Setiap harinya Bani selalu ingin dekat dengan Prilly. Segala cara ia lakukan agar ia bisa akrab dengan Prilly. Sosok Prilly yang begitu tertutup membuat Bani makin penasaran. Sepertinya Bani mulai tergila-gila dengan sosok Prilly.
Prilly tengah menunggu angkutan umum di sebuah halte dekat kampus namun tiba-tiba seseorang yang tengah mengendarai motor berhenti tepat dihadapan Prilly.
"Hey Prill." Pekik orang itu.
"Dari pada nungguin bus atau angkot mending gue anterin yuk."
"Engga ah Bani. Makasih."
"Ayolah lagi juga ini udah sore pasti nanti bakalan macet."
"Engga Bani."
"Yaelah Prill. Anggap aja ini permintaan maaf lo waktu itu nabrak gue." Prilly berpikir sejenak.
"Ayolah pleaseeee." Bani memasang wajahnya menyerupai anak anjing yang begitu imut dan memelas.
"Huhhhh. Oke yaudah."
"Yesss."
"Eh tunggu." Sergah Bani.
"Kenapa?" Prilly mengerenyitkan dahinya. Bukannya menjawab Bani malah melepaskan jaketnya dan memberikannya kepada Prilly.
"Buat apa?" Tanya Prilly.
"Itu buat nutupin rok lo. Terlalu pendek dan terlalu mengekspose yang ga harus diekspose."
Jlebbbb.
Seperti dihujam banyak jarum ingatan Prilly mengingat saat Ali memperlakukannya juga seperti Bani yang menyuruhnya untuk menutupi roknya saat sebelum menaiki motor.
"Loh kok diem? Apa perlu gue yang pakein?"
"Eh engga. Ga perlu." Suara Prilly bergetar.
"Lo kenapa?"
"Engga gapapa. Udah yuk gue takut Bunda gue khawatir."
"Oke."
Brummm.
Motor Bani pun melaju membelah jalanan yang sedikit lagi akan dijejali banyak kendaraan.
Tak lama Prilly telah sampai di depan gerbang rumahnya. Prilly pun turun dari atas motor Bani.
"Nihhh." Prilly melepaskan jaket Bani yang melingkar dipinggangnya dan memberikannya kepada pemiliknya.
"Makasih ya. Yaudah kalo gitu gue masuk dulu." Prilly berbalik membelakangi Bani dan mencoba membuka pintu gerbang.
"Tunggu Pril." Prilly pun berbalik menjadi menghadapi Bani kembali.
"Kenapa?"
"Emmm. Gue. Gue boleh ga jadi temen lo atau sahabat lo gitu." Pinta Bani.
"Kenapa harus gue?"
"Gapapa gue ngerasa nyaman aja kalo temenan sama lo."
"Nanti yah gue pikir-pikir dulu." Prilly pun berbalik dan segera ingin masuk namun tangannya dicegah oleh Bani.
"Prill. Ayolah gue cuma pengen jadi temen lo kenapa harus lo pikirin lagi sih."
"Gue ga bisa gitu aja sembarangan temenan sama cowo."
"Ayolah Prill. Gue bakalan jagain lo kok gue ga akan macem-macem asalkan lo mau jadi temen gue. Pleaseeee." Bani memasang wajahnya semelas mungkin agar Prilly luluh.
"Huhhhh. Yaudah oke lo jadi temen gue." Prilly akhirnya pasrah.
"Yessss. Oke lo besok ada kelas jam berapa?" Tanya Bani seraya bersorak kegirangan.
"Ada jam delapan pagi."
"Oke kalo gitu besok gue jemput."
"Gausssss....."
Brummmm.
Motor Bani sudah melaju kencang meninggalkan wilayah rumah Prilly.
"Ahhhh. Gausahh Ban. Huffttt. Tuh anak kenapa demen banget maksa gue sih." Prilly menggelengkan kepala dan segera masuk ke dalam rumah.
***
Semakin hari Prilly mulai nyaman berteman dengan Bani walaupun Bani orangnya pemaksa tapi dia baik selalu mengerti apa yang Prilly mau. Banyak waktu mereka habiskan bersama dan bahkan Prilly mengenalkannya kepada Gritte.
Bani sering sekali bermain ke rumah Prilly. Karena Bani seseorang yang tipenya mudah bergaul bahkan Bani sekarang sudah begitu dekat dengan Bunda Uli. Dan Bunda Uli selalu memantau Prilly dengan laporan yang diberitahukan oleh Bani.
Suatu ketika dihari minggu pagi Prilly sedang bergelut dengan alat-alat dapur. Kebiasaannya memasak memang tidak bisa ia tinggalkan.
"Ii" Pekik Bunda Uli.
"Iya Bun kenapa?" Tanya Prilly tanpa menoleh ke arah Bundanya masih fokus dengan apa yang ia sedang kerjakan.
"Kamu lagi bikin apa?" Bunda Uli menghampiri Prilly.
"Ii lagi nyoba resep baru cup cake red velvet Bun. Nanti Bunda cobain ya terus kasih komentarnya."
"Oke yang enak ya sayang." Bunda Uli pun duduk di kursi di dekat meja mini bar.
"Ii." Pekik Bunda Uli.
"Iya Bun."
"Bani itu temen kamu atau pacar kamu?" Seketika Prilly menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Bunda Uli.
"Temen Bundaaa."
"Kenapa ga jadi pacar aja?"
"Hahaha. Bunda apaan sih. Udah ah Ii mau masak." Prilly kembali bergelut dengan alat-alat dapur.
"Gapapa tau Ii. Bunda setuju kok kalo kamu sama dia. Dia juga keliatannya baik. Bunda juga suka sama dia anaknya seru."
"Haha. Yaudah itu kan Bunda yang suka tidak dengan Ii. Kalo gitu Bunda aja yang jadi pacarnya Bani. Udah Bunda sekarang Bunda duduk manis aja di ruang tengah sambil nonton tv daripada ngoceh ga jelas gini." Prilly mengajak Bunda Uli keluar dari dapur dan mengantarkannya keruang tengah. Prilly pun berlari kembali kedapur setelah sebelumnya mencium pipi Bundanya.
"Prilly. Dasar kamu ya kalo Bunda bahas tentang cowo kamu selalu kaya gini." Teriak Bunda.
"Kapan aku ngeliat anak aku pacaran kalo gini ceritanya." Ucap Bunda Uli kepada dirinya sendiri.
Terkadang ada orang tua yang tidak ingin melihat anaknya berpacaran namun lambat laun orang tua tersebut juga ingin melihat anaknya menggandeng pacarnya merasakan indahnya cinta tapi tetap dengan menjaga batasan-batasan yang ada.
¤¤¤¤¤¤
Anyeonghaseyyo. Dinext kembali SC nya. Semakin ngaco yahh? :D
Mohon dimaklumkan karna ini sedang berusaha untuk kebagian dimana Ali nongol lagi hehe :D
Jangan lupa vote dan komennya. Semakin banyak vote Alinya bakalan cepet di tongolin hehe :D
Selamat Reading readers sayang (apa dah sayang-sayang :D).
Kecup dan peluk dari jauh muacchhh :* {}Jakarta, Feb 2016
rara_stories