BAB 6 - Bingung

8.8K 615 7
                                    

[Aku - Anna P.O.V & Gue - Naufal P.O.V]

***

"Anna gila gila gila." Terdengar suara rusuh ala Amber dari arah belakang, ah sahabatku memangmang adalam membuat rusuh seperti ini.


"Aku enggak gila." Emang bener kan? si Amber kali yang gila datang-datang langsung antusias bebek, katanya juga dia mau ke kantin ini malah balik lagi. Aku memang berniat istirahat dikelas, males kalo keluar terus liat dua curut sedang bermesraan, kasian kan ini hati.

"Maksud gue, gue punya berita gila pedas dan panas." Ucapnya makin antusias.

"Sambalado kali."

"Lebih huhah dari sambalado! Ih ini soal Kak Naufal..."

"ADA APA SAMA KAK NAUFAL?" Tanpa sadar suaraku naik beberapa oktaf, entah kenapa setiap mendengar nama itu seluruh tubuhku langsung sensitif.

"Anna mulutnyaa ituloh." Ujar Dara--salah satu teman sekelasku. Ah iya inikan di ruangan kelas, aku langsung menggaruk tengkuk kemudian meminta maaf.

"Lo sih dengerin gue dulu dan baru kita jerit-jeritan oke?" Aku hanya mengangguk tidak sabar dengan berita sambaladonya Amber.

"Tadi kata kak Juno abang gue kak Naufal sama kak Bara rebutin elo Anna!"

Krik.. Krik..

"Ini serius, dan..."

"ANJIR." dengan refleks kita ini jerit-jeritan sinting sejenak sebelum aku menghentikannya, Dara hanya menutupi kedua wajahnya dengan buku.

"Enggak percaya banget deh Mber?"

"Mber Mber."

"Daripada mbee mbee." Amber memutar kedua matanya.

"Gue juga gak percaya tapi lo tau abang gue kan? Dia kan gak mungkin boong apalagi dia sekelas sama kakak kelas lo itu." Seketika pipiku panas ah merah lagi ini sih.

"Lucunya Annaa, gue jadi makin suka sama Frozen."

"Najis apa hubungannya sama aku?"

"Kosa-kata lo gak pantes banget omongan najis najisan tapi pake aku-kamu."

"Suka-suka princess dong."

"Dih seketika muntah gue, yaudah anterin gue makan yuk?"

"Ogah, aku kan udah bilang gamau ke kantin, gamau ngeliat dua curut itu."

"Halah sebagai balas budi atas berita yang gue sampein tadi."

"Masyaaarakat bumi pertiwi itung-itungan banget si?"

"Gue kira lo mau nyebut MasyaAllah, dosa lo."

"Baomong banget ah yaudah yuk kantin." Aku menggeret Amber menuju kantin walaupun ogah tapi kalo diem dikelas bareng Amber kayaknya ngeri ngeganggu Dara lagi.

***

Aku dan Amber berjalan santai menuju kantin, sambil sesekali tertawa ngakak si Amber ini emang kocak banget mulutnya asal ngomong tapi ngena dan menurutku itu lucu.

"Heh princessnya Darren." Uh, tau kan siapa yang suka manggil aku disini selain si ratu kelek; Tasya pastinya.

"Apa sih ganggu ae lo." Amber berkacak pinggang sambil menatap malas kearah Tasya.

"Kok yang jawab elo, gue kan manggil Anna oh iya princessnya Darren kan lagi patah hati ya hahaha." Tawa bak seorang psikopat gadungan itu membahana ke seluruh koridor membuat aku dan Amber ingin menyumpalnya dengan bayg*n saat itu juga.

"Jangan ketawa deh lo, tawa lo sumbang gak ada merdu-merdu nya. Yang ada enek." celetuk Amber membuatku langsung menahan tawa.

Tasya melotot, "Diem deh lo ember dekil."

"Whatt? Lo kira lo engga dekil hah cabe yang suka nyelip di gigi."

"Apa lo ember kosong nyaring bunyinya."

"Tasya bego cabe murah." Amber dan Tasya adu tatapan. Perasaan aku deh yang punya urusannya tapi kok malah Amber yang sewotnya? Duh sahabat yang baik, eh?

"Udah deh jangan ladenin dia Mber, mending kantin daripada jam istirahat keburu abis." Sebelum mereka adu jotos aku menarik Amber menjauh dari raja makhluk gaib itu menuju kantin.

"CEMEN LO! BILANG AJA GAK BERANI, UH."

"Apa dia bilang NA!?!" Amber bersiap untuk berbalik sambil melipatkan baju lengannya ke atas, aku menggeleng keras.

"Syut! Udah udah jangan di pikirinn, omongannya emang gak setara sama nyalinya."

"Gue gak habis pikir deh dia gak ada habis-habisnya ngeganggu elo." Amber menggerutu, aku hanya tersenyum.

"Itu tandanya dia sirik yakan Mber, dia gak bisa secantik aku, seimut aku, selucu aku, secomel aku."

"Iya tapi gak dalam artian itu juga kali ah."

"Hahaha iya deh yuk Mber pesen makanan."

"Capcyus." Amber memesan makanan sedangkan aku memilih meja yang akan di tempati oleh kita berdua.

Seketika mataku melihat meja yang pas untuk menikmati istirahat kali ini, meja yang menghadap ke lapangan. Aku langsung duduk di kursi itu sambil menunggu Amber sekalian nyari kakak kelas ganteng, siapa tau aku dapet kecengan baru dan bisa ngelupain kak Naufal dalam waktu dekat.

Keadaan kantin yang semula aman damai tentram kini mulai riuh oleh jeritan jeritan cewek centil apalagi? Pasti kantin sedang kedatangan seorang Naufal Reagan Aldreas murid paling ganteng seantreo sekolahan. Mulanya aku juga gitu sih, tapi kan sekarang dia udah taken sama Tasya. Mereka masih aja jerit-jeritan gak jelas kayak gitu, histeris boleh si tapi jangan berlebihan, nih contoh kayak aku gini kan diam diam tapi dalam hati aaaa. Uhm.

"Na na na, itu kak Naufal gila ganteng banget ya." Amber datang-datang langsung nyembur dan duduk sambil menatap ke arah kak Naufal, aku segera menggeplak jidatnya.

"Jangan ngeliatin segitunya dia punya aku!" Amber mendengus kemudian memakan pesanannya.

Aku langsung teringat sesuatu dan mulai mencari-cari pesananku, "Eh Amber pesanan aku sih mana?"

"Lagi di buat entar di anterin sama si bibi, gue kelaperan makannya nyodok kek gini. Keren kan?"

  'Cih yang kayak gitu menurut dia keren? Astaga.'

  Aku hanya mengedikkan bahu sambil mengangguk dan kembali menatap kak Naufal datar, kok gak lagi sama Tasya bukannya.. Ah sudahlah bukan urusan kamu Anna!

  Tiba-tiba Kak Naufal menoleh kearahku, aku dan kak Naufal bertatapan sejenak sebelum kak Naufal memutuskan kontak mata itu.

'Aku bingung deh sama sifat kak Naufal, aneh banget dia itu kenapa si? Dia seakan buat lampu hijau, sepersekian detik selanjutnya di merahkan. Padahal aku bukan kendaraan di jalan tol, hiks. Semacam ingin stay tapi di buang.' batinku sambil tidak mengalihkan pandangan dari Kak Naufal.

***

He's My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang