Ubay POV
Aku berlari menuju Kamar mandi. Untuk memulihkan ingatanku, kunyalakan shower lalu air dingin pun menyambut tubuhku. Tak kusangka, pusat kebencianku tadi ada di atas dadaku. Aku tengah memeluknya posesif, seakan tak ingin membiarkannya pergi. Ada apa ini? Apa yang terjadi? Lalu, apa yang ia lakukan di dalam Kamarku? Sungguh, aku hanya bisa menerka-nerka tanpa tahu apa jawabannya. Kuusap wajahku yang basah terkena terpaan air dingin. Kurasakan Juniorku sudah tak lagi menegang. Oh shit, hanya dengan jarak kita yang tadi begitu dekat, Juniorku sudah menegang dalam kesadaranku yang masih 50%. Aku yakin, dia pasti merasakan Juniorku yang menegang tadi. Sial.
Nabila POV
Aku berlari-lari kecil melewati deretan rumah yang tersusun rapi di Kompleks ini. Dengan handuk mini yang kulingkarkan di leherku, kuseka keringat yang terkadang turun melewati dahiku. Fikiranku melayang pada kejadian setengah jam yang lalu. Dimana saat pertama kalinya aku dan Ubay begitu intim.
"Apa itu karna efek dia masih terbawa mimpi ya?" Batinku.
Kini aku sudah tiba di lapangan Kompleks. Ramai, terlihat banyak orang tua serta Anak muda tengah sibuk melakukan aktivitas mereka. Ada yang berlari ringan sepertiku, yoga, senam hingga bersepeda. Aku baru tahu kalau di hari Minggu hampir seluruh penghuni Kompleks ini melakukan aktivitas olahraga. Aku pun menepikan diriku pada bangku panjang dibawah pohon Beringin yang menurutku sudah cukup tua. Kubuka penutup botol air mineral yang tadi kubawa lalu meneguknya.
"Nabila." Sapa seseorang di sampingku. Aku pun menghentikan aktivitas minumku lalu menoleh padanya.
"Radit. Hai." Balasku sambil tersenyum.
"Aku nggak tau loh kalo kamu juga bakal olahraga di lapangan Kompleks."
"Ya, ini emang pertama kalinya aku olahraga disini. Ya cuman lari-lari doang sih."
"Udah sarapan?"
"Udah tadi. Kenapa?"
"Yah. Baru aja aku mau ngajak kamu makan Bubur Ayamnya Mas Nabas."
"Bubur Ayamnya Mas Nabas?"
"Iya. Bubur Ayam Mas Nabas itu paling terkenal di Kompleks ini. Mau nyoba?"
"Oh ya? Hmm boleh deh. Tadi juga sarapannya cuman makan Roti doang sih."
"Ya udah yuk!"
***
"Ini enak banget Dit." Ucapku sambil menyendok Bubur Ayam yang menurutku sangat enak.
"Haha yakan? Emang enak kan?"
"Iya."
"Nab, bentar deh." Ucapnya lalu menyentuh ujung bibirku menggunakan ibu jarinya.
Aku hanya diam terpaku akan perlakuannya. Mataku melotot dan badanku agak sedikit tegang.
"Makannya pelan-pelan dong! Nih, jadi belepotan kan? Mirip Baby kamu."
"Baby? Kamu kok kenal sama Adik aku sih?" Tanyaku heran.
"Oh jadi nama Adik kamu Baby? Ya cuman nebak aja." Jawabnya lalu kembali menyendok Bubur Ayamnya.
Aku melihatnya dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa dia tahu nama Adikku? Apa Ubay yang memberitahukannya? Berhubung karna mereka juga satu kelas. Tapi kenapa Ubay memberitahukannya? Bukankah dia yang menyuruhku untuk tidak memberitahukan orang lain tentang Baby dan kami?
"Kok nggak makan Nab?" Tanyanya padaku dengan tatapan bingung.
"Ah? Eh ini, iyanih hmm. Aku mau tanya sama kamu Dit. Kamu kok tau nama..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
RomanceLahirnya Baby ke dunia membuat Keluarga Ubay hancur. Ayah dan Ibunya bercerai. Hingga pernikahan antara Ayah Ubay dan Bunda Nabila dilaksanakan. Ubay pun mulai menyimpan dendam dan kebencian pada Keluarga Nabila, bahkan tak menganggap Baby sebagai S...