BAB10 - Penyakit

7.6K 508 8
                                    

Aku berlarian di koridor rumah sakit, banyak yang memperhatikanku mungkin karena saat ini aku hanya memakai celana jins selutut dan kaos yang dibaluti cardigan dengan rambut yang lumayan acak-acakan. Tapi aku tak memikirkannya yang ada difikiranku saat ini adalah Kak Naufal.

Setelah tadi menanyakan kamar tempat kakak kelasku di rawat, aku ingin cepat cepat sampai dan melihat keadaannya. Duh, memang ada-ada saja kejadian hari ini. Aku jadi pusing, setelah sampai di depan pintu ruangan Kak Naufal dirawat, aku langsung menghela nafas pelan kemudian pelan-pelan membuka pintunya.

Terlihat kak Naufal sedang terpejam dengan Kak Bara yang sedang bermain ponsel di sofa langsung melihatku, aku terdiam sambil bertanya-tanya di dalam hati, keluarga kak Naufal kemana? Aku lihat tidak ada yang luka disekujur tubuh kak Naufal, ini semakin membuatku bingung lalu menatap Kak Bara.

"Sini, gue mau cerita." Ajaknya setelah kediamanku di dekat pintu, sambil berjalan aku hanya menurut tanpa mengatakan sepatah katapun dan duduk disamping kak Bara.

"Janji, lo gak bakal kaget setelah ini?"

Aku mengangguk pelan, "Ya. Janji."

"Karena, lo satu-satunya cewek yang tau ini Na, setelah cewek di keluarga Naufal sendiri, jadi gini... Naufal itu punya penyakit, lo tau? Penyakit dia itu sejenis Syndrome soalnya dia itu terobsesi sama cewek nakal." Aku menunduk mencerna setiap kata yang diucapkan oleh kak Bara.

"Su...sugesti?"

"Semacam itu Na, dan itu alasannya Naufal selalu punya pacar yang Bad selama ini, belum ada yang tau jenis penyakitnya apa yang jelas dokter ngejelasin kayak gitu ke gue dua tahun yang lalu."

"Kenapa gak ke ahli psikologis atau kayak psikiater gitu kak?"

"Ya, taulah. Itu kesannya kayak Naufal sakit jiwa. Dia gak gitu, cuma obsesinya aja yang berlebihan ketika ngeliat cewek nakal."

Aku langsung menoleh ke arah kak Bara, "Te..terus? apa hubungannya sama -"

"Lo harus bantuin dia sembuh, katanya lo sayang sama dia kan?"

Aku menganggukan kepala secara perlahan, "Sayang..banget tapi kalo kak Naufal nya sendiri gak bukain hatinya buat aku gimana?"

"Anna, ini masalah penyakit lo tau? Naufal mulai suka merhatiin lo, gue yakin seyakin-yakinnya dia udah mulai tertarik sama lo. Jadi gue mohon lo jangan nyerah dapetin Naufal ya?"

Aku menatap kak Bara ada kilatan kecewa juga harapan disana, aku dapat merasakannya tapi perlahan aku mengangguk.

"Ya. Tanpa kakak suruh aku pasti akan terus berusaha dapetin hatinya kak Naufal, -"

Aku menghela nafas pelan, "Dan...menyembuhkan penyakitnya."

Kak Bara tersenyum, beberapa saat kemudian, hanya deruan nafas yang terdengar sibuk dengan fikiran masing-masing.

"Oh iya kak, emm.. itu kak Naufal kenapa bisa kecelakaan?" Aku mencoba menyegarkan suasana canggung ini, dengan perasaan yang tidak karuan.

"Pas dia tau lo dibully lagi sama Tasya dia marah-marah, sekarang Tasya sama Naufal lagi jauhan." Ucap Kak Bara sambil berjalan mengambil minum.

Itu, bukan jawaban yang aku inginkan sih.

"Gara-gara aku?"

"Bukan, inimah merekanya yang kurang dewasa jangan pernah nyalahin diri sendiri ya, terus katanya Naufal pulang dan tiba-tiba dia kayak gini deh."

Aku mengerjapkan mata sambil menghela nafas gusar, "Keluarga kak Naufal?"

"Mereka sibuk sama pekerjaannya Na, oh iya gue mau keluar, beli makanan bentar doang, jagain bentar bisa?"

Aku hanya mengangguk-nganggukan kepala, selepas kak Bara keluar aku berjalan menuju kak Naufal dan duduk disampingnya.

"Kakak.. bangun dong kok lama banget tidurnya." Aku memperhatikan kak Naufal, ganteng.. halisnya tebal, giginya gak terlalu rapih tapi percaya deh itu makin bikin dia manis, kalau kalian liat kak Naufal senyum pasti ikutan senyum tapi jangan sampe jatuh cinta sama kak Naufal ya, karena dia itu hanya ditakdirkan buat aku. Nadira Adrianna.

Aku tersenyum kecil, aku harus dapetin kak Naufal! dia gak pantes sama para Badgirl, kasian kan nanti, di hidupku gak ada yang saling melengkapi disini semuanya harus adil. Ganteng sama cantik, pinter sama pinter emang seharusnya iyakan? iyadong. Aku percaya kalau Tuhan pasti adil.

Perlahan aku merasakan denyutan keras dikepalaku, oh iya tadi pasti Alfa! Dasar iler biawak, aku masih mengingatnya bola basket melayang kearahku dan Alfa malah cekikikan kabur, mana Bunda sama Ayah lagi diluar kota. Dan kayaknya aku pingsan sendirian, sampe kebangun sama notifikasi pesan dari kak Bara. Untung ada mbok yang sekarang pasti jagain Alfa dirumah.

Aku merasakan pusing yang lumayan, semuanya mulai terlihat buram dipandanganku akupun memilih untuk memejamkan mataku, berniat meredakan nyeri yang melandaku sekarang.

***

He's My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang