Bib bib. Suara handphone di dalam saku jeans niken.
"hallo pa?"
" Iya"
Tut tut. Sambungan terputus.
Niken beranjak dari tempat yang dari sejam yang lalu didudukinya.
**
"wei, lo ngapain sendirian disini? " tana vanda yang ntah sejak kapan duduk disebelah niken.
" hmm? " jawab niken kesal. Niken sedang tidak ingin diganggu sama sekali.
"yaudah" jawabnya sabil meronggoh saku rok abu-abu uang dikenakanya. Lalu hilang ntah kemana.
Niken duduk di aula gor sambil mengacak ngacak rambutnya yang sudah mulai tumbuh hampir sebahu.
"Rambut gue udah panjang banget" gumamnya dengan sedikit jeda. "ntar sore potong deh" tambahanya lagi.
"kayanya lo lebih cantik rambut panjang deh." kata Daffa sambil duduk disebelah niken.
Daffa adalah sahabat niken sejak smp. Tentunya sahabat yang paling asik menurutnya untuk diajak bolos.
"no comment" jawab niken setelah beberapa detik.
"caelah lo kapan mau punya cowo coba"
"apansi lo" niken menjawab dengan kesal.Niken pergi begitu saja, karena tempat ini terlalu banyak pengganggu.
"lo mau kemana?!" Daffa kembali bersuara.
"ke kelas, ntar lagi juga udah mau bel" jawabnya datar.
"Ntar gue tunggu di kantin selatan." kata Daffa lalu Niken berlalu. Hening."adaw" pekik Niken. Dia terpeleset dari tangga gor sekolah.
"kenapa lo? Nangkap cicak?" seseorang bersuara tapi ntah dimana sosoknya tak tampak.
Niken berdiri dan berlalu ke kelasnya yang berada di lantai 2.**
Semoga menarikya, jangan lupa like n commentnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate
Teen Fiction"ini keputusan aku gak ada yang bisa merubah sedikitpun" - ------ -aroma tubuh dari jiwa yang rapuh melebihi rindu melampaui waktu. Berpelukan, untuk itulah kita dipertemukan-