Author POV
Andira melambaikan tangannya penuh keceriaan saat melihat kakeknya berjalan keluar bandara dengan dua bodyguard di sisi kiri kanannya. Melihat cucunya, Asyraf langsung menghampiri Andira dan memeluknya. Saat seperti inilah, Andira merasa Asyraf bertindak seperti layaknya seorang kakek. Hal yang jarang ia tunjukkan jika ia sudah berubah menjadi serius apalagi marah.
" Jadi, kakek membawakanku apa dari Dubai?" Kata Andira manja sambil bergelayut di lengan pria yang umurnya sudah lebih dari setengah abad itu.
" Astaga... apa itu pertanyaanmu setelah lima hari tidak bertemu dengan kakekmu?" Kata kakek Andira terdengar marah namun ada nada jahil disela perkataannya.
" Apa kakek berharap aku bertanya soal bisnis kakek di sana? Aku bahkan tak mengerti apa pun" Sahut Andira dengan wajah masam.
" Makanya kau seharusnya belajar seperti kakakmu. Jangan hanya berharap pada Fian saja kalo kalian sudah menikah nanti"
Andira hanya sok mengangguk-angguk saja. Padahal dalam hati, dia sama sekali tak tertarik dengan apa yang dikatakan kakeknya. Saham, penerus, perusahaan, ia sama sekali tertarik dengan semua itu.
" Oh iya, Fian, terima kasih telah menjemputku. Aku tahu kalau bukan karena kau, anak nakal ini tidak akan ingat kalau kakeknya akan pulang hari ini" Kata Asyraf, menoleh ke arah Fian yang berjalan di sampingnya yang dibalas Fian dengan anggukan.
" Aku tahu ini semua rencana Fian, meski kalian tidak bilang. Jangan mencoba membohongi kakek" Kata Asyraf saat melihat Andira mau memprotes. Andira pun akhirnya hanya nyengir.
@@@
Andira sedang duduk manis di samping Fian yang sedang mengemudikan mobilnya, setelah mengantar kakeknya ke perusahaan. Meski telah lama mengenal kakeknya, ia sendiri masih heran melihat kakeknya yang sepertinya selalu punya baterai cadangan yang selalu full di tubuhnya. Tidak ada lelahnya sama sekali. Bukannya pulang istirahat, malah kembali ke perusahaan mengurus ini itu.
Andira sejak tadi hanya melirik lampu merah. Setelah kurang dari 5 detik lampu lalu lintas berubah jadi hijau, Andira membuka pintu.
" Thanks, karenamu aku tak perlu bertemu tante Renata hari ini" Kata Andira pada Fian lalu keluar dari mobil.
Ia melambaikan tangannya dengan semangat pada Fian yang menatapnya kesal. Mau tidak mau mobilnya harus jalan, karena beberapa mobil di belakang Fian mulai tak sabaran terdengar dari bunyi klakson mereka. Iseng, Andira melambaikan tangannya pada mobil di belakang Fian yang tak lain adalah bodyguard yang selalu mengikuti mereka.
" Jadi... dimana tujuanku sekarang?" Gumam Andira, tersenyum bahagia.
Ia akhirnya memutuskan berjalan-jalan sambil memikirkan kemana ia harus pergi. Saat sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia melihat sebuah kafe yang menarik perhatiannya di seberang jalan. Tanpa pikir panjang, ia berjalan menuju kafe tersebut.
" Selamat datang di Kafe GreenWhite" Sapa seorang pelayan wanita sambil membukakan Andira pintu. Andira membalasnya dengan senyuman.
Andira mengamati isi bangunan restaurant tersebut. kesan pertamanya memasuki kafe tersebut ia menyukainya. Tak terlalu mewah namun itu justru membuatnya merasa nyaman. kafe tersebut didominasi warna putih dan hijau.
" Silahkan" Kata seorang pelayan meletakkan daftar menu di atas meja Andira.
" Thanks" Andira melihat daftar menu penuh antusias.
Tak beberapa lama Andira sudah tahu apa yang ingin di pesannya.
" Saya pesan..." Kata Andira yang tiba-tiba berhenti saat melihat siapa yang berdiri di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...