Nabila POV
Sesampainya di kantin...
"Nyokap gue nikah sama Bokapnya Ubay." Ucapku di awal pembicaraan.
"Oh ya? Ubay yang Anak IPA 3? Kok bisa Nab?" Shock Ica si Ratu kepo.
"Icaaa, kebiasaan banget deh. Biarin Biya nyelesein ceritanya dulu baru di komen!" Timpal Shana. "Ya udah Bi, lanjutin!"
Aku pun melanjutkan ceritaku. Semuanya, tanpa terkecuali. Mulai dari aku bersaudara tiri dengan Ubay, bahkan kebencian Ubay pada Keluargaku. Semua kuceritakan tanpa ada titik dan koma yang tertinggal.
Ica dan Shana mendengarkanku dengan saksama, bak Murid yang sedang menyimak Gurunya tengah menjelaskan beberapa materi penting. Ekspresi wajah mereka berubah-ubah saat mendengarku bercerita. Kedua Sahabatku ini memang paling kepo dan mengerti diriku. Awalnya mereka tidak terima saat tahu aku berbohong, tetapi saat kujelaskan alasan mengapa aku menyembunyikan hal ini pada mereka, mereka pun mengerti. Bahkan mereka berdua ingin membantuku mendapatkan hati Ubay. Bukan, bukan hati Ubay dalam tanda kutip "cinta", tapi "persaudaraan". Ya, aku ingin Ubay mengakuiku sebagai Saudaranya, meskipun hanya sebatas Saudara Tiri.
"Ya ampun Nab, gue kok jadi mellow gini ya denger cerita lo? Haha." Timpal Ica sembari memegang kedua pipinya.
"Iya Bi, gue juga. Hhh... Ubay kok gitu sih? Kenapa dia nggak mau ngakuin lo sebagai Saudaranya? Lha, kalo emang Bokap dia sama Nyokap lo udah saling cinta dan akhirnya nikah, itu emang salah lo? Salah Temen-Temen lo? Enggak kan?" Tambah Shana sarkastik.
"Kok kalian berdua pada BaPer gitu sih? Aneh." Ucapku lalu meminum Cola.
"Tapi Nab, lo bilang, Ubay benci sama Nyokap lo karna dia fikir Nyokap lo penyebab cerainya Bokap sama Nyokapnya. Lha, kalo emang lo sama Nyokap lo tau yang sebenarnya terjadi, kenapa nggak lo jelasin aja yang sebenernya sama Ubay? Biar Ubay tau yang salah siapa, yang harus dibenci tuh siapa." Seru Ica.
"Bunda bilang sih biar nanti Ubay yang tau sendiri aja. Toh dia kan juga udah gede. Jangan sampe pas Bunda gue juga cerita yang sebenernya ke Ubay, dia malah benci sama Nyokapnya."
"Iya sih. Hhh... kayaknya Ubay butuh refleksi deh. Biar dia bisa liat, yang selingkuh itu sebenernya siapa, Bokapnya atau Nyokapnya. Iya nggak Shan?"
"Hah? Apaan Ca?"
"Lu ngapain sih dari tadi sibuk banget sama kuku? Heran gue."
"Ca, Bi, liat deh! Keren banget kan? Warnanya aja glamour gini. Ini tuh cat kuku yang Nyokap gue beli waktu ke Singapur. Gimana gimana? Keren nggak? Bagus nggak?" Seru Shana sambil memperlihatkan polesan cat kuku berwarna magenta di kukunya.
Aku dan Ica melihat kukunya sekilas, lalu meminum minuman kami masing-masing. Tanpa kembali memperhatikan kuku yang masih saja dipamernya.
Ubay POV
Kubuka lemari pakaianku lalu kuambil baju kaos favoritku yang berwarna hitam. Kupakai kaos itu lalu kupatut diriku di cermin. Kurapikan rambutku lalu kuambil jam tangan yang biasa kukenakan lalu kupakai di pergelangan tanganku. Tak lupa kupakai sepatuku juga. Sebelum keluar dari kamar, kupatut diriku sekali lagi di cermin. Memastikan bahwa hari ini diriku layak menjadi pusat perhatian. Haha. Kuambil kunci mobil di atas nakas lalu aku pun berlalu dari kamar.
"Eh, Den Ubay udah rapi amat. Mau kemana Den?" Tanya Mbok Nah saat aku sudah berada di ujung anak tangga.
"Mau ke rumah Temen dulu Mbok." Jawabku.
"Temen apa Temen Den? Pasti pengen ketemu sama Non Safa. Iya kan Den?"
Aku hanya tersenyum simpul mendengar ocehan Mbok Nah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
Roman d'amourLahirnya Baby ke dunia membuat Keluarga Ubay hancur. Ayah dan Ibunya bercerai. Hingga pernikahan antara Ayah Ubay dan Bunda Nabila dilaksanakan. Ubay pun mulai menyimpan dendam dan kebencian pada Keluarga Nabila, bahkan tak menganggap Baby sebagai S...