Satu per satu orang keluar dari lift. Jungkook menjadi orang terakhir yang keluar dari sana. Jungkook melangkahkan kakinya dengan tenang. Sangat menggambarkan seorang pemimpin sebuah perusahaan.
Tidak, dia tidak bisa bertanggung jawab terhadap ribuan orang kalau diberi tanggung jawab satu wanita saja dia tidak bisa.Jungkook menghentikan langkahnya ketika sampai di depan pintu. Jungkook melihat ke luar pintu dan mengatur nafas serta detak jantungnya. Lima detik. Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk berbalik arah.
Baru dua langkah, saat dia kembali melihat lurus, dia sudah menemukan wanita itu lagi. Dia sedang ditatap, dengan wajah kesal. Jungkook sudah menduga itu sebelum dia berbalik arah. Ini lebih baik dibanding dugaannya, karena bisa saja dia dibunuh sekarang.
Wanita itu mendekat ke arah Jungkook yang masih setia berdiri di tempatnya.
"Kau mau ke mana?"
"Menurutmu?"
"Kubilang kan pergi."
"Tidak."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa."
"Kenapa?"
"Aku... aku..."
"Kalian itu sama-sama keras kepala, salah satu dari kalian harus mengalah."
"Suhyun sudah mengalah, aku tidak mungkin membuatnya sedih, dia sudah bahagia dengan pilihannya, aku hanya... aku..."
"Kau takut?"
"Maksudmu?"
"Kau takut melihat Suhyun menangis, kau takut Suhyun menderita. Oh shit, kenapa aku harus terjebak dalam kehidupan kalian? Kau itu mencintainya Jungkook, kumohon dengarkan perasaanmu."
"Lalu kalau aku mencintainya aku bisa apa? Dia sudah tidak mau lagi bertemu denganku. Tidak, aku tidak akan membawanya kembali."
"Kau bisa membohongi semua orang Jungkook, bahkan mungkin dirimu sendiri, tapi kumohon jangan bohongi perasaanmu."
Wanita di depannya menatap Jungkook dengan tatapan sedih, tidak ada air mata, hanya matanya yang memancarkan kesedihan.
Jungkook memutuskan berbalik dan berjalan keluar. Sedangkan wanita itu mengedipkan matanya, menahan air matanya agar tidak keluar kemudian segera mengambil ponselnya.
~~~
Bandara sangat ramai, sebagian ada yang akan berpergian untuk liburan musim dingin dan yang lain datang untuk berlibur di Seoul. Tetapi beberapa hanya akan pergi untuk urusan mereka, dan Suhyun salah satunya.
Aroma coklat terus memasuki indra penciuman Suhyun, menghangatkan tubuhnya dari udara yang dingin.
"Sudah membuang berapa paper cup?" Suhyun melihat ke samping kanannya dan menemukan seorang pria yang dengan santainya meminum minumannya.
"Mungkin satu lusin."
"Apa? Memang kamu tidak mual?"
"Tidak."
"Sisa lima belas menit, dan setelah itu selama dua tahun kau tidak akan pernah menginjak bandara ini lagi."
"Ya aku tau."
"Kau yakin?"
Suhyun hanya menghela nafas kasar, sedangkan pria di sampingnya hanya memandang orang-orang yang berlalu lalang.
"Terkadang pergi jauh dari sebuah masalah agar dapat menyelesaikan masalah itu baik, tapi terkadang itu adalah hal paling menjijikkan di dunia. Kadang kita benar-benar menyelesaikan masalah dengan akal sehat, tapi terkadang kita hanya dikuasai emosi yang mengatas namakan akal sehat."