CHAPTER 11

445 32 2
                                    

Aku hanya bisa pasrah dibawah kendali Harry. Ia benar-benar sedang dalam emosi, kalaupun aku adu argumentasi dengannya yang ada hanya akan menyulut emosinya makin meledak. Jadi kusimpan pertanyaanku kejadian tadi dan tentang Liam. Ku biarkan dia menceramahiku sesuka hatinya sampai puas bahkan sampai mulutnya berbusa.

"Sudah puas belum menceramahiku?" tanyaku santai lalu meminum sekaleng coke yang ku beli tadi. Harry menoleh ke arahku sebentar dan menggeram pelan, matanya menyorotku tajam seakan aku berhasil membuatnya bertambah kesal.

"Kau menggelikan, kau seperti ibu-ibu yang mengomeli anaknya karena berbuat nakal"godaku lagi.

"Diam kau!"

"Harry, kau yang seharusnya diam. Kau pikir aku tidak pusing mendengar ocehanmu daritadi. Iya,aku tahu aku yang salah karena tidak mendengar perintahmu, aku minta maaf. Namun kau juga jangan berbuat seperti itu pada Liam, dia orang baik disini aku lah yang salah aku yang menabraknya lalu mengobrol dengannya sampai lupa waktu"

"Kau baru mengenalnya sudah bilang dia orang baik, haha"cibirnya sambil memutarkan kedua matanya.

"Terserah apa katamu aku tidak peduli dengan masalah atau apapun diantara kalian berdua. Yang aku inginkan kau berhenti membuat kekacauan di tempat umum. Kau sadar tidak sih sudah beberapa kali kau membuatku malu dengan tingkah menjijikanmu itu" kataku. Harry enggan menggubrisnya dan memilih memfokuskan dirinya menyetir. Mendengus dengan kesal, ku balikkan tubuhku darinya menghadap keluar jendela.

Tak lama kemudian mobil berhenti di suatu tempat yang gelap dan dikelilingi ilalang-ilalang liar. Rasa takut dan pikiran yang aneh-aneh mulai merasuki diriku. Sial! apa yang mau Harry lakukan disini?

Beranikan diri menoleh ke arahnya kudapati Harry sedang mencari sesuatu di kursi belakang kemudian kembali ke tempatnya sambil menggenggam bungkusan berwarna coklat seukuran kardus sepatu di tangannya.

"Harry, itu apa? Apa yang mau kau lakukan dengan benda itu?" tanyaku penasaran, bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menyodorkannya padaku. Aku mengernyitkan dahiku dan menatapnya bingung.

"Kau bawa ini dan taruh di balik ilalang yang menutupi tembok tinggi itu" perintahnya sambil menunjuk ke arah gedung tua tak terurus yang dibentengi tembok tinggi dan berada tak jauh dari mobil.

"Tidak, aku tidak mau.."

"Caseey! Cepat, kau tinggal menaruhnya di sana saja.." gertaknya.

"Aku bilang tidak mau! Kau pikir aku bodoh, aku tahu pasti benda itu berisi narkoba kan?! Aku tidak mau berurusan dengan barang harammu itu"teriakku lalu membuang muka darinya.

"Fuck! Cassey, apa susahnya sih kau tinggal barang ini di sana setelah itu selesai. Cepat Cassey aku tak punya waktu lagi"balasnya dengan keras.

"Tidak akan, kau tak lihat apa? Di sana gelap tak ada penerangan, bagaimana kalau ada binatang buas. Kau ingin aku mati, huh!"

Harry meninju setir dengan keras, garis rahangnya mengeras dan mengepalkan jari-jarinya berusaha menahan kekesalannya padaku.

"Cassey, please! Bantu aku kali ini, ku mohon. Kau tak perlu takut disini tak ada binatang buas, aku akan mengawasimu dari sini. Kalau terjadi apa-apa kau langsung teriak, aku akan ke sana" kini suaranya terdengar lebih lembut berusaha membujukku. Sialan, kalau ada maunya barulah bertingkah sok baik.

"Kenapa kau tak sendiri saja yang menaruh barang itu disana?"

"Cass– berhenti berdebat! Sekarang cepat turuti perintahku kalau kau ingin aku memaafkanmu karena kejadian tadi" ancamnya. Dengan terpaksa aku mengambil bungkusan dari tangannya.

You and IWhere stories live. Discover now