Nabila POV
"Selamat pagi semuanya." Sambut Ayah ramah pada kami semua.
"Selamat pagi Ayah." Jawab kami serempak.
Ayah pun tersenyum melihat kami semua lalu ia pun duduk di kursinya yang terletak paling ujung sebelah utara meja makan ini. Bunda yang memang sudah sah menjadi Istri Ayah, mulai melayani Ayah dengan mengambilkan sesendok nasi goreng pedas untuk Ayah tak lupa diberi telur dadar kesukaan Ayah. Aku hanya tersenyum bahagia sambil sesekali menyendok nasi gorengku melihat perlakuan Bunda pada Ayah.
"Ubay, mulai hari ini, Ayah menitipkan Anak Gadis Ayah padamu." Ucap Ayah lalu menatap Ubay yang tengah asyik menikmati sarapannya.
"Maksud Ayah?" Tanya Ubay yang masih setia pada nasi goreng di hadapannya, seakan nasi goreng itu adalah Ayah yang kini diajaknya berbicara.
"Maksud Ayah, mulai hari ini, kamu berangkat dan pulang Sekolah bareng Nabila." Jawab Ayah tegas.
"Bukannya dia bareng Rafa aja Yah?"
"Rafa Ayah tugaskan untuk membawa mobil sendiri dan wajib juga mengantar dan menjemput Ian dan Nadil."
"Jadi Rafa udah bisa bawa mobil sendiri Yah?" Tanya Rafa bersemangat.
"Iya. Tapi sebelum itu, Ayah akan menguruskanmu SIM dulu."
"Mas, bukannya umur Rafa masih 16 tahun ya?" Tanya Bunda lembut sambil menuangkan air putih pada gelas Ayah.
"Kalo hal itu gampang diatur."
Aku menatap Ubay dari kursiku. Kebetulan aku dan dia duduk berhadapan saat ini. Di sebelah kananku ada Nadil, di depan Nadil ada Ian dan di sebelah kanan Ian ada Rafa yang duduknya berhadapan dengan Bunda. Baby? Jangan ditanya lagi! Ini masih pukul 7, Baby masih tertidur lelap di dalam box miliknya. Tanpa sengaja mataku dan mata Ubay bertemu. Aku bisa melihat ke dalam manik matanya perasaan tidak sukanya padaku. Tapi kenapa? Kenapa dia tidak menyukaiku? Bukankah selama ini di Sekolah kami baik-baik saja? Apa dia memang tidak suka akan kehadiranku, Bunda, Nadil dan Baby disini?
Kutepis fikiran burukku itu tentangnya. Mungkin saja dia kelelahan karna resepsi Ayah dan Bunda kemarin yang menyebabkan dia kurang tidur. Atau...
"Nabila, kamu udah selesai makan?" Pertanyaan Ayah mengembalikan kesadaranku.
"Hmm iya Yah. Ini udah selesai." Jawabku lalu menegak susu rasa coklat kesukaanku.
"Pelan-pelan Sayang minumnya!" Tegur Bunda lembut padaku. Aku hanya tersenyum dan mengelap mulutku dengan serbet yang ada di sebelah piringku.
"Aku berangkat Yah." Ucap Ubay lalu menciumi punggung tangan Ayah.
"Iya. Hati-hati kamu! Ingat pesan Ayah! Jaga Adikmu di Sekolah. Jaga Nabila seperti Saudara kandungmu sendiri!"
Ubay hanya tersenyum pahit mendengar jabaran Ayah. What? Tersenyum pahit? Apa aku tidak salah liat? Kenapa fikiranku selalu saja negatif tentang Ubay?
"Kamu hati-hati ya!" Seru Bunda sembari menawarkan punggung tangannya pula pada Ubay.
Tapi Ubay hanya melihat punggung tangan Bunda lalu berlalu meninggalkan Bunda dengan punggung tangannya yang masih terulur, menunggu Ubay menyambutnya. Ada apa ini? Apakah fikiran negatifku mengenai Ubay benar?
Ubay POV
"Kamu hati-hati ya!" Seru Bunda sembari menawarkan punggung tangannya pula padaku.
Aku hanya melihat punggung tangannya yang terulur, menungguku untuk menyambut dan menciumnya. Tapi aku tidak segampang itu. Aku tidak akan pernah menciumi punggung tangan orang yang sudah menghancurkan kebahagiaanku, Ibu, Rafa dan Ian. Dan sampai kapanpun tidak akan pernah. Kulangkahkan kakiku menuju bagasi dimana mobilku terparkir. Meninggalkan Bunda baruku itu yang kuyakin hatinya tengah terluka karnaku. Ya, aku puas, aku puas jika aku menyakiti hatinya. Hati seorang Iblis yang menyamar menjadi Malaikat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby
RomanceLahirnya Baby ke dunia membuat Keluarga Ubay hancur. Ayah dan Ibunya bercerai. Hingga pernikahan antara Ayah Ubay dan Bunda Nabila dilaksanakan. Ubay pun mulai menyimpan dendam dan kebencian pada Keluarga Nabila, bahkan tak menganggap Baby sebagai S...