Nabila POV
"Paling yang keluar itu ini, ini, ini, ini, oh iya yang ini juga." Seru Ica sambil menandai buku catatan Matematikaku menggunakan stabilo.
"Banyak banget sih." Keluhku.
"Yeee lu mah bagus ulangan susulan. Lah kita?" Kicau Shana sambil mengoleskan kuteks berwarna abu-abu muda ke kukunya.
"Bagus darimana coba?" Kilahku.
"Setidaknya lu dapat bocoran contoh soal mana aja yang keluar dari kita. Kan kita udah tahu soal mana yang keluar waktu kita ulangan kemarin. Ya nggak Ca?"
"He-eh. Eh, kemarin yang materi statistik masuk juga kan Na?"
"Iya Ica, masuklah."
"Ya udah ya udah, sini biar gue aja yang tandain soalnya. Buku gue langsung ancur lecek kayak gini pas lu pegang Ca." Seruku lalu merebut bukuku dari tangan Ica.
"Yeee santai aja kali Nab ngambilnya! Muke gile banget lu. Oiya, jadi gimana nih ceritanya lu bisa jadian sama Radit?" Kepo Ica.
"Elah, teteup ya usaha? Kalian itu bisa nggak sih, sehariii aja nggak ngepoin orang?"
"Tapi kan lu udah janji pengen ceritain ke kita kalo kita udah ngasih lo bocoran soalnya Nab. Ayolah Nab! Cerita dong Nab!" Rengek Ica sambil mengguncang bahuku.
"Duuuuuuh iya iya, gue bakal cerita sekarang. Kalian berdua pasang kuping baik-baik! Jadi..."
"Nab, ada yang nyariin tuh." Seru Niko si Wakil Ketua Kelas.
Dan... Untung saja ada sang penyelamat yang menyelamatkanku dari dua mahluk terkepo seantero sekolah ini.
"Siapa Nik?" Tanyaku sambil melirik ke arah pintu kelas.
"Radit."
"Radit?" Ucapku, Ica dan Shana bersamaan.
"Setdah kompak banget. Mirip orang lagi vocal group aja."
"Trus Raditnya mana?" Tanyaku lagi.
"Tuh depan pintu."
"Bentar ya Girls!" Ucapku menginterupsi Ica dan Shana agar mereka tidak mengikutiku.
Aku pun berjalan menuju pintu. Kudapati Radit sedang membelakangiku. Aku pun menepuk pundaknya pelan hingga ia berbalik menatapku.
"Eh, hai." Sapanya hangat lalu berbalik ke arahku.
"Hai. Kenapa? Niko bilang kamu nyariin aku ya?"
"Ngantin yuk!"
"Ngantin?" Ucapku sambil melirik arloji. "Ini kan baru jam 9 Dit, istirahat aja belum."
"Tapi kan kamu lagi free class."
"Emang kamu free class juga?"
"Enggak sih cuman... Lagi males aja. Biologi sih."
"Biologi? Hahaha. Pantessan."
"Jadi?"
"Ngantin nih? Ummm boleh sih, soalnya aku juga udah laper beud nih hehe."
"Huuu laganya banyak nanya tapi ujung-ujungnya laper juga. Haha. Ya udah, yuk!"
Dan tiba-tiba saja dia menggandeng tanganku. Ya, Radit menggandeng tanganku di hadapan banyak Murid, juga Guru. Dia berjalan melewati koridor sekolah dengan tangan kananku yang digandeng dengan santainya. Sedangkan aku? Huh, jangan tanya lagi! Pipiku sudah blushing sejak tadi. Jantungku berdegup kencang tak karuan. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang kenyataan, kurasakan seluruh Murid yang ada di jalan sepanjang koridor sekolah melihatku dan Radit dengan tatapan 'Hah?' nya mereka. Memangnya kenapa? Aku tak seburuk yang mereka bayangkan bukan? Ya, aku akui, Radit memang tampan dengan potongan wajahnya yang blasteran. Dan saat kutanya apakah dia memiliki keturunan orang luar, dia hanya menjawabku dengan medok Tegalnya yang khas "Aku asli Tegal Nab. Bapakku asli Jakarta trus Mamakku tuh asli Tegal. Boro-boro blasterran, nginjek luar negri aja nggak pernah Nab."
![](https://img.wattpad.com/cover/56017752-288-k163405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
RomanceLahirnya Baby ke dunia membuat Keluarga Ubay hancur. Ayah dan Ibunya bercerai. Hingga pernikahan antara Ayah Ubay dan Bunda Nabila dilaksanakan. Ubay pun mulai menyimpan dendam dan kebencian pada Keluarga Nabila, bahkan tak menganggap Baby sebagai S...