"Sumpah deh May, aku jadi ngerasa nggak enak banget."
Bayu duduk di ruang tengah rumah Maya. Pulang dari kantor penerbitannya dia langsung memacu motornya ke rumah Maya. Setelah menerima telepon dari Maya saat jam istirahat tadi, Maya menceritakan bahwa dia pergi dari rumah Satya dan pulang ke rumahnya, karena sudah tidak bisa menahan kesal pada Satya. Bayu merasa tidak tenang, ada rasa bersalah karena terkesan ikut campur dengan urusan rumah tangga sahabatnya. Tapi dia juga berpikir tidak mungkin tinggal diam kalau sahabatnya itu ditipu mentah-mentah oleh laki-laki asing itu!
"Nggak enak kenapa sih, Bay? Aku malah makasih banget. Kalau kamu nggak ngasih tahu aku bakal ketipu lebih lama lagi."
"Jadi, betul-betul ya nggak ada cara lain selain cerai?" Bayu mendekatkan mulutnya ke arah Maya, dan membisikkan sesuatu, "Gimana kalau kamu cek kehamilan dulu. Bahaya kan, kalau cerai ternyata kamu lagi isi."
Maya mendorong tubuh Bayu, Bayu tampak bingung. "Gila ya! Gimana mau hamil, dia nyentuh ujung kukuku aja belum pernah."
"Whaaaattt?" Bayu tampak terkejut dengan pengakuan sahabatnya itu.
Jadi selama hampir tiga bulan ini mereka belum pernah bercinta sekali pun. Wah, pasangan macam apa ini? Pikir Bayu dalam hati.
Maya mengangkat bahunya, "Jadi lebih baik cerai kan, sebelum ada yang dirugikan."
"Hm.. hebat juga dia."
"Hebat?"
"Ya tinggal serumah dengan perempuan tapi nggak menyentuh sama sekali. Jangan-jangan dia... gay?"
"Bay! Stop deh ngaconya!"
"Ya, kan, mungkin aja."
"Dia bukan gay. Dia punya cewek yang dia suka. Di kamarnya aku nggak sengaja menemukan fotonya dan perempuan lain, ada sepasang cincin pertunangan di jari manis mereka. Sepertinya itu foto prewedding, mungkin dia hampir menikah tapi batal entah karena apa. Lalu, dia menikahiku seperti memasang ban serep ke mobilnya. Ya, sepertinya aku cuma plan B karena dia batal menikah, makanya daripada nggak menikah sama sekali dia menikahiku. Kan, sialan namanya!"
"Huahahaha... Sepertinya lain kali kamu harus nulis cerita romantis. Bukan melulu cerita horor. Imajinasimu soal percintaan boleh juga."
"Bayu..." Maya menatap sahabatnya itu frustasi.
Bayu malah menanggapinya dengan bercanda padahal Maya sedang sangat kesal. Tanpa sepengetahuan Maya, Bayu pun tak kalah kesalnya dengan Maya. Bahkan saat ini rasanya dia benar-benar ingin meninju tubuh laki-laki bernama Satya itu sampai babak-belur. Bayu terus melontarkan lelucon agar Maya tak terlalu sedih dan bisa telihat lebih ceria.
"Jadi, yang bikin kamu kesal itu karena dia bohong soal lumpuh atau karena dia jadiin kamu plan B dalam pernikahannya yang batal? Atau karena... cemburu?"
"Cemburu? Aku?"
"Who knows?" Bayu mengangkat bahunya sambil memamerkan cengirannya.
**
Satya berdiri di pojok dapur, seolah sedang mengamati para kokinya memasak. Padahal tidak, pikirannya sedang berkeliaran jauh ke tempat yang tidak dia mengerti ujungnya.
"Pak, apa saus jeruk ini rasa manis dan asamnya sudah pas?" Itu suara Gladis salah satu kepala koki wanita termuda di restorannya. Usianya sama dengan Satya tapi dia sudah punya seorang anak perempuan berusia empat tahun.
Satya menatap Gladis dengan seksama, dia juga seorang istri. Apa dia mengerti tentang yang terjadi pada Maya?
"Maaf, Pak?" Gladis menyodorkan lagi mangkuk saus jeruk buatanya. Di restoran ini semua yang menciptakan menu baru memang harus melaporkannya dulu pada Satya sebelum digunakan. Satya harus memastikan rasanya sempurna sebelum diberikan ke pelanggan restorannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Datang Cinta
RomanceSELAMAT DATANG CINTA - benarkah cinta bisa hadir belakangan? -- sebuah cerita karya Juwita Purnamasari -- Sinopsis : Bahkan, sehari sebelum hari pernikahannya, Maya belum tahu seperti apa warna mata laki-laki itu, bagaimana suaranya, apa makanan k...