12

1K 69 0
                                    

Thania Pradithama

⠀⠀Tin tin! Aku mendengar bunyi klakson mobil yang tidak pernah aku dengar. Seperti bunyi klakson motor, hanya saja lebih nyaring, entahlah. Aku tak tahu.

Aku melirik jam dinding. Ah, jam 8 pagi. Pasti Monita yang dijemput.

"Klakson mobilnya Geon. Geon jemput gue." Monita tersenyum.

"Gue nggak pernah sebelumnya denger klakson bunyinya begitu. Keren juga," cengir Steve. Nizar terkekeh.

"Klaksonnya khas banget ya." Monita tersenyum lagi. "Kakak gue emang unik."

Monita berdiri dari duduknya, membuat kami semua juga berdiri dari duduk, dan mengikuti Monita berjalan ke arah pintu.

"Kak Moniii!"

Kami yang mendengar itu, langsung menengok ke arah pintu dengan antusias.

Ada anak perempuan yang memakai sepatu merah muda, dress yang senada dengan warna sepatunya, jam tangan merah melingkar manis pada tangannya, bando putih polos menghiasi rambutnya yang lurus dan hitam mengilap, poni nyaris menutupi matanya. Dia tersenyum senang, terlihat sedang menunggu seseorang. Dia Anita. Adik Monita.

"Adik lo ya, Mon?" tanyaku, meski aku sudah tahu. Lalu Monita menangguk.

"Lucu ya?" Monita balik bertanya.

"Lucu banget!" Ailsa membuka pintu dan mempersilakan adik Monita masuk, lalu berlutut untuk menyejajarkan tingginya dengan Anita. "Kamu Anita ya?"

"Kakak ini, kok tau nama aku?" Sejenak wajah Anita bingung, dan langsung menjadi girang. "Kakak peramal ya!"

"Kak Monita tadi cerita ke kakak, katanya punya adik yang cantiiik banget. Ternyata emang cantik." Diana agak membungkuk, dan mencubit pipi Anita.

"Nita imut banget sih." Steve mengusap puncak kepala Anita.

Anita yang sedari tadi dipuji, jadi malu-malu sekaligus kegirangan. Monita yang melihat adiknya begitu, juga ikut senang.

"Nita, kenalan dong sama kakak-kakaknya," suruh Monita lembut.

Anita melompat senang sebelum akhirnya memperkenalkan diri, dia menarik napas. "Hai, kakak-kakak! Nama aku Anita Alyansa, adiknya kak Gevan, Kak Geon, dan Kak Monita. Aku kelas tiga SD."

Sedang kami bercanda dengan Anita, tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang membawa kunci mobilnya, menghampiri Anita.

"Nita, masih lama?"

"Hai, temen-temennya Moni. Gue Geon," sapa yang mengaku Geon itu. Kami langsung menyapa kembali.

"Halo, Kak Geon," sapa kami mencoba ramah.

"Iya," balasnya lagi. "Mon, mau pulang sekarang? Atau masih mau di sini? Kalo masih mau di sini, palingan gue ajak Nita jalan-jalan dulu."

Geon memang beneran baik seperti yang digambarkan Monita. Bisa-bisanya dia menawarkan Monita untuk menetap di sini untuk beberapa saat lagi, padahal jelas bahwa perjalanan dari rumah Monita ke sini lumayan jauh.

Halo, Tiga DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang