Hujan sudah mulai teduh mungkin langit sudah menumpahkan seluruh kesedihannya. Seperti Ken yang tak lagi mendung. Hari Ken terasa lebih indah, hari kelabu telah berganti.
Akhirnya Dev memutuskan untuk mengantarkan Ken pulang karena sudah sangat larut, lagi pula mereka masih mengenakan seragam sekolah. Tidak enak sekali dengan ayah Ken, tapi Dev sama sekali belum bertemu dengan ayah Ken.
"udah reda, yuk pulang" kata Dev sambil berjalan menuju parkiran. Ken hanya mengikuti tanpa menoleh ke arah Dev, dia tak tau apa pipinya kini sudah padam atau masih memerah. M
Diperjalanan pulang tidak ada suara diantara keduanya, hanya ada angin yang menyusup ke kulit masing-masing.
"Makasi ya" kata Ken sambil tersenyum kikuk setelah sampai didepan rumahnya.
Hanya dibalas senyum oleh Dev.
"Dev" jedanya, Ken menatap dalam mata coklah gelap Dev.
"lo masih ingat? Dulu lo bilang apa?
"apa? Yang mana?
"ah" desah Ken kesal, dia tidak mungkin menjelaskannya.
"gue suka sama lo? " tepat sasaran, muka Ken langsung memerah saat Dev mengatakan hal itu, meskipun sesungguhnya Dev bertanya.
Ken mengangguk.
" gue suka sama lo Dev, apa rasa lo masih sama? " tanya Ken memastikan.
Dev hanya tersenyum, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Dev. Dia tak tau apa yang harus dilalukan, dia tau rasa tak bisa dibohongi.
Maafin gue Ken.
Dev memalingkan wajahnya," gue pamit ya" kata Dev, lagi-lagi ia menepuk puncak kepala Ken.
Setelah punggung Dev hilang dari pandangannya, Ken memasuki rumah. Senyum masih terukir dibibir Ken, dan dihiasi warna merah padam di pipinya.
"Darimana kamu? Jam segini baru pulang? " tanyanya lagi-lagi menghancurkan mood Ken.
Ken hanya menoleh, melihat lelaki itu bersama istrinya yang baru dinikahinya sebulan lalu.
Ken hanya berdecak kesal lalu naik ke lantai atas satu-satunya tempat yang paling nyaman dirumah ini.
Tiba - tiba Ken teringat Daffa, dimana pria yang sosoknya telah digantikan oleh Dev itu sekarang?
Daf, lo dimana? Gue kangen pengen cerita juga.
Ken mengetik pesan lalu megirimnya.
Sudah satu jam Ken menunggu balasan dari Daffa tapi tak satupun hingga Ken tertidur.
===chocolate===
"Ken ntar sore gue jadi berangkat ke jepang, bye bye Niken" kata Vanda kegirangan, karena ia dikirim sekolah untuk pertukaran pelajar, dan akan kembali tiga bulan lagi saat kenaikan kelas. Dan selama tiga bulan itu juga Ken semakin sepi, kecuali kalau Ken mau berbaur dengan yang lain.
"ah ga asik lo" decak Ken sambil menaikkan sebelah kakinya ke atas kursi.
"udahlah, besok lo duduk bareng toni aja" ejek Vanda sambil melirik ke arah Toni. Dan asalkan kalian tau, Toni itu cowok paling adem dikelas ini, berkacamata tebal, dan paling tahan duduk sendirian dari awal sekolah.
Ken hanya melirik kesal. Ken tak memiliki teman ngobrol lagi dikelas.
===chocolate===
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate
Teen Fiction"ini keputusan aku gak ada yang bisa merubah sedikitpun" - ------ -aroma tubuh dari jiwa yang rapuh melebihi rindu melampaui waktu. Berpelukan, untuk itulah kita dipertemukan-