PART 7

2.9K 111 5
                                    

Nabila POV

"Tadinya kita emang cuma Temen. Tapi sekarang udah enggak lagi. Gue pengen nembak dia disini haha. Nab, kamu mau kan jadi Pacar aku?"


WHAT THE...

Apa-apaan ini? Apa maksud Radit?

Entahlah. Tapi rasanya kakiku terasa lemas dan sekarang aku sulit menopang tubuhku yang kaku setelah mendengar ucapan Radit. Apa-apaan ini? Apa maksudnya Radit berkata 'MAU JADI PACARKU?'

"N-Nab? Nab kamu gak papa kan?" Seru Radit sambil mengguncang bahuku.

Aku yang sejak tadi diam dan kaku pun hanya menatap Radit kosong. Aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun sekarang. Bahkan hanya untuk menelan ludah pun rasanya aku tak sanggup. Tenggorokanku terasa kering.

"Nab?"

"Ya?" Jawabku tersentak kaget dengan suara yang agak serak.

"Kamu kenapa?"

Kulihat di sekelilingku. Masih ada Radit di depanku dengan tatapan cemasnya, Safa di belakang Radit dan... Ubay di samping Safa. Dengan gandengan Safa yang masih setia menggandeng lengan Ubay. Apa benar mereka... pacaran?

"Kayaknya Nabila shock abis lu tembak deh Dit." Seru Safa cekikikan.

Aku pun beralih menatap Safa. Dia gadis yang menurutku cukup cantik. Badannya yang hampir menyerupai badanku. Tingginya juga sama denganku, 155 cm, dia juga memiliki tubuh yang kurus sepertiku, rambutnya sedikit berombak dan matanya yang bulat. Dan... dia adalah milik Saudaraku.

"Nab?"

"Iya Dit?" Jawabku lalu menatap Radit.

"Kamu shock ya abis aku tembak?" Tanya Radit sembari menopang wajahku dengan kedua tangannya.

"Ng... Nggak kok. Aku cuma ya... speechles aja."

"Tapi kamu responnya lama banget gitu."

"Emang aku harus respon apa?" Tanyaku dengan mata membulat.

"Jujur aja Nab, kamu itu ngegemesin banget. Apalagi kalo kamu bulet-buletin mata kamu kayak gitu. Lucu." Ucap Radit sembari terkekeh.

"Kamu sotoy."

"Jadi gimana nih jawabannya Nab?" Tanya Safa padaku dengan senyum lebarnya.

"Aku..."

"Gue ke kelas duluan ya." Ucap Ubay lalu berlalu dari hadapanku.

"Bay, kamu mau kemana?" Teriak Safa sambil berlari kecil menyusul Ubay. "Dit, Nab, gue duluan ya. Jangan kecewain Radit Nab!" Ucapnya lagi lalu menepuk pundakku pelan.

Aku makin tak mengerti. Aku hanya menatap kepergian Safa hingga dia menghilang dibalik pintu tangga. Kurasakan tanganku tergenggam oleh tangan seseorang, dan tangan itu adalah milik Radit. Kutatap genggaman tangan kami lalu tatapanku beralih ke wajahnya sehingga mata kami bertemu. Kutatap ke dalam manik matanya. Tak ada kebohongan disana. Sepertinya dia benar-benar menyukaiku. Entahlah, aku tak tahu perasaanku harus berkata apa. Apakah aku harus mengiyakan ajakan hati Radit ataukah menolaknya. Tetapi hatiku. Hatiku tak mungkin bohong. Saat Radit mengucapkan itu, hatiku ada debaran. Tetapi yang kuherankan adalah mengapa debarannya hanya sedikit seperti ini? Apakah memang debaran orang yang sedang mendamba hanya sedikit saja seperti yang kurasakan saat ini? Dan debaran itu mirip debaran karna tak percaya. Tapi mengapa? Apa aku masih ragu dengan Radit? Oh hatiku, apa yang kau inginkan?

***

"Makasih ya Dit." Ucapku lalu memberikan Radit helemnya yang kupakai.

"Aku yang harusnya bilang makasih sama kamu Nab. Makasih ya, udah mau nerima aku. Aku harap kamu bisa terima aku apa adanya."

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang