Diana Paramastri
⠀⠀Sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat.
Arghh, minta banget dicakar.
Aku menutup telingaku dengan kedua telunjukku dan berjalan, menganggap tidak ada apa-apa.
Aku tidak tahu apa-apa...
"Lo kenapa sih, sama gue?"
Aku tidak melihat apa-apa...
"Jelasin ke gue, Di!"
Aku tidak mendengar apa-apa...
"Diana!"
"Berisik!" Aku berteriak, menghentakkan kakiku jengkel. Orang yang sedari tadi memanggilku itu mengambil kesempatan berdiri di depanku, menghadang dengan tubuhnya yang menjulang tinggi. Siapa lagi kalau bukan Dylan.
"Mau lo apa? Kasih tau gue," katanya dengan wajah songong. Asli, aku ingin menjotosnya, sekarang juga. (Dengan tangan tentunya!)
"Nggak ada," balasku ketus, menghentakkan kaki lalu berjalan melewatinya.
Tapi, tangannya menarik tanganku.
"Gue bakal balikin novel lo, kalo lo mau kasih tahu alasannya."
"Keras kepala banget! Gue udah bilang gue nggak kenapa-kenapa!" bentakku. Dia terdiam.
"Oke, maaf." Aku mendengar suara mengalah darinya. "Tapi--"
"Ya, gue cuma nggak suka liat lo bareng si Monita, emangnya kenapa?" potongku, menceplos tidak sengaja.
Astaga.
"Hah?" Kali ini, wajah Dylan berubah. Menjadi heran sekaligus usil. "Ngomong apaan lo?"
"Lupain aja."
Sedetik kemudian, aku meninggalkannya yang masih terpaku.
***
"Lo kenapa, Di?" Ailsa duduk di kursi--ia duduk di belakangku--lalu menopang dagunya dengan sebelah tangan.
"Galau kali," ceplos Thania sengaja. Dia duduk di kursinya sendiri, sebelahku. "Kusut banget tuh, mukanya. Abis liat Dylan dipeluk Monita sih."
"Berisik, ah." Aku menenggelamkan wajahku di dua telapak tangan dengan frustasi. "Gue lagi nggak mood bercanda-bercanda murah gitu, Than."
"Lo cemburu. Nggak mungkin sampe segitunya kalo nggak cemburu." Thania menepuk bahuku sekali.
Halah. Sok tahu!
"Gue nggak cemburu," ujarku ketus.
Thania hanya tertawa. Ah, nggak lucu.
"Eh, anak alay." Ailsa melambaikan tangannya padaku seolah-olah dia memanggilku dengan sebutan nista itu. Lalu dia mengambil sesuatu di dalam ranselnya. "Ada titipan dari Dylan, sebenernya dari jam istirahat pertama. Tapi gue lupa ngasih tau elo."
Dan ia menjulurkan tangannya beserta sesuatu tersebut.
Novelku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo, Tiga Dara
Teen FictionThania "dibayar" untuk mengamati teman sekelasnya di SMA demi melanjutkan pendidikannya. Tapi, dia malahan jatuh cinta pada orang yang diamati. Padahal dia tahu, itu bukan bagian dari peraturannya. Sedangkan, Diana si cuek bebek berusaha keras untuk...