BAB25 - 2 Permintaan

7.4K 425 5
                                    


"WOI KALO LO BERANI, KITA TANDING BASKET SATU LAWAN SATU DISINI SEKARANG! KALO LO MENANG LO BOLEH AJUIN DUA PERMINTAAN SAMA GUE, BEGITU JUGA GUE KALO MENANG GUE BERHAK NGAJUIN DUA PERMINTAAN SAMA LO!"

Dasar sinting! terdengar murahan memang, tapi bayangkan saja kak Naufal yang teriak! semua siswa siswi langsung mengerumuni lapangan aku cemas tentu saja!

Baron mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras aku bingung harus bagaimana, dengan seluruh tekad yang kuat aku memberanikan diri berlari menuju kak Naufal

"KAK NAUFAL GILA YA!" Aku menjerit didepan nya, kak Naufal terlihat sedang mengatur nafasnya disertai dengan tatapan tajam yang mengarah kepadaku

"AKU TAU TASYA KENA SKORS KAKAK PUSING KAN GAK KETEMU DIA? KENAPA KAKAK NGELAMPIASIN INI SEMUA KE BARON SIH?" Meski dengan gemetaran aku berusaha untuk tidak menampakannya

"Ini gak ada hubungannya sama Tasya" mendengar jawaban kak Naufal yang terdengar sangat dingin, aku berdecih

"Anna udah lo diem, orang kayak gini biar gue yang ladenin"

Aku menatap Baron dengan menggeleng-gelengkan kepala, Kak Naufal terlihat tambah parah dari wajah yang lebih dekat aku tidak tega

"Ta-tapi Ron-"

"Oke gue terima tantangan lo, tapi dalan rangka apa? Anna?"

Aku melotot mendengar namaku disebut oleh Baron, apa-apaan? aku dijadiin taruhan yasalam mamaaaa salah Anna apasih

Kak Naufal malah diam, dan memulai permainan. Aku mundur beralih ke pinggir lapangan dengan wajah menunduk karena diperhatikan juga oleh seluruh siswa-siswi yang berada dilapangan

"Lo jangan khawatir, Naufal cuma ngerasa bersalah"

Kak Bara dengan senyuman manisnya tengah melipat tangannya di dada, aku meliriknya sebentar lalu kembali menunduk

"Kak Naufal kok beda sih kak? Apa cuma perasaan aku aja?"

"Gue udah pernah bilang kan kalo kak Naufal punya penyakit? Dia gak bisa nentuin perasaannya sendiri Na"

Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap kak Bara tidak mengerti "Maksud kakak apa?"

"Lo pasti dapet jawabannya setelah ini, dan asal lo tau Tasya masuk rumah sakit"

"Tasya masuk rumah sakit? oh jadi ini sebabnya kak Naufal keliatan frustasi gitu?"

"Lo akan tau jawabannya setelah ini, sabar Anna"

Aku mendengus kemudian beralih kearah dua orang laki-laki yang sama-sama merebutkan Tasya, Kak Naufal pacarnya Tasya dan Baron tunangannya Tasya terus apa hubungannya denganku? kenapa aku hadir ditengah-tengah mereka, apa aku salah selama ini? Aku tersenyum miris sambil menghirup oksigen banyak-banyak memikirkannya hanya membuatku sesak saja

Setelah panas-panasan beberapa menit, peluit yang entah sejak kapan kakaknya Amber. Kak Juno yang menjadi wasit meniupnya pertanda pertandingan telah usai, aku hanya menghembuskan nafas pelan siapapun pemenangnya tidak ada artinya buatku kan? terus kenapa aku masih tetap disini sih

"Anna lo nan-"

Sebelum kak Bara menyelesaikan ucapannya aku memilih pergi, Oke biarin aku jadi seseorang yang sangat bodoh untuk saat ini saja

***

"Jadi apa mau lo?"

Baron tersenyum meremehkan, lalu dengan sigap berdiri "Jangan disini lo liat disini ramai, lo mau jadi bahan pembicaraan?"

"Ck, di ruang ganti gue tunggu"

kak Naufal menggeram lalu melemparkan bola basketnya ke sembarang arah, Baron sekali lagi menyeringai "Yang pasti lo bakalan nyesel setelah ini"

Tanpa mengindahkan perkataan Baron, Kak Naufal malah terus berjalan dengan kekesalannya. Baron mencari Anna saat ini, dia akan membicarakan misinya

Setelah berjalan berjauhan menuju ruang ganti, Kak Naufal dan Baron pun saling menatap benci

"Yang pertama gue mau lo putusin Tasya karena gue yang udah duluan jatuh cinta sama dia dan asal lo tau gue tunangannya Tasya saat ini"

Kak Naufal tersenyum tipis "Gue udah putus dari Tasya kemarin dan gue tau lo sama Tasya udah tunangan yang pasti gue gak akan ganggu hubungan lo sama dia sekarang, karena gue udah sadar kalo gue punya seseorang yang lebih pantas buat diperjuangin"

Baron mengangkat sebelah alisnya lalu menyeringai "Bagus. Yang kedua, Gue mau lo jauhin Anna. Karena apa? karena lo gak pantes buat cewek baik kayak dia! bagi gue udah cukup lo nyakitin dia, lo terlalu sederhana untuk ngebuat luka yang sempurna dihati Anna! Sekian"

Pernyataan Baron membuat lidah kak Naufal kelu, rahangnya mengeras "Apa urusannya sama lo?"

"Gue gak rela aja Anna sama lo yang pengecut"

"Lo bukan siapa-siapanya Anna kan? kok lo dengan-"

"Ini permintaan! kalo lo ngelanggar berarti lo emang cowok paling pengecut yang pernah gue kenal!"

Kak Naufal menggeram dirinya sangat ingin memprotes tetapi bukankah itu terlihat sangat pengecut? dia yang mengajukan dia juga yang mengingkarinya. Apalagi dirinya tipikal pria yang sangat memegang janji

Setelah itu Baron meninggalkan ruang ganti dengan seringaiannya yang tadi, meninggalkan kak Naufal yang tampak sedang kecewa, merutuki kesalahannya

***

Aku menggerakkan kakiku menuju rooftop saat ini dengan perasaan yang tidak tentu aku menghela nafas beberapa kali. Setelah meninggalkan lapangan tadi aku malah dipanggil bu Nenden dan menyuruhku membelikan semangkuk mie ayam di kantin, sangat menggelikan bukan disaat sedih ada saja yang membuatku kesal bukannya tidak ikhlas tapi bu Nenden datang disaat tidak tepat! ya kan?

BRUGH

Aku menggerutu dalam hati, baru saja berbicara mengenai pengacau disaat aku kesal sekarang malah ditambah dengan menabrak sesuatu, ketika aku ingin berdiri uluran tangan seseorang menyadarkanku

"Ka-kak Naufal?"

Dengan santainya dia mengulurkan tangannya membuatku salah tingkah dan langsung berdiri dengan sendiri tanpa mengindahkan uluran tangan dari kak Naufal ini

Sambil menunduk aku berjalan melewatinya dan meminta maaf "Ma-maaf ya kak gak keliatan" tapi tanganku dicekal untuk yang kedua kalinya oleh kak Naufal

"Gue mau ngomong sebentar"

Dengan perasaan kesal aku berbalik sambil berkacak pinggang, niatku saat ini hanya mengunjungi rooftop untuk menenangkan diri kenapa selalu seperti ini sih, selalu ada halangan! gerutuku dalam hati

"Ada apa lagiiii? kenapa kakak seperti ini sih? aku udah coba usaha buat ngejauhin kakak tapi kamu kak malahan balik lagi seolah-olah bilang Anna gak usah ngejauh, terus kakak maunya apa? APA!!!"

Terlihat kak Naufal hanya diam tak bergeming, selalu seperti ini membuatku tambah kesal ingin memukulnya kalau tidak sadar ini di sekolah akan aku keluarkan jurus kebanggaanku saat di smp tapi sama sekali tidak aku lakukan, aku terlalu tidak tega untuk itu yang aku bisa hanya memandangi kak Naufal yang terlihat sangat frustasi, entah apa yang ada dipikirannya. Aku tidak mengerti, selalu tidak mengerti

"Kak Naufal, dengerin aku ya.. aku baik-baik saja, jadi kakak tidak perlu mengkhawatirkanku dan juga jangan mencoba untuk menghiburku. Sehingga aku enggak hancur dan jatuh..sehingga aku eng-enggak goyah..tolong jangan melakukan apapun,dan tetap menjauh seperti dulu karena itu mungkin lebih baik"

Sambil menggigit bibir bawahku, aku menunduk menahan sesuatu yang hendak jatuh dari pelupuk mataku tapi akhirnya tetap saja jatuh, aku mendongkak ketika kak Naufal mengusapnya pipiku, menghapus air mata yang membasahi pipiku

"Gue cuma mau minta maaf, gue kalah dan gue nyesel ngedenger permintaan lo yang tadi, gue emang gak bisa bikin lo balik lagi kayak dulu dan sebentar lagi.. setelah kelulusan nanti gue akan ngelanjutin kuliah di London Na"

"Maafin gue"

Badanku terguncang hebat dan saat itu juga kak Naufal pergi menjauh meninggalkanku dengan segala teka-teki yang diberikan kak Naufal, perlahan ada yang mendekapku dari arah belakang

"Lo harus relain dia Na, ada gue disini yang sayang sama lo dari dulu sebelum lo kenal kak Naufal"

***

He's My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang