Aku terbangun karena hentakan keras pintu yang terbuka. Mark Sangster dan istrinya. Dengan tas yang bergaya kekinian dan mahal itu, ibunya menangis dan berlari menuju Thomas.
"Oh my son. Ada apa denganmu?!" Aku melirik kearah Thomas yang tidak ku sadari bahwa Thomas sudah bangun dari komanya itu. Aku melihat kearah jam dinding.
Jam menunjukan pukul 7 malam.
"It's okay ini hanya kecelakaan." Kata Thomas yang memeluk ibunya itu.
"Oh tuhan syukurlah kau tidak terlalu parah. Apa itu sakit?" Semua perbincangan keluarga keluar dari mulut Thomas dan keluarganya itu. Tidak bermaksud untuk mengganggu, aku keluar dan Thomas menatapku diam-diam keluar itu.
Aku mendapati Alex yang sedang berdiri didepan loket administrasinya. Aku menyusulnya. "Alex?"
"Thomas sangster." Kata Alex dan menyodorkan uang ke suster itu. Alex baru menoleh kearahku setelah admin Administrasi itu memberikan kertas lunas pada Alex.
"Ya?" Kata Alex dan memasukan kertas itu kekantongnya. Aku melihat persis kearah kantungnya itu. Apa ia membayar pengobatan Thomas? Sial, mengapa ia bertingkah seperti orang bertanggung jawab sekarang?!
"Oh—ini, aku hanya tidak enak padanya karena sudah menyelamatkan Chloe." Kata Alex seakan-akan mengerti apa yang sedang ku pikirkan.
"Oh—baiklah." Kataku dan bersikap dingin dan canggung pada Alex. Aku harus pulang dan mandi sekarang juga. "Aku pergi dulu." Kata ku dan berjalan pergi keluar rumah sakit. Awalnya aku ingin menunggu taxi. Namun aku memeriksa uang yang kupunya hanya 50dollar itu. Sekarang aku benar-benar tidak ada pendapatan. Untung saja tiap bulan aku selalu membeli kebutuhan dalam sebulan ini jadi aku tidak terlalu keteteran jika uangku miris.
Akupun pulang berniat berjalan kaki. Namun tidak. Alex menghampiriku dari belakang dan memberikan ku segepok uang untuk ku. "Ini untukmu. Naiklah ke taxi. Bersihkan dirimu." Kata Alex dan berbalik pergi. Sebelum jauh, aku sempat berfikir. Orang yang selama ini aku benci, yang aku anggap ayahku bukanlah ayahku. Aku adalah anak seorang pembunuh yang selama ini benar-benar yang paling ku benci didunia ini.
"Alex." Kataku yang membuat Alex menoleh kearahku. Aku tersenyum kecut padanya. "Terima kasih." Ucapku gengsi dan memutar tubuhku. Aku langsung meneriaki taxi dan masuk kedalamnya.
**
Sesampai di apartement aku melihat motorku lagi diapartement ku itu. Pasti Shawn. Aku memutar bola mataku dan berjalan masuk menuju Apartement ku.
Aku masuk dan melihat Shawn yang berdiri diujung ruangan sana.
"Lily, we have to talk right now." Aku memutar bola mataku dan membuka jaketku. Namun Shawn melihat bercak darah yang ku dapati dari Thomas itu. "Darah? Apa kau berdarah? dimana?!" Bentak Shawn dan mendekat kearahku. Aku menepis tangannya menjauh sebelum ia meraba bajuku.
"Go away!" Bentak ku. Shawn terdiam lagi dan lagi. "Dengar, aku sangat lelah sekarang. Thomas siang tadi kena tembakan peluru dari Charlotte. Sekarang ia dirumah sakit. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan tentangku." Bentak ku dan berjalan melewati Shawn namun tangannya menahan ku untuk berjalan. Kini ia mencengkram ku keras.
Ia menatapku seperti ingin mengatakan sesuatu. Aku memberikan wajah dingin ku dan berkata, "Lepaskan atau aku berteriak sekarang juga?"
"Hentikan itu, Lily. Kau membuat kesabaran ku habis."
"Bagus—" Kataku dan berusaha untuk menepis tangannya itu. Namun kini Shawn terlihat seperti orang yang benar-benar kejam. Shawn mencengkram ku keras hingga tanganku tidak berasa sama sekali. "Fuck off!" Ringis ku dan mencoba melepaskan tangan Shawn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us // Thomas Brodie. Sangster
Romance"The power of love." "For the first time i saw her, i was totally madly in love with her." -Jhon Green's books. But i really sure, this is not only Fiction. Untill one day I realized, a figure that had been there before, is my true love. And i feel...