CHAPTER 10

445 30 2
                                    

"Honey, handphone-mu terus berdering? Kamu tak ingin mengangkatnya sebentar?"

"Tidak, Mom. Itu hanya orang iseng, tidak penting" ku reject dan matikan handphone-ku setelah membaca dilayar tertera nama Harry. Persetan dengannya! Aku sedang tak ingin berurusan dengannya. Aku benar-benar benci padanya setelah kejadian ia menciumku malam itu. Mungkin memang ini sedikit berlebihan tapi aku mencintai Kevin bukan dia. Aku bukan seperti gadis-gadis diluar sana yang bisa mencium atau bahkan tidur dengan laki-laki siapa saja walaupun laki-laki itu bukanlah pacarnya. Aku harus menjaga perasaan Kevin, itulah prioritasku.

"Bagaimana kuliahmu, Cass?" suara ayah menyadarkan lamunanku, dengan segera ku taruh kembali handphone-ku ke dalam saku lalu menatap ayahku yang sedang menunggu menjawab pertanyaanku sedangkan ibuku sedang mengambilkan lauk-pauk di piring ayah.

"Semua berjalan lancar, Dad"

"Great! Dad berharap kau bisa lulus secepatnya lalu melanjutkan bisnis Dad dan Mom"

"Dad, aku lulus masih sekitar dua tahun lagi dan lagi pula aku belum paham dengan seluk beluk dunia bisnis yang Dad dan Mom jalani. Mungkin aku butuh melanjutkan pendidikan S2 agar tidak terlihat paling bodoh diantara Dad dan Mom" jawabku.

"Kau pintar, sayang. Jangan merendahkan dirimu sendiri, seiring berjalannya waktu kau pasti akan mengerti. Kaulah satu-satunya harapan kami, sayang.." ibuku ikut angkat bicara.

"Iya, aku tau. Aku janji tidak akan mengecewakan Dad dan Mom. Aku akan berusaha semampuku. I love you, Mom Dad"

"Love you too, honey" jawab mereka serempak kemudian makan malam pun dimulai. Ditengah-tengah kami makan malam suara bell terus berbunyi. Buru-buru aku bangkit lalu berjalan ke pintu untuk membukanya.

Kubuka kunci pintunya lalu menarik engsel pintu menggeser ke dalam. Aku pun terkaget dengan orang yang berdiri dihadapanku sekarang ini. Sial! Kenapa dia ada disini?

"Mau apa kau ke sini?" tanyaku ketus padanya.

"Aku cuma ingin bicara padamu, Cass" jawab Harry dingin.

"Tapi aku tidak ingin bicara padamu. Jadi sebaiknya kau pergi sekarang"

"Kenapa kau tak menjawab telepon dan membalas pesanku?"

"Itu tidak penting, okay. Pergi sana!" kataku lagi dengan ketus dan Harry langsung memasang wajah tidak senang dengan perlakuanku. Masa bodoh dengannya.

Terdengarlah suara ibuku dari dalam,"Cassey, siapa yang datang?" teriaknya. Aku pun bingung menjawabnya, apa yang harus ku katakan? Mengatakan Harry adalah temanku atau-

"Cassey, siapa dia?" tanya ibuku lagi yang kini sudah berada di sampingku entah sejak kapan. Dengan sedikit gelagapan aku langsung memperkenalkan Harry pada ibuku. Ibuku langsung mengajaknya ikut makan malam bersama kami. Bisa kulihat dari ekor mataku, Harry tersenyum kemenangan. Sial!

"Dad, perkenalkan ini Harry" kataku setibanya di meja makan dan Harry duduk disebelahku.

"Aku Harry, senang bertemu dengan Anda, Sir!" kata Harry dengan ramah. Aku cukup dibuat terhenyak olehnya yang bisa berubah dari Harry si tukang marah-marah menjadi ramah seperti ini. Akting yang bagus!

"Ya, senang bertemu denganmu juga. Kau teman Cassey atau apa?"

"Sebenarnya kami-"

"Kami hanya teman kampus dan kebetulan kami disatukan satu kelompok dalam salah satu matakuliah. Ia datang kesini untuk menyelesaikan tugas kelompok kami kemarin yang sempat tertunda" kataku dengan cepat sebelum Harry mengaku kalau kami berpacaran. Aku tak akan pernah sudi mengakui hal itu di depan kedua orangtuaku.

You and IWhere stories live. Discover now