PART 6

2.7K 118 1
                                    

Nabila POV

Seperti biasa, aku hanya turun di gerbang perumahan jika ingin berangkat ke Sekolah. Dan itu semua karna peraturan konyol yang dibuat Ubay. Entah apa yang ada di fikiran Anak itu. Apakah dendam? Benci? Atau ingin melihat kami tersiksa? Tapi untuk apa? Toh semua hanya sia-sia. Nasi telah menjadi Bubur. Ayahnya sudah bercerai dengan Ibunya dan Ayahnya telah menikahi Bunda. Tak akan mungkin lagi Ayahnya bersatu dengan Ibunya, mengingat cerita dari Bunda kalau Ibunya Ubay... Ah sudahlah. Itu privasi mereka. Aku tak berhak.

Dan disinilah aku saat ini, menunggu Taksi atau kendaraan umum apapun itu yang lewat. Intinya, saat ini aku harus bisa cepat ke Sekolah. Aku tak boleh terlambat lagi. Untung saja tadi Ubay bangun cepat, jadi Mbok Nah tak perlu repot-repot membangunkannya dengan susah payah lagi.

Pip... Pip...

Suara klakson motor mengagetkanku dan membuatku menepi sedikit agar memberi jalan.

"Belum berangkat? Nunggu taksi lagi ya Nab?"

"Radit? Eh hai. Ummm iya nih hehe."

"Barengan yuk! Nih." Ucapnya lalu memberiku sebuah helem.

"Kamu kok selalu bawa helem lain? Kan kamu ke Skolahnya sendiri." Kataku lalu menerima tawaran helemnya.

"Aku emang selalu bawa helem cadangan Nab. Ya manatahu di jalan ada orang yang pengen minta tumpangan kan. Haha contohnya ya kayak kamu ini."

"Haha bisa aja kamu."

"Udah? Naik gih! Hari senin nih, upacara. Entar telat lagi."

"Udah siap Boss." Seruku lalu naik di jok belakang motornya.

"Ya udah. Berangkaaat."

***

"Sekarang lo cerita sama kita apa yang terjadi Nab!" Seru Ica dengan tatapan penuh selidiknya.

"Apa sih Ca? Gak jelas banget lo." Ucapku cuek lalu mengambil HP dari dalam saku dan memainkannya.

"Nabila Adriana, gue lagi ngomong sama lo ya. Jangan sok pengen ngalihin topik!" Tegas Ica lagi lalu mengambil HP yang kumainkan.

Aku hanya pasrah akan tingkah Sahabatku yang satu ini. Dalam urusan kepo mengkepo, dialah jagonya. Hal sekecil saja yang ada pada dirimu dia harus tahu. Contoh hal yang paling kecil itu adalah : apakah kamu sudah makan? Semalam kamu tidur jam berapa? Atau bahkan warna underwear dan bra yang kamu pakai warna apa? Dibandingkan Shana, Ica jauh lebih kepo.

Ya, kami bersahabat sudah hampir 8 tahun. Kita bertiga pertama kali bertemu di Taman Kanak-Kanak. Saat itu kami sekelas hingga berlanjut pada bangku SD, SMP dan saat ini, SMA. Dan anehnya, kami bertiga selalu sekelas. Membayangkannya saja kalian pasti berfikir, betapa bosannya aku bertemu mereka lagi mereka lagi. Haha tapi hal itulah yang membuat kami merasa saling nyaman bersahabat hingga kini. Bahkan seluruh sifat baik, buruk maupun tai-tainya mereka berdua, aku sudah hafal diluar rumah. Haha diluar kepala maksudku.

Ica yang punya hobby seperti Detektif dan Shana yang punya hobby makan tapi nggak bisa gendut. Nah loh? Dan sekarang disinilah kami. Di dalam kelas yang cukup bising. Well, mungkin karna Guru di MaPel pertama sedang absen, makanya kelas ini bagaikan sebuah pusat perbelanjaan. Dan sampai saat ini, aku masih bingung, mengapa Ica sampai tahu kalau tadi aku berangkat ke skolah bareng Radit. Hingga ia tak hentinya mendesakku untuk menjelaskan semuanya. SEMUANYA. Bayangkanlah kalian seberapa keponya Ica ini.


"Lo yang cerita atau gue yang tanya ke Raditnya langsung."

"Eh Ca, jangan! Apaan sih lo ga jelas banget. Iya iya gue cerita ke kalian berdua." Ucapku pasrah.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang