Suhyun melempar badannya ke tempat tidur dan menatap layar ponselnya sebentar sampai akhirnya memutuskan menelfon Ha Yi.
"Hi Suhyun astaga ini sangat malam, untung saja aku belum tidur, kalau aku sudah tidur dan menelfonku malam-malam seperti ini lihat saja kau besok."
"Eunnie..."
"Suhyun kamu tidak apa? Kamu sakit?"
"Tidak aku tidak apa."
"Tunggu kenapa suaramu seperti... kamu menangis."
"Tepatnya sudah selesai."
"Kenapa?"
"Besok saja kita bahas. Eunnie besok ada kelas?"
"Tidak, kenapa?"
"Besok aku ingin pergi shopping, eunnie mau ikut."
"Kalau itu kamu tidak perlu menawariku, sudah pasti aku mau."
"Ok, bye."
Suhyun mematikan telfonnya dan mematikan ponselnya.
~~~
"Tunggu, jadi sekarang kamu tinggal di apartemen?" Ha Yi memajukan badannya dan mulai mengintrogasi Suhyun, sedangkan yang ditanya hanya mengangguk.
"Suhyun jawab."
"Tadi kan aku sudah bilang iya."
"Kamu tidak ada bicara apapun."
"Lalu tadi aku menggeleng?"
"Itu tidak dihitung."
"Huh."
"Jadi sekarang ada yang sedang sedih?"
"Tidak aku tidak sedih."
"Jadi kenapa tadi malam kamu menangis?"
"Aku hanya, mungkin kecewa."
"Ok ok ini bukan keahlianku tentang kelas pernikahan atau semacamnya, tapi Suhyun kamu yakin, dengar kamu akan ada di sana sampai lulus dan itu berapa tahun, dan memang kamu tidak mekikirkan bagaimana pernikahan kalian."
"Bukannya semua sudah hancur?"
"Ok aku bingung untuk permasalahan seperti ini, kamu bisa membicarakannya dengan Dara eunnie, tapi aku tetap ingin kau di sini."
"Semoga aku berubah pikiran."
"Ya sudah, bagaimana kita lanjut?"
"Ehmm boleh."
"Tunggu tunggu, kamu sudah membawa berapa paper bag dan masih kurang?"
"Aku kan tidak punya baju satupun, ayo."
Suhyun berdiri dan berjalan pergi, sedangkan Ha Yi langsung mengikuti Suhyun.
~~~
Suhyun membuka pintu dan segera menyalakan lampu, melihat keadaan apartemennya yang sangat berantakan, setelah hembusan nafas sambil menutup pintu wanita itu langsung berlari ke kamarnya.
~~~
Udara masih sangat dingin saat Suhyun keluar dari kamar mandi. Suhyun mengeringkan rambutnya sambil melihat pemandangan Seoul dari balik jendela.
Sangat jelas, sekarang musim dingin dan sudah hampir natal, banyak orang yang sudah menata rumahnya atau gedung kantornya dengan hiasan natal. Dan di sinilah Suhyun sekarang, apartemen yang sekarang lebih cocok kalau disebut gudang.
Suhyun berjalan ke arah cermin, melihat pantulan dirinya. Dan lihat dia sekarang, ketahanan yang sudah retak. Tapi bukankah lucu saat kalian baru terlihat retak tetapi sebenarnya kalian sudah sepenuhnya hancur.
Suhyun duduk di lantai dan menyenderkan punggungnya di cermin. Mencoba menenggelamkan dirinya di dunia mimpi, yang entah akan membangunkannya atau membiarkannya selalu tertidur.