Jam dinding di kamar Maya menunjukkan pukul dua dini hari, di nakas tempat tidurnya ada dua bungkus keripik singkong balado dan sekaleng softdrink rasa citrus. Semua camilan kesukaannya yang terpaksa harus dia sembunyikan dari suaminya. Satya yang punya alergi dengan makanan kemasan dan terobsesi dengan makanan sehat itu bukannya membuat Maya melepaskan hobinya ngemil tengah malam sambil menulis, tapi malah membuatnya makin kreatif. Dia selalu menyembunyikan softdrink dan keripik di kolong tempat tidurnya.
Dua bungkus keripik singkong sudah tandas, perutnya masih terasa lapar, matanya juga sudah sulit diajak terbuka lebar. Tapi masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dia tidak memungkiri, uang bulanan dari Satya lebih dari cukup. Tapi entah mengapa dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai penulis freelance. Saat melihat hasil tulisannya di halaman majalah rasanya ada rasa bangga tersendiri, meskipun upah bekerja sebagai penulis freelance tidak terlalu besar. Namun dia menyukai pekerjaan itu, karena itulah dia rela begadang hingga larut malam.
"Kayaknya masak mi instan enak deh? Tapi kalau ketahuan Satya pasti kena marah. Ah, jam segini, Satya pasti sudah menuju dunia mimpi dengan damai. Si maniak makanan sehat itu pasti juga nggak suka begadang kan? Dia pernah bilang begadang bisa menaikkan kalori tubuh. Dia pasti nggak mau tubuh atletisnya berubah jadi ayam kalkun."
Maya beranjak dari tempat tidurnya, menyibak bagian bawah sprei dan menarik sebuah kardus harta karun miliknya. Isinya ada beberapa bungkus keripik singkong, beberapa kaleng softdrink dan mi instan. Maya mengambil satu bungkus mi instan dan membawanya keluar kamar menuju dapur. Perutnya sudah tak tahan kerocongan. Biasanya keripik singkong cukup ampuh untuk tahan lapar, tapi entah kenapa malam ini rasanya lapar banget.
Sesampainya di dapur, Maya menyalakan kompor dan memanaskan air. Memasukkan satu butir telur ayam, beberapa potong cabai rawit lalu memasukkan mi instannya. Sambil bersiul-siul kecil dia membuka bungkus bumbu mi instan ke dalam mangkuk. Tak butuh waktu lama, panci sudah mendidih dan mi instan siap disantap. Maya mengaduk mi dalam mangkuk, agar bumbunya tercampur semua. Aromanya membuat perutnya semakin semangat menabuh genderang perang.
"Ehem!"
Maya membeku, dia kenal betul suara deheman itu. Ya, siapa lagi? Di rumah ini cuma ada dua orang. Dia dan... "Satya!" Maya menoleh, wajahnya tampak kikuk, dia menyembunyikan mangkuk mi di balik tubuhnya.
"Ngapain?" Satya dengan tongkat penopang tubuhnya berjalan mendekat.
Bukankah ini rumahnya juga? Tapi kenapa dia jadi merasa seperti maling yang tertangkap basah. Cara Satya bertanya dan menatapnya juga seperti sedang menuduh dirinya baru saja melakukan satu hal terkutuk yang tidak termaafkan.
"Ah... itu..." Maya memutar otak mencari alasan masuk akal. Tapi dia tahu itu sia-sia karena kali ini Satya sudah menemukan panci bekas dia memasak mi instan tadi. Dan mata Satya makin siap mencabik-cabik Maya saat melihat mangkuk mi instan yang disembunyikan Maya di belakang tubuhnya.
"Hhh.... Aku lapar!" Akhirnya Maya menyerah. Meski Satya tidak bilang apa pun, tapi dia tahu sebentar lagi akan ada tsunami di rumah ini. Maya harus mendengar ceramah tentang makanan sehat ala Satya yang bisa bermenit-menit. Mungkin kali ini dia akan mendengarkan ceramah itu sambil pingsan karena perutnya sudah terlalu lapar. Kepalanya jadi terasa pusing karena lapar.
"Sudah aku bilang kan begadang itu bisa jadi penyebab 1001 penyakit. Dan makan mi instan malam-malam...."
"Stop! Tolong! Malam ini aja, lima menit lagi aku pasti pingsan karena kelaparan."
Satya tampak menghela napas berat. "Duduk!"
"Hah?"
"Duduk!"
![](https://img.wattpad.com/cover/53679541-288-k782655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Datang Cinta
RomanceSELAMAT DATANG CINTA - benarkah cinta bisa hadir belakangan? -- sebuah cerita karya Juwita Purnamasari -- Sinopsis : Bahkan, sehari sebelum hari pernikahannya, Maya belum tahu seperti apa warna mata laki-laki itu, bagaimana suaranya, apa makanan k...