PART 2

3.7K 171 0
                                    

Nabila POV

Aku berlari sekuat tenaga hingga nafasku ini sudah hampir habis. Ini sudah pukul 08.15 WIB dan itu tandanya aku sudah terlambat. Pak Sabar, Satpam Sekolah yang bertugas menjaga gerbang Sekolah pun terlihat sudah mengunci gerbang Sekolah.

"Duh gimana nih? Mana jam pelajaran pertama ada Astronomi lagi." Batinku dalam hati.

Aku pun setengah berlari menuju gerbang Sekolah. Dan sudah kuduga, Pak Sabar yang memang sudah mengenalku tidak pernah terlambat sepanjang sejarah aku bersekolah disini melihatku dengan tatapan heran.

"Loh Neng Nabila kok telat? Ada apa atuh Neng?"

"Anu Pak, tadi di jalan macet banget." Jawabku ngos-ngosan.

"Aduh Neng gimana ya? Neng Nabila harus dihukum atuh. Kan Neng telat."

"Dihukum ya Pak? Apa nggak bisa Bapak kasih saya kesempatan sekaliii aja Pak. Hari ini tuh saya ada tugas kelompok Astronomi dan semuanya itu ada sama saya Pak. Masa' Bapak tega liat Temen-Temen saya dihukum juga di dalam sana Pak." Ucapku memelas.

Sungguh, ini bukanlah sebuah tipu daya agar aku bisa masuk ke dalam kelas. Bukan. Ini memang fakta. Tugas kelompok Astronomiku ada padaku dan aku yakin Ica dan Shana sudah menungguku di dalam sana. Aku pun memberikan tatapan puppy eyesku pada Pak Sabar, berharap aku bisa masuk ke dalam Sekolah. Tapi sungguh hasilnya nihil. Pak Sabar tak tergoyahkan sedikit pun hatinya untuk menolongku.

Ya, Pak Sabar memang dikenal sebagai pribadi yang sopan, santun serta tegas. Itulah mengapa Beliau sangat disukai dan dihormati oleh semua Murid di SMA Nasional, meskipun profesinya hanyalah seorang Satpam Sekolah. Aku hanya mendesah pasrah meratapi nasibku yang malang ini. Sungguh hari ini nasibku sangat malang sekali. Tak dianggap Saudara, diturunkan di gerbang perumahan, terlambat ke Sekolah dan kuyakin sebentar lagi hukuman akan datang menyergapku.

Dan benar saja. Pak Kahar, Guru BP SMA Nasional yang terkenal galak seantero Sekolah mulai mendata Murid yang terlambat. Dan hari ini sungguh aku bernasib sial karna hanya dirikulah yang berada di luar gerbang sekarang. Dan itu berarti, hanya diriku seoranglah yang terlambat. Aku hanya bisa mendesah pasrah menanti hukuman yang akan dilayangkan padaku. Kulihat Pak Sabar hanya tersenyum prihatin melihatku saat ini. Aku pun membalas senyumannya dan menganggukkan kepalaku padanya seraya mengisyaratkan aku tidak apa-apa.

"Hanya kau saja yang terlambat?" Tanya Pak Kahar yang pastinya pertanyaan itu ditujukan padaku karna hanya aku saja yang terlambat saat ini.

"I-iya Pak. Sepertinya cuma saya." Jawabku terbata.

"Ya sudah. Ikut saya! Kita ke lapangan."

"Ba-baik Pak." Aku pun berjalan mengikuti Pak Kahar menuju lapangan Sekolah. Tetapi sebelumnya kuberi dulu senyum perpisahan pada Pak Sabar. Pak Sabar membalas senyumanku disertai anggukan.

Dan disinilah aku. Berada di tengah lapangan disertai sinar matahari pagi yang terik. Kebetulan hari ini lapangan Sekolah sedang ramai akan Murid yang berolahraga. Melihat mereka berolahraga, aku jadi ingat, sehabis mata pelajaran Astronomi berlangsung, selanjutnya disusul mata pelajaran PenJasKes. Aku harus bisa dan kuat menerima hukuman ini hingga mata pelajaran di jam pertama berakhir.

"Siapa namamu?" Tanya Pak Kahar lalu mulai mengisi data tentangku yang kuyakin itu akan dimasukkan kedalam daftar buku Siswa yang terlambat.

"Nabila Adriani Pak."

"Kamu duduk di kelas berapa?"

"3 IPA 2 Pak."

"Oke. Sekarang kamu pegang ini, berdiri menghadap tiang bendera dan pandangan matamu ke atas bendera! Dan ini berlangsung sampai bel di jam pelajaran pertama berakhir." Perintah Pak Kahar dengan suara yang tegas.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang