" Fian dan Kiana benar-benar cocok ya"
" Iya. Satunya cakep plus pintar. Satunya cantik dan anggun. Benar-benar pasangan serasi"
" Kalau boleh jujur ya, aku lebih suka liat Fian sama Kiana daripada sama Andira"
" Aku juga. Bad girl seperti Andira tak cocok dengan malaikat seperti Fian"
Aku langsung saja tersedak bakso yang kumakan saat mendengar kata "malaikat" sejajar dengan nama Fian. Astaga... Fian... malaikat? Mereka tidak tahu saja, Fian itu bahkan lebih kejam dari vampire penghisap darah dan pembunuh berdarah dingin.
" Kau ingin aku menunjukkan beberap jurus taekwondo pada mereka?" Tawar Gina dengan gaya cuek ala khas dirinya. Ia mungkin terdengar santai mengucapkan hal itu, tapi efeknya itu sangat berbahaya. Begitu-begitu Gina pemegang sabuk hitam di taekwondo.
" Tidak perlu. Aku sudah kebas dengan kata-kata seperti itu" ucapku yang dibalas Gina dengan mengangkat kedua bahunya.
Aku melihat sekilas ke arah Fian dan Kiana yang baru saja melewati kantin tempatku makan. Ya, dilihat darimana pun dua manusia itu memang sangat cocok. Kenapa bukan mereka saja sich yang dijodohkan? Jadi, aku bisa bebas.
Tak beberapa lama, sebuah pesan masuk di hpku. Dengan malas, aku membukanya. Ternyata dari Fian.
" apa kau sudah menemui anggota cheerleaders? "
Aku meletakkan hpku. Tanpa berniat sedikit pun membalasnya.
" Bukannya kemarin kau bilang Fian menyuruhmu menemui anggota cheerleaders?" Tanya Gina tiba-tiba.
" Sejak kapan aku begitu penurut padanya? Biar saja dia pusing sendiri" Jawabku menbayangkan Fian kesal karena kuabaikan. Hahaha... sekali-kali dia perlu dikerjai supaya dia tidak seenaknya memerintah
Lagi-lagi hpku bunyi menandakan sebuah pesan masuk. Kali ini aku sama sekali tak menghiraukannya. Tak membukanya pun aku sudah tahu siapa. Aku sendiri heran, padahal kulihat tadi ia bersama Kiana. Kenapa juga ia tidak menikmati saja waktunya dengan putri sekolah itu, bukannya malah menerorku dengan pesan.
@@@
Aku dan Gina sedang melangkah menuju kelas saat kurasakan sebuah tangan menarik kerah bajuku membuatku hampir terjatuh. Aku berbalik dengan jengkel mencari tahu siapa yang berani denganku. Oh oh seharusnya aku tahu satu-satunya yang dapat melakukan itu hanyalah Fian. Dan kini ia sedang menatapku dengan tatapan tajamnya, disampingnya berdiri Kiana.
" Kenapa kau tidak membalas pesanku?" Kata Fian terlihat sedang menahan emosinya.
"Aku tadi makan jadi tak sempat membalas. Sorry" ucapku kalem dan tentu saja aku benar-benar tak menyesal.
Aku berusaha untuk tak tertawa saat melihat wajah Fian yang mulai jengkel.
" Apa kau sudah menemui anggota cheerleaders?" Tanyanya.
" Aku tidak pernah bilang mau menemui mereka"
Lagi. Aku melihat Fian sedang menahan emosinya. Kali ini aku benar-benar tak bisa menahan senyum kemenanganku.
" Apa kau sedang memberontak, Andira?" Kata Fian dengan suara serendah mungkin namun menakutkan apalagi dengan badannya yang sengaja ia tundukkan membuat wajah kami sejajar. Tanpa kusadari, aku menahan nafas. Tatapannya begitu menusuk.
Sesaat setelah Fian kembali menegakkan tubuhnya, aku pikir aku akan lolos darinya. Namun aku salah. Fian melangkah mendekatiku. Ketika jarak diantara kami terhapus, saat itu juga aku mendengar suara bass rendahnya.
" Ke ruang osis sepulang sekolah atau kupastikan kau akan menyesalinya"
Aku sebenarnya merasa sedikit takut. Tapi sudah kukatakan, bukan Andira namanya kalau kalah begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...