PART 19

374 19 0
                                    

Ubay POV

Kuparkirkan Altis putihku di Garasi rumah. Setelah mematikan mesin mobil, aku pun turun dan menuju pintu rumah. Kutekan bel hingga pintu pun terbuka dan menampilkan Mbok Nah dibalik pintu.

"Eh, Den Ubay udah pulang. Non Nabila mana?"

"Kayaknya dia balik telat Mbok."

Kulangkahkan kakiku menuju dapur lalu membuka lemari es. Mengambil sebotol air dingin lalu menuangkannya ke dalam gelas.

"Biya nggak bareng kamu Bay?" Tanya Bunda.

"Enggak Bun."

"Emang kalian nggak saling ketemu di sekolah?"

"Ubay capek, mau istirahat dulu."

Tanpa menjawab pertanyaan Bunda, kulangkahkan kembali kakiku menuju tangga, lalu kunaiki Anak tangga satu persatu menuju kamarku. Langkahku terhenti saat melewati kamar Rafa. Pintu kamarnya tidak tertutup, dan ini tidak seperti biasanya. Kuberanikan diriku untuk menutup pintu kamarnya, hingga tanganku tercegat oleh seseorang, dan itu ternyata adalah Rafa sendiri. Tampang Rafa terlihat aneh hari ini. Dia menatapku seakan menginterogasi diriku yang sedang ingin menutup pintu kamarnya yang terbuka.

"Gue cuma mau nutup pintu kamar lo."

"Jadi... bener, kalo Kak Ubay suka sama Kak Bila?"

"Ya enggaklah. Gila aja gue bisa suka sama dia."

"Jadi Kakak nggak pengen ngaku?"

"Eh, jangan sampe yang lain tahu ya! Awas lo."

"Berarti bener dong, kalo Kak Ubay suka beneran sama Kak Bila."

"Eh... gue..."

"Iya, Rafa akuin sih, kalo Kak Bila itu manis, baik, perhatian, jago Matematika lagi. Pantesan Kak Radit sampe jatuh cinta dengan dia."

"Tapi Radit Playboy, gue enggak."

Bodoh. Dasar mulut bodoh. Mengapa aku bisa mengatakan hal ini? Seakan-akan aku tengah cemburu pada Radit. Dan lihatlah Anak Tengik ini! Dia semakin mengintimidasiku dengan tatapan mengejeknya.

"Kak Ubay suka sama Kak Bila tapi nggak tahu banyak tentang Kak Bila, itu sama aja bo'ong Kak."

"Emang lo tahu banyak tentang dia?"

"Iyalah. Makanan kesukaan Kak Bila, tanggal lahir Kak Bila, bahkan Idola Kak Bila, Rafa tahu. Tapi... Rafa ngantuk nih pengen bobo siang dulu. Kak Ubay istirahat sana! Pasti capek kan habis jawab soal ujian(?)"

Rafa masuk ke dalam kamarnya dengan tampang yang seakan mengejekku. Aku yang tak terima dipandang seperti itu pun menahan pintu kamar Rafa yang ingin ditutupnya menggunakan kakiku.

"Kayaknya gue pengen istirahat aja di kamar elo deh Raf."

Seketika Bocah Tengik ini tersenyum penuh kemenangan lalu membuka pintu kamarnya selebar mungkin dan mempersilahkanku masuk.

"Silahkan masuk Kakakku yang paling ganteng!"

Ini adalah kali pertama aku masuk ke dalam kamar Rafa lagi, setelah perceraian Mama dan Papa. Tak banyak yang berubah dari kamar Adikku yang satu ini. Masih setia dengan nuansa Real Madrid, Club sepak bola favoritnya.

Kurebahkan tubuhku di atas spring bed miliknya. Kutatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Seakan mengingat masa kecilku dulu yang sangat damai dengannya. Ya, usia kita memang hanya selisih setahun, makanya kami sangat akrab. Tapi banyak perbedaan diantara kami. Rafa yang suka sepak bola, sedangkan diriku yang sangat suka dengan basket. Rafa yang tidak suka makanan pedas, sedangkan diriku suka, Rafa yang ramah pada siapapun sedangkan diriku cuek. Dan masih banyak lagi perbedaan yang kami punya.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang