PART 11

2.5K 88 4
                                    

Safa POV

Aku melihat sosok wanita di hadapanku ini. Meneliti setiap inci wajahnya. Memastikan dengan benar kalau dia adalah Ibu dari sosok lelaki yang amat kucintai. Dunia terasa begitu sempit. Ternyata Tuhan telah mendengar do'aku selama ini. Sosok yang amat penting dalam hidup Ubay kini tengah berada di hadapanku. Semeja denganku dan juga Papa. Aku masih belum menyangka, kalau Papa ternyata berteman dengannya. Dan ini adalah keuntungan untukku. Kunikmati Donat Sugar dengan segelas Ice Lemon Tea dengan perasaan senang. Senang karna kedatangan Papa dan juga... senang karna Tante Bunga adalah Teman Papa. Dan ini adalah salah satu cara agar aku bisa mendekati Ubay tanpa harus bersusah payah atau ditolak lagi.

"Safa, kamu kok senyum-senyum gitu Nak? Kenapa?" Tegur Papa lembut.

"Ng... Safa senneng Pa." Jawabku sembari mengaduk-aduk Ice Lemon Tea.

"Senneng? Senneng kenapa Sayang?"

"Soalnya... Papa udah balik."

"Hhh... kamu itu ya, manjanya nggak berubah." Ucap Papa lalu mengusap kepalaku. "Emang kalo di skolah, manjanya kayak gini Dam?"

"Ya gitu deh Om." Jawab Adam.

"Hahaha... Untung ada Adam yang jagain kamu di skolah."

"Papa... apaan sih? Papa fikir, Adam itu Satpamnya Safa apa?"

Mereka semua menertawakan tingkahku yang kekanak-kanakan dengan bibir yang dimanyunkan dan tangan yang dilipat di depan dada sekarang.

"Safa cantik ya?" Ucap Tante Bunga.

Apa? Tante Bunga memujiku? Oh, apakah ini salah satu pertanda bahwa dia menyukaiku? Apa ini salah satu pertanda bahwa aku memang cocok dengan Anaknya? Tante Bunga, please take me for your Son!

"Ma-makasih Tante. Tante Bunga juga cantik. Hehe"

"Sepertinya kalian berdua sudah mulai akrab. Gimana kalo ntar malem kita makan malam bareng? Gimana?" Timpal Papa.

"Bo-boleh Pa. Safa bakal seneng banget kalo Tante Bunga sering-sering main ke rumah." Ucapku antusias.

"Oh ya? Ya udah, kalo gitu ntar malem Tante main ke rumah kamu ya."

"Oke Tante."

Kami semua pun tertawa bersama. Tapi Adam? Hanya dia yang terlihat diam sambil mengaduk Ice Caramel Lattenya. Ada apa? Mengapa Adam tak ikut larut dalam suasana ini?

***

"Lo jadi kan ntar malem ke rumah gue?"

"Kayaknya enggak deh."

"Enggak? Kok gitu sih?"

"Gue ada acara ntar malem."

"Acara apaan? Dimana?"

"Kepo lo. Masih nyalon lo?"

"Iya nih. Napa? Pengen join lo? Haha."

"Anjay lo. Kayaknya lo nyiapin buat jadi sempurna banget ya ntar malem?"

"Iya dong. Gue itu harus tampil sempurna di depan Nyokapnya Ubay. Yakali gue pengen makan malam bareng Nyokapnya Doi trus gue belek sama ilerran."

"Haha iya sih. Good luck ya PDKT sama Nyokapnya Doi lo ntar malem."

"Sipp. Thanks ya Dam. Sayang banget lu nggak bisa join."

"Lain kali deh."

"Ya udah, gue lanjut dulu nih. Rambut gue pengen dicuci dulu. Daaah."

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang