Niken membuka pintu kamarnya dengan kasar, lalu menghempaskan badanya dengan kasar ke kasur yang berada di depannya. Dia menenggelamkan wajahnya. Sedetik kemudian dia menggapai handuknya dan berjalan dengan malas menuju kamar mandi.
Selesai mandi niken beralih ke cermin di depannya. "shit gue lupa potong rambut" gumamnya seraya bangkit dan meraih kunci motornya. Niken biasa memotong rambut di pangkas dekat komplek, bukan di salon.
Dengan cepat dia melesat. Tak sampai 15 menit di sudah berada di pangkas langgananya.
"bang kaya biasa, tapi lebih pendekin deh"
"iya neng" jawab bang budi tukang pangkas disini.
Dari ekor matanya niken melihat pengunjung yang ingin memotong rambut memperhatikannya. Taoi bukan niken namanya kalau dia peduli dengan orang-orang.Selesai memotong rambutnya, niken puas karena dia lebih mirip cowo, dengan kulit sawo matang, dan tidak terlalu putih hanya saja badannya terlalu kecil untuk ukuran cowo sma.
Setelah membayar niken memutuskan untuk mampir di supermarket yang juga tak jauh dari kompleknya.
**
"Kemana lagi dia" gumam niken melihat pria itu sudah mengendarai mobilnya dan-"argh" teriaknya
"maaf non, non gak masuk? "tanya satpam rumahnya yang sudah memperhatikannya sedari tadi.
Tanpa menoleh sedikitpun niken memajukan motornya ke dalam.**
" permisi non, non udah tidur? " asisten rumah tangganya mbak nunu yang sudah lama bekerja disini sejak--
Mengetuk pintu kamar niken.
" ada apa? " tanyanya lagi setelah membukan pintu kamarnya." ada telpon dari rumah sakit non" jawab mbak nunu sambil memberikan telepon rumah tanpa kabel tersebut. Lalu pergi setelah meminta izin kepada nona dingin di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate
Teen Fiction"ini keputusan aku gak ada yang bisa merubah sedikitpun" - ------ -aroma tubuh dari jiwa yang rapuh melebihi rindu melampaui waktu. Berpelukan, untuk itulah kita dipertemukan-