CHAPTER 18

382 25 1
                                    

Aku terus mempercepat langkahku menuju kelas, ku abaikan teiakan Harry yang terus memanggilku. Aku berusaha keras menghindar darinya setelah kejadian semalam yang sungguh tidak terduga. Untungnya pada saat Harry mencoba menyentuhku tiba-tiba aku teringat dengan Kevin sehingga membuat aku dengan cukup tenaga dapat mendorongnya memberhentikan yang ia lakukan pada tubuhku.

Aku tidak bisa melakukannya, he's not good man and absolutely i'm not loving him. Aku tidak mau memberikan keperawananku padanya, aku tidak ingin hanya dijadikan mainan dan pemuas hawa nafsunya. Walaupun tak bisa kupungkiri pada saat itu aku hampir dibuat terlena dengan sentuhan lembutnya bahkan Kevin pun tidak seperti itu. Oh god! Ku rasa ia memang sudah pintar menjerat perempuan-perempuan dengan sentuhannya.

"Cassey, kau kenapa sih?!"secara mengejutkan tanganku tertarik ke belakang dan wajahnya berada di depanku membuatku harus membuang muka darinya.

"Cass!!! Bicara, kau punya mulut!"tegasnya.

Dengan segera ku hentakan tanganku agar terlepas dari genggamannya,"Aku tidak ingin disentuh lagi denganmu setelah apa yang kau perbuat semalam, puas!"balasku, memutarkan tumit lalu kembali berjalan ke kelas.

"Harus berapa kali ku bilang itu semua terjadi diluar kendali, Cass. Aku minta maaf–" suaranya terdengar dari belakang. Apa dia mengikutiku? Oh hell yess aku ingat hari ini aku satu kelas dengannya.

"Lagi pula aku tahu kau juga menikmatinya kan"

Merasa jengkel, aku berbalik ke arahnya,"Bajingan keriting bodoh! Kau pikir perempuan mana yang tidak akan bisa berkutik dengan sentuhanmu yang lembut itu. Beruntungnya aku masih waras, tidak seperti perempuan lain yang bisa kau pakai kapan saja"semprotku setelah mengingat beberapa kali aku menemukan ia bercinta atau dengan perempuan entah itu di frat temannya atau di apartemennya.

Ia malah terkekeh geli seakan aku baru saja membuat lelucon untuknya,"Jadi sentuhanku lembut? Hmm– keren juga"

Lantas mataku membulat besar,"Aa-pa? Ti-tidak, maksudku– Ah, shit! Lupakan! Masih ada yang perlu ku lakukan daripada berbicara padamu" aku meninggalkannya dan sepertinya bajingan ini mengekor di belakangku, aku pun masa bodoh dengannya.


******


"Hai Dave, Shawn, Brad kalian tahu di mana Kevin?" tanyaku ke beberapa teman Kevin yang tengah berkumpul di kantin. Mereka pun menggelengkan kepalanya,"Nope, sudah beberapa hari ia tidak berkumpul dengan kami. Terakhir yang kami tahu ia sedang sibuk mengelola bisnis ayahnya yang sedang bermasalah"jawab Dave mewakili teman lainnya.

"Oh, aku juga tahu mengenai itu. Aku sudah beberapa kali datang ke rumahnya tapi selalu tidak ada. Kalian benar-benar tidak tahu di mana dia? Atau kebiasaan dia setelah kuliah begitu?"

"Maaf, Cassandra. Kami juga tidak tahu, hampir beberapa bulan belakangan ini ia langsung pergi setelah jam kuliah selesai"sambung Brad dibarengi anggukan kepala Shawn dan Dave.

"Oh, begitu. Baiklah, terima kasih"aku pergi meninggalkan mereka kemudian duduk di salah satu bangku halaman belakang kampus. Berulang kali aku mencoba menelpon ke handphone Kevin tapi selalu berakhir ke mailbox. Rasa cemas mulai menghantuiku karena sudah cukup lama kami tidak saling berkomunikasi.

"Casseyyyy! Sepenting apa sih handphone mu itu sampai tidak mendengar panggilanku"aku terkesiap saat Jesselyn sudah berada di depanku sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Wajahnya ditekuk memendam kekesalan padaku kemudian ia ikut duduk disebelahku.

"Ugh– maaf, aku sedang sibuk mencoba menelpon Kevin tapi selalu tidak diangkat"jawabku dengan frustasi.

"Mungkin ia sedang sibuk, Cass. Kau kan tahu masalah yang sedang dihadapinya"

You and IWhere stories live. Discover now