"Gue suka sama lo Prill dari sejak pertama gue liat lo mungkin ini yang namanya cinta pada pandangan pertama. Awalnya gue nyerah karena lo yang begitu cuek tapi gue tetep berusaha supaya gue bisa deket sama lo. Gue sayang banget sama lo Prill gue ga bisa bohongin perasaan ini lagi." Terjadi keheningan diantara mereka.
"Maukah lo jadi pacar gue Prilly Latuconsina?" Tanya Bani kepada Prilly. Namun saat Bani menunggu jawaban, Prilly malah segera mengemasi barang-barangnya ke dalam tas kemudian ia berdiri dan berlari keluar dari rumah Bani.
"Loh Prill lo mau kemana?" Tanya Bani yang hendak bangun ingin mengajar Prilly namun tangannya ditahan oleh Itte.
"Gausah dikejar dia butuh waktu untuk sendiri." Ucap Itte.
"Loh kenapa bukannya harusnya dia jawab pertanyaan gue? Kenapa malah pergi." Tanya Bani yang merasa bingung.
"Mending lo duduk gue bakalan kasih tau kenapa sikap Prilly kaya gitu."
"Huhhh. Oke." Bani pun duduk.
"Gue juga ga ngerti kenapa Prilly kaya gitu tapi yang jelas setelah dia pergi ninggalin Prilly dihari setelah acara prom night
Prilly jadi berubah lebih banyak menyendiri yang dulunya Prilly itu ceria banget gampang deket sama siapa aja tapi setelah dia ninggalin Prilly, Prilly berubah lebih menutup dirinya dan yang paling penting Prilly selalu menolak laki-laki lain untuk dekat sama Prilly. Makanya mungkin pas lo pengen kenal dekat sama Prilly, Prilly cuek jutek bahkan sikapnya dingin sama lo dan baru lo cowo yang bisa deketin dia lagi tapi mungkin dalam benak Prilly lo udah ngancurin kepercayaan dia kalo lo temen yang baik dan dia berharap lo bener-bener tulus mau jadi temennya tanpa embel-embel ingin jadi pacarnya. Kenapa? Karena orang itu masih selalu ada dihatinya bahkan cinta untuk orang itu semakin dalam. Jadi itu alasan kenapa Prilly bersikap kaya tadi." Ucap Prilly seraya menitikan air mata."Tapi kenapa harus segitunya Prilly berubah? Toh orang itu juga ga jelas kemana."
"Lo ga ngerti, Bani. Karena posisi lo ga seperti dia saat ini dan mungkin lo dengan mudah melupakan orang yang pergi ninggalin lo tanpa kabar yang jelas tapi Prilly itu seorang wanita dimana wanita selalu melakukan segala sesuatunya menggunakan hati dan perasaannya yang kemudian baru ia menggunakan logikanya beda sama lo yang lebih mengedepankan logikanya. Jadi gue mohon sama lo untuk saat ini jangan bertindak bodoh dan jangan deketin Prilly untuk sementara nanti gue yang bakalan ngejelasin semuanya sama dia. Yaudah gue mau pergi dulu ngejar Prilly gue yakin dia ga jauh dari sini." Itte pun bergegas pergi.
"Itte tunggu." Itte pun berhenti.
"Dia itu siapa? Orang yang ga bisa prilly lupain?" Tanya Bani.
"Nanti gue kasih tau."
"Tapi Te....." Belum selesai Bani berbicara Itte segera berlalu pergi.
***
Prilly POV.
Entah apa yang ada dipikiran gue saat ini. Gue ga ngerti kenapa sampai saat ini gue selalu engga bisa buat nerima cowo lain dihati gue.
Bani kenapa lo harus suka sama gue. Gue belum bisa mencintai orang lain. Gue sayang dan nyaman sama lo tapi cuma sebatas teman engga lebih.
Malam ini entah gue mau kemana pikiran gue kacau saat ini hari ulang tahun gue harus berakhir seperti ini.
"Tuhan kenapa harus seperti ini. Aaaaaa." Teriak gue sekuat tenaga engga perduli orang-orang yang melihat gue mungkin mereka berpikir gue gila tapi emang iya saat ini gue gila.
Gue berhenti sejenak namun tak disangka langkah gue berhenti tepat didepan rumah Ali. Gue baru inget rumah Bani ga terlalu jauh dari rumah Ali.
Seketika bayangan waktu dulu muncul dihadapan gue. Gue yang diajak ke rumah Ali saat hari itu dimana hujan sangat deras.
"Ali kenapa gue ga bisa lupain lo. Semakin gue benci sama lo kenapa perasaan ini sulit buat hilang. Kenapa lo pergi. Kenapa?" Ya saat ini gue bener-bener gila berbicara dengan sebuah rumah yang seolah-olah itu adalah Ali.
Lagi-lagi air mata tak bersalah ini harus keluar dari dalam mata gue. Kenapa gue jadi cengeng gini setiap kali inget dia. Apa pernah dia nangisin gue disana. Apa pernah gue ada dipikirannya saat ini.
***
Author POV.
Itte bergegas menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari pekarangan rumah Bani. Menyusuri jalanan yang cukup gelap dengan penerangan seadanya mencari sosok sahabatnya yang pasti tidak jauh dari sekitar ia berada.
"Duhh. Prill lo dimana sihhh?" Ucap Itte cemas.
Itte terus menyusuri jalanan dengan kecepatan yang cukup rendah memperhatikan setiap jalanan yang ada. Namun saat sedang memperhatikan jalanan mencari sosok Prilly sepertinya Itte melihat seseorang tengah terduduk di depan gerbang sebuah rumah.
"Itu Prilly kan? Hah! Ini kan rumah Ali. Iya pasti itu Prilly." Itte segera keluar dari mobil dan menghampiri orang itu.
"Prilly." Pekik Itte perlahan. Orang yang ia panggil menengadahkan kepalanya.
"Huhhh ternyata bener lo. Syukur deh lo gapapa. Pulang yuk Prill udah malem jangan kaya gini." Ajak Itte namun Prilly tetap tak bergeming dari posisinya.
"Ayolah Prill bukan saatnya lo harus nangis kaya gini. Bangun yuk gue ga akan bawel deh nanti gue bakalan diem ga akan nanya-nanya atau nasihatin lo. Tapi please bangun yah gue anter lo pulang." Prilly pun mengangguk dan Itte segera memapah Prilly padahal Prilly tidak terluka sedikit pun hanya hatinya yang terluka.
Di dalam mobil terjadi keheningan antara dua sahabat ini yang biasanya selalu terjadi perdebatan tidak ada lagi karena Itte tau dalam keadaan seperti ini Prilly tak akan mau membuka mulutnya untuk berbicara sekedar tersenyum pun tak mau.
¤¤¤¤¤¤
Hey hey maaf ya baru ngenext. Agak sedikit ngaco ceritanya tapi bodolah yang penting di next hehe :D
Tunggu ya sebentar lagi Ali nya muncul. Cieee nungguin Ali ya? Sama aku juga :D
Happy weekend ;) Muach :* {}
Jakarta, March 2016.
rara_stories