PART 15

382 14 1
                                    

Radit POV

Hari ini, aku, Ica, dan Shana tengah berkumpul di rumah Nabila, belajar bersama sebelum UN. Ya, begitulah tema yang tepat untuk kami saat ini. Kami berempat mempelajari Matematika, disusul English dan Bahasa Indonesia. Nabila dan aku tak hentinya berdebat masalah jawaban mana yang benar bertema statistik, hingga kami saling pandang dan tak hentinya tertawa bersama. Ica dan Shana hanya bercie-cie ria melihat tingkah laku kami. Disela kegiatan kami yang saling bercanda, kulihat sosok Ubay yang melintas di hadapan kami dengan kaos oblong warna hitam juga celana jeansnya yang berwarna putih. Dia sangat rapi dengan gaya casualnya siang ini.

"Mau kemana dia?" Batinku.

"Bay, mau kemana?" Teriak Nabila ke arahnya.

"Bukan urusan lo." Jawabnya angkuh lalu berlalu dari hadapan kami.

Kulihat Nabila hanya memandang punggung Ubay yang perlahan semakin menjauh dengan pandangan yang tak dapat kuartikan. Antara sedih dan... kecewa? Ya, kurasa seperti itu.

***

Kuparkirkan motor gedeku di sebuah parkiran mall yang cukup bergengsi di Jakarta ini. Handphoneku tak hentinya berdering, pertanda ada panggilan yang masuk. Kuhiraukan saja dering handphoneku yang semakin menjadi-jadi. Kulangkahkan kakiku menuju Starbucks yang memang terletak di lantai dasar mall ini. Bisa kulihat dari sudut mataku, sosok gadis yang sangat kukenal tengah sibuk menempelkan handphonenya di telinga sembari memasang raut wajah kesal. Tak menunggu waktu lama, aku pun melangkahkan kakiku menuju dirinya.

"Gak usah ditelfonin mulu! Gue udah dateng kok." Ucapku lalu duduk di hadapannya.

"Darimana aja sih lo? Lama banget. Udah cape gue nunggunya. Mana telfon gue nggak diangkat lagi. Kirain lo gak bakal datang." Sungutnya lalu menaruh handphonenya kasar di atas meja.

"Langsung to the point aja Fa!"

"Pesen minum dulu gih!"

"Ga usah. Gue gak lama juga kok. Besok kan hari terakhir minggu tenang. Gue mau cepet balik ke rumah nih, pengen istirahat."

"Oke. Gue denger dari Ubay, lo batalin kerja sama lo dengan dia, kenapa?"

"Gue nggak mau buat Nabila sedih dan kecewa sama gue. Itu doang yang pengen lo tanyain ke gue?"

"Bukannya lo pacaran sama dia cuman pura-pura? Kenapa lo malah gak mau liat di sedih dan kecewa?"

"Gue nggak tahu Fa. Sepertinya... gue udah jatuh cinta beneran sama dia."

"Hahaha... parah ya, Mantan Playboy kelas Kakap bisa jatuh cinta beneran juga. Yakin lo kalo itu emang beneran cinta? Bukan... nafsu?"

"Kalo lo cuman pengen kepoin perasaan gue ke Nabila kayak gimana, lo nggak perlu repot-repot buat ajak gue ke mall! Masih banyak kegiatan gue yang lain yang lebih berharga daripada interogasian lo yang gak jelas gini Fa."

"Oke, I know that. But, you don't understand how Ubay's feeling now."

"Emangnya dia kenapa?"

"Dia kecewa sama lo. Dia berharap lo bisa bantuin dia buat ancurin Nabila, tapi lo malah berkhianat ke dia. Kan tai banget lonya."

"Lagian gue udah balikin duit juga jabatan dia yang dia kasih ke gue kok. Apa itu kurang?"

"Hahaha... lo nggak ngerti Dit."

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang