Chapter 7

1.3K 111 3
                                    

Aku menelpon Thomas dengan tangan yang gemetar.

"Hallo? Tumb—"

"Thom, pinjamkan aku baju. Aku didepan toko sekarang. Ini sangat dingin."

"Jesus! Kau dimana Ly?! Di toko? Aku kesana sekarang." Seketika telpon mati dan aku menekuk kaki ku lagi dan memeluknya. Ah sialan cowok sinting itu. Selalu saja berbuat ulah.

Aku menunggu Thomas datang. Tapi tidak. Malah bukan Thomas yang datang. Melainkan Shawn lagi yang datang.

"Ini baju kering. Pakailah.." Ucapnya yang memberikan baju itu kepadaku. Aku memutar bola mataku dan berkata "Tidak usah. Thomas akan membawakan nya." Ucapku tanpa menoleh kepadanya.

"Apa? Kau menolak pertolongan ku?!" Bentak nya sambil bertolak pinggang dihadapan ku. Aku meliriknya sebentar, dan ia menarik tangan ku dan memberikan baju itu kepadaku.

"Pakailah."

"Tid-"

"Pakai! Kau mau mati mengigil?!" Bentaknya lagi. Impas. Kini ia yang membentak ku. Aku mengambilnya dan meninggalkan Shawn didepan toko. Aku pergi ke toilet dimana para pengunjung wisata bisa menggunakan nya.

Aku masuk dan mengganti baju ku. Ah sialan, bra ku juga basah!

Aku keluar dan hampir saja terpeleset kaget Shawn sudah berdiri diambang pintu. Astaga! Apa ia mengintip?! Sialan.

"Cabul! Kau mengintip?!" Bentak ku hingga mendengung satu toilet.

"Ini. Pakailah— Aku lupa kalau kau pakai daleman." Fuck! Cabul sekali! Mataku melebar dan seketika melemas saat ia memberikan jaket hitamnya itu padaku.

"Pakai ini. Tutupi biar tidak terlihat basah atasanmu." Ucap Shawn dan berjalan menjauhi Toilet. Sialan. Lagi lagi aku dibikin menga-nga olehnya. Aku memakai jaketnya yang terlihat besar dibadanku itu. Aku juga mulai mengikat asal rambutku itu.

"Kau kerja hari ini?" Ucapku bosa basi dan menyusulnya keluar.

Ia menengok dengan tatapan bingung "Kerja?" ia menyernyitkan keningnya itu. "Oooh—iya, aku kerja hari ini."

Aku hanya mengangguk percaya. "Kau?" Ucapnya ragu seperti ingin memperpanjang perbincangan itu.

"Ya, begitulah. Apalagi hari ku selain kerja dan balapan?" Ucapku terkekeh dan memasukan kedua tanganku kedalam saku jaket milik Shawn itu. Ia tersenyum menunduk sambil melihat kearah sepatunya itu.

"Ada apa kau tersenyum? Apa ada yang lucu?" Ucapku sinis dan memutar bola mataku.

"Ya—kata-katamu seakan-akan kau terkurung disebuah sel." Ucapnya terkekeh. Oh ya, aku baru tersadar. Ia belum mengenal namaku. Astaga betapa jahatnya aku tidak memberitahunya.

Aku maju kehadapannya dan mengulurkan tangan ku itu. "Kau belum kenal namaku!" Bentak ku dihadapannya.

"Tidak mau." mataku membelalak lebar. Sial, apasih maunya?

"Harus mau."

"Tidak."

"Kenapa?" Aku menurunkan tangan ku kebawah dengan kecewa.

"Kau membentak ku." mataku melebar lagi. Astaga anak kecil sekali! Aku memutar bola mataku dan mengulurkan tangan ku lagi dengan wajah yang datar.

"Kau belum tau namaku." Ucapku dan memasang wajah datar padanya. Ia terkekeh dan meraih tanganku.

"Shawn." Ia tersenyum. Begitupun juga aku. Aku tersenyum padanya.

"Lily." Aku melepaskan tangan Shawn.

Between Us // Thomas Brodie. SangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang