke bandara"
" Apa sekarang kau mau membantahku?" Kata Andira marah.
" Maaf, non. Tapi nyonya muda memang sudah berpesan seperti itu. Kami tidak berani membantah beliau" Kata bodyguard Andira.
Andira tampak menghela nafas menahan kesal.
" Apa kalian tahu bagaimana kakakku kalau marah? Meski ia terlihat ramah tapi percayalah kalau dia marah dia bisa semenyeramkan kakekku. Apalagi ini menyangkut gambarnya yang mau ia kumpul besok, ia pasti marah besar kalau gambarnya tidak selesai hanya karena aku tidak membelikan pesanannya" Kata Andira berusaha menakut-nakuti sopir dan bodyguardnya.
" Baiklah. Kalau kalian tidak percaya, aku akan telpon kak Bian sekarang" Kata Andira kemudian mengeluarkan hpnya.
Sopir dan bodyguardnya tampak memperhatikan Andira, wajah mereka terlihat mulai khawatir. Andira tampak memencet layar hpnya dan kemudian menempelkannya di telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...