"Ga ada tapi tapian sayang. Maaf aku harus pergi dan aku harap kamu bisa buka hati kamu untuk wanita lain secepatnya karna aku pengen liat kebahagiaan kamu" Cia pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Ali.
"Cia please jangan pergi jangan tinggalin aku sayang. Aku cinta sama kamu" ucap Ali lirih dengan menatap nanar kepergian Cia.
Buggghhhh (kayanya bunyinya gtu :D)
"Argghhhh" ringis Ali kesakitan tubuhnya terjatuh dari kasur.
"Koq gue disini sih bukannya tadi ditaman ama Cia"
"Ternyata gue mimpi. Cia aku janji aku akan buka hati aku untuk cewe lain. Ini semua demi Mama dan Cia" Ali menatap langit-langit kamarnya dengan tatapannya yang sendu.
***
Hari ini pada jam sebelum pulang sekolah dilaksanakannya pembagian rapor tengah semester pertama. Dimana perasaan campur aduk semua siswa ada yang senang, gugup bahkan santai-santai aja. Namun yang dirasakan Prilly sangat takut nilainya ancur.
Prilly tengah berada ditaman belakang sekolah duduk dengan memangku rapornya. Prilly dengan sangat hati-hati membuka rapornya. Prilly memperhatikan semua nilainya hingga jari dan matanya terfokus berhenti pada satu mata pelajaran 'penjas orkes'.
"Kenapa lagi-lagi nilai olahraga gue sih yang kecil. Nilainya 5 lagi. Aaaaaa bunda" Prilly menghela nafas panjangnya.
"Berisik teriak-teriak" Prilly membelalakkan matanya dan menoleh kearah sumber suara.
"Ali lo ngapain disini"
"Gue lagi baca dengan tenang disitu. Lo malah teriak-teriak" Ali menunjuk kursi taman yang tadi ia duduki.
"Ohh. Tapi koq gue ga liat lo ya" Ali mengangkat bahunya dan duduk disebelah Prilly.
"Lo ngapain disini?"
"Buka ini mau liat hasil ini" Prilly mengibas-ngibaskan rapor miliknya.
"Coba gue liat"
"Gamau" Ali segera merampasnya begitu saja dari tangan Prilly.
"Ahhh Ali" Ali dengan serius memperhatikan setiap nilai Prilly.
"Koq lo bego sih dipelajaran olahraga" tanya Ali dan Prilly pun tertunduk.
"Gue ga bisa li. Megang bola yang bener aja gue ga bisa gimana untuk maininnya" ucap Prilly lirih.
"Yaudah gue pergi dulu" Ali pun meninggalkan Prilly seorang diri.
Teettt Teetttt Teettt
"Udah bel pulang" Prilly pun bergegas menuju kelas untuk mengambil tasnya.
"Prill balik yuk" ajak Itte setelah Prilly telah sampai dikelasnya.
"Lo duluan aja deh Te gue masih ada urusan"
"Yaelah luh Pril gaya-gayaan pake urusan segala. Yaudah gue balik duluan ya. Hati lo jangan aneh-aneh" Itte pun bergegas pergi.
Ali masih berada ditempat duduknya. Tanpa menyapa ataupun berbicara seperti biasanya Prilly langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Ali.
"Kenapa tuh anak aneh banget. Gue ikutin aja kali ya" Ali pun bergegas untuk mengikuti Prilly.
Terlihat Prilly memasuki lapangan Indoor sekolah. Ali pun mengikuti Prilly memasuki lapangan dan duduk dikursi penonton(tribun) dibagian pojok kiri atas. (Bayangin aja yehh gimana tata letaknya tuh lapangan :D)
Terlihat Prilly mengambil sebuah bola basket dan memantul-mantulkannya. Prilly mencoba untuk mengeshoot bola berkali-kali tapi tak ada satu pun bola yang masuk.
Ali POV
Gue ikutin tuh anak ternyata dia masu ke lapangan Indoor sekolah. Gue gak tau tuh anak ngapain tapi gue penasaran dan gue cari tempat duduk yang aman ditribun yang ga terlihat sama dia.
Gue perhatiin dia ngambil bola basket dan dia coba berkali-kali masukin bolanya ke ring tapi gak masuk-masuk.
Gue liat dia cape banget terus dia terduduk dan tertunduk dilapangan. Wajahnya dia tutupin pake kedua telapak tangannya.
"Semangat dong gitu aja udah putus asa" teriak gue dari atas tribun penonton Prilly pun menengadahkan kepalanya dan menoleh kearah gue. Gue tau tuh anak bingung karna dari jarak itu ga mungkin terlihat jelas muka gue. Gue pun turun kelapangan.
"Ali" pekik Prilly tak menyangka.
"Iya gue Ali" jawab gue santai.
"Lo ngapain disini"
"Merhatiin lo maen basket. Jelek juga ya permainan lo dari tadi gue perhatiin ga ada bola yang masuk"
"Kan udah gue bilang gue ga bisa" terlihat air mata mengalir di pipinya.
"Udah gausah nangis cengeng banget. Udah sini gue ajarin" gue pun mengajari Prilly hingga ia bisa.
Prilly POV.
Gue nyerah gue emang ga ahli dalam olahraga. Gue cuma bisa terduduk tertunduk dan sambil terisak. Gue marah gue kesel tapi yang gue bisa cuma nangis.
"Semangat dong gitu aja udah putus asa" ada seseorang teriak gue menengadahkan kepala dan menoleh kearah sumber teriakan tadi. Gue ngeliat seorang cowo tapi ga begitu jelas. Hingga orang itu turun dari tribun ke lapangan dan menghampiri gue.
"Ali" gue ga nyangka kalo yang didepan gue ini Ali.
"Iya gue Ali"
"Lo ngapain disini"
"Merhatiin lo maen basket. Jelek juga ya permainan lo dari tadi gue perhatiin ga ada bola yang masuk"
"Kan udah gue bilang gue ga bisa" air mata gue keluar lagi cengeng banget sih gue malu ama Ali.
"Udah gausah nangis cengeng banget. Udah sini gue ajarin"
Ali pun mengajari gue main basket dari cara megang bola posisi kaki gue yang bener hingga cara masukinnya.
Dia nyuruh gue buat ngikutin yang tadi dia arahin tapi tetep gagal. Tiba-tiba dia nyuruh gue megang bola dan dia ngambil posisi dibelakang gue. Tangannya dia julurkan dan tangan dia memegang punggung tangan gue. Dia ngarahin posisi tangan gue yang bener. Gue mendengar dengan jelas ucapannya karena posisi kelapa dia tepat disebelah kanan kepala gue.
"Ayo coba shoot ya gue bantuin pegangin bolanya" gue nengok ke dia dengan muka gue yang nunjukin seolah-olah gue berkata kalau gue ga bisa tapi dia malah senyum ke gue dan menganggukkan kepalanya yang seolah-olah berkata lo pasti bisa.
"Ali senyum ke gue tulus banget tadi senyumnya gue bisa liat itu. Koq gue deg-degan gini ya" batin gue.
"Hey Prill koq bengong sih. Ayo kita coba" Ali nyadarin gue yang lagi bengong sambil ngeliatin dia. Akhinya bola pun gue lempar sekuat tenaga.
1
2
3
"Yesss masuk" teriak gue kegirangan. Ya udah pasti gue loncat-loncat udah kaya anak kecil dikasih lolipop.
"Makasih ya Li" tanpa gue sadari lagi-lagi gue spontan meluk Ali. Tapi tunggu Ali kayanya ngebales pelukan gue ga kaya biasanya. Gue pun buru-buru melepaskan pelukan gue.
"Sorry li kelepasan" gue mengaruk kepala gue yang tak gatal.
¤¤¤¤¤
Hay nongol lagi nihh. Makin ga jelas ye ceritanya. Haha gpp lah yang penting hasil pemikiran sendiri. Segini dulu ya gue bingung. Jangan lupa vote dan komen ya.
Muacchhhh cium atu-atu dari jauh :* {}@rara_stories
Jakarta, 2015