Seperti pagi-pagi biasanya, Maya menemani Satya hingga gerbang rumahnya, memastikan bayangan mobil Satya menghilang dari pandangannya dan dia kembali masuk ke dalam rumah. Saat hendak masuk kembali ke dalam rumah, langkahnya terhenti di depan pintu rumah. Ponsel Maya berdering, sebuah pesan teks dari nomor tak dikenal membuatnya mengernyitkan dahi.
From : 080845098567
Rumah Sakit Prof. Handoko, Jakarta Selatan, ruang VVIP 1, lantai 12.
"Apaan lagi sih ini? Setelah mama minta pulsa, sekarang mama masuk rumah sakit?" dengan ekspresi tidak tertarik dia kembali memasukkan ponselnya tanpa menghiraukan isi pesan dari nomor asing tersebut.
Maya pikir, daripada meladeni pesan aneh itu, lebih baik dia memikirkan deadline yang masih menumpuk dan juga rencananya menulis novel misteri baru. Sebelum bertempur dengan pekerjaannya, seperti biasa dia perlu amunisi camilan agar tidak mudah ngantuk. Jus apel dingin dan sepiring biskuit gandum rendah kalori tersaji di ruang tengah. Maya menghela napas berat, "Kenapa jadi biskuit gandum begini? Nggak ada rasanya. Hhh... tapi nggak ada camilan lain di dapur."
Maya menaikkan kakinya ke sofa dan memangku laptopnya, Satya kecil menggonggong di bawah kakinya sambil menggibas-gibaskan ekor mungilnya.
"Oke, oke, mau biskuit ini ya? Makan saja semuanya, aku nggak doyan." Kata Maya sambil meletakkan piring kecil berisi beberapa potong biskuit di sampingnya. Satya kecil melompat ke atas sofa. Asyik mengunyah biskuitnya. "Kalau ketahuan Satya pasti aku dimarahi memberimu makanan selain makanan anjing. Wah, kasihan, pasti hidupmu monoton sekali kan, cuma makan makanan anjing? Stt... dia memang agak kejam kalau soal makanan. Tapi sebenarnya dia laki-laki yang baik. Hehe.... Oh ya, tenang saja, selama dia nggak di rumah kamu bisa makan apa saja. Haha...." Maya mengelus-elus sayang anak anjing berbulu cokelat itu.
Maya kembali fokus ke layar laptopnya, tapi ponselnya kembali berdering, dari nomor yang sama dan isi pesan teks yang sama seperti tadi.
From : 080845098567
Rumah Sakit Prof. Handoko, Jakarta Selatan, ruang VVIP 1, lantai 12.
"Astaga orang ini betul-betul deh!" Maya merasa terganggu dengan pesan yang sama beberapa kali dari nomor asing tersebut. "Sedang promo rumah sakit atau apa sih!" Dia mengganti ponselnya ke mode silent dan kembali mencoba fokus ke layar laptopnya.
**
Malam hari di rumah, Satya yang sejak setelah makan malam tampak sibuk di dapur. Rencananya bulan ini restorannya akan menyajikan beberapa menu baru. Kepala chef di restorannya mengusulkan beberapa resep masakan baru. Satya merasa perlu mencobanya di rumah sebelum makanan-makanan tersbut launching di restorannya.
Semenjak menikah, selain jadi seorang istri Maya juga jadi 'pencicip masakannya'. Komentar-komentar jujur Maya, sangat disukai Satya. Sangat bertolak belakang dengan Rianti, mantan kekasihnya dulu. Rianti selalu memuji masakannya apa pun yang dia buat seolah selalu terasa lezat di lidah wanita cantik itu. Berbeda dengan Maya yang tak sungkan mengatakan masakannya tidak enak, dan memberi sederet komentar. Meski kadang sebal, Satya tahu istrinya ingin dia menghasilkan makanan yang sempurna dengan komentarnya itu.
Di sofa Maya asyik membaca novel di sofa sambil telungkup.
"Setelah tadi puding buah bit, ini keripik dari buah bit." Satya membawakan sepiring kecil keripik berwarna ungu, "Beda dengan keripik lain ini nggak digoreng."
"Astaga! Apa hari ini temanya buah bit? Kenapa nggak nanas? Stoberi? Pisang? Buah bit rasanya kan nggak enak. Kenapa nggak bikin keripik kentang saja sih?" Maya melipat novelnya dan menatap hidangan itu dengan tidak berselera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Datang Cinta
RomanceSELAMAT DATANG CINTA - benarkah cinta bisa hadir belakangan? -- sebuah cerita karya Juwita Purnamasari -- Sinopsis : Bahkan, sehari sebelum hari pernikahannya, Maya belum tahu seperti apa warna mata laki-laki itu, bagaimana suaranya, apa makanan k...