CHAPTER 13

421 26 3
                                    

"Ayo, Dad! Cepat, aku ingin melihat bintangnya!"seru bocah berumur tujuh tahun sambil menarik tangan ayahnya menaiki bukit. Sang ayah pun tampak tersenyum bahagia melihat keantusiasan anak laki-lakinya itu. Karena langkah kaki mungilnya bergerak terlalu cepat membuat sang ayah cukup kesulitan menyamai langkahnya.

"Kita sudah sampai. Ayo cepat buka teleskopnya, Edward! Tentu kau tak ingin melewatkan bintang yang itu bukan?! Ayo, sebelum bintangnya tertutup awan"seru ayahnya lagi. Dengan semangat Edward membuka dan memasangnya. Ia arahkan teleskopnya mengarah ke langit yang memiliki banyak bintang sedangkan ayahnya menggunakan terepong yang dikalungkan di lehernya.

"Dad, lihat ke sebelah sana! Itu rasi bintang apa? Aku baru melihatnya, Dad!"Edward menunjukkan telunjuknya ke sekumpulan bintang yang membentuk rasi dan ayahnya meneliti dari balik teropongnya.

"Itu rasi bintang aquarius, Edward!"sang ayah melepaskan teropongnya lalu menggendong Edward dan mereka memandang rasi bintang tersebut dengan mata telanjang. Sang ayah menjelaskan bentuk-bentuk dan ciri khas yang dimiliki rasi bintang aqurius pada Edward dengan sabar.

"Kau tahu? Kau itu berzodiak rasi bintang Aquarius seperti di atas sana dan banyak kelebihan rasi bintang aquarius yang terdapat dirimu"ujar ayahnya.

"Benarkah, Dad? Apa saja itu?"

"Kau berjiwa besar, rela berkorban, bertanggung jawab dan memiliki perasaan yang lembut. Dad berharap kau terus menjaga sifat itu sampai dewasa nanti. Jadilah pria yang bijaksana dan melindungi keluarga terutama Mom dan kakak perempuanmu. Janji?"sang ayah mengacungkan jari kelingkingnya dan begitu pun Edward langsung mengaitkannya.

"Aku janji, Dad! Aku akan melindungi Mom dan Gemma serta menjadi pria yang bijaksana karena aku tahu dari ibu guru ku di sekolah katanya seorang pemimpin itu harus memiliki sifat bijaksana. Bukan begitu, Dad?!"

"Yeah, kau benar-benar pintar, Edward. Dad sangat bangga denganmu, i love you"

"I love you too, Dad!"


"Harry, kau kenapa? Jangan bilang kau kerasukan hantu, ya?! Kau jangan membuatku takut, Harry!" suara Cassey sangat mengganggu Harry hingga ia merasa kesal. Di dalam hatinya Harry menggerutu dengan kebawelannya Cassey.

"Shut up, Cass! Kau menggangguku!" ucap Harry dengan kesal lalu membenarkan posisinya hingga membuatnya merasa cukup nyaman.

"Lagi pula kau dari tadi ku panggil diam saja. Kan aku takut kau kerasukan hantu tapi sepertinya tak ada satu pun hantu yang berani denganmu"ledeknya.

Harry mendengus,"Maksudmu aku lebih menyeramkan dari hantu?"

"Ah, tidak! Aku tidak berbicara seperti itu. Kau nya saja yang sensitif seperti wanita sedang datang bulan"Cassey meledeknya lagi dengan cara menjulurkan lidahnya.

"Cassey –"

"Okay, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud, hanya bercanda jadi santai sedikit sajalah. Omong-omong tadi kau melamunkan apa? Kau ada masalah?"

"Tidak! dan kalau pun ada itu bukan urusanmu, Cass!" Harry berusaha menutupi ingatan kenangan masa kecilnya bersama ayahnya yang sudah lama meninggal. Kemudian ia alihkan pandangannya dari Cassey supaya terhindar dari tatapan matanya. Ia tidak ingin orang lain mengorek-ngorek masa lalunya dan menjadikannya titik kelemahannya.

"Aku tahu kau sedang menutupi sesuatu dariku tapi tenang saja aku tidak akan memintamu menjelaskannya. Itu hakmu"Harry terkejut dan tubuhnya sedikit menegang perlahan ia mengalihkan pandangannya lagi ke Cassey. Dilihatnya Cassey sedang memandang bintang-bintang di langit dengan serius. Cukup lama Harry memandanginya sambil berpikir bagaimana bisa Cassey tahu dirinya sedang menyembunyikan sesuatu.

You and IWhere stories live. Discover now