BAB24 - Pertandingan

6.5K 419 0
                                    


Dengan semangat 45 aku bergegas berangkat sekolah bersama kedua pria yang aku sayangi tentunya, Papa sama si Alfa. Di depan gerbang sekolah aku keluar dari mobil dan salam, tepat setelah mobilku menjauh pergi di gerbang aku berpapasan dengan kak Naufal yang tengah memeluk bola basket sambil menatapku, kearah keningku yang luka ini tepatnya

Aku menggigit bibir bawahku sambil terus berjalan menunduk melewati kak Naufal walaupun jantungku meloncat-loncat karenanya, tapi benar kata Amber kemarin. Kak Naufal terlihat sangat berantakan. Hanya gara-gara Tasya di skors kak Naufal bisa sampai seperti ini, aku tersenyum miris

Setelah sukses melewati kak Naufal, aku berlari menuju kelas seperti orang kesetanan sambil sesekali melirik ke belakang takut tanpa sadar kak Naufal mengejar, tapi itu hanya ada dimimpiku saja

"Anna lo udah waras?" Suara tenang milik Baron membuatku menoleh kearahnya dengan sinis aku menjawab "Waras? emangnya aku gila?"

"Siapa tau kan? Gila karena cinta haha" Baron terkekeh, aku meliriknya sinis sambil berjalan menuju meja tempat dudukku meninggalkan Baron, tapi aku langsung mengernyitkan dahi ketika di sebelahku sudah bertengger tas warna hitam lebih tepatnya tas cowok

"Eh Dara, emang kelas kita udah rolling tempat duduk ya?" Daripada nungguin Amber datang, aku langsung nanya ke Dara yang sedang fokus membaca buku ekonominya

"Mana ada, itu kemarin Baron minta duduk sebangku sama lo" Aku mengangguk-anggukan kepala pertanda mengerti sejenak, kemudian melotot

"APA? TERUS AMBER?" Dara meringis mendengar teriakanku, bukan hanya Amber si bahkan sekelas. Baron pun terlihat sedang berjalan kearah kami

"Duh Anna itu volumenya kecilin oke?" Sambil meminta maaf aku mengangguk dan menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal

"Ini ada apaan si?" Amber tiba-tiba datang dengan polosnya, aku hanya melipat tanganku di dada sementara Dara mengedikan bahu acuh

"Oh, patah hati gara-gara kelas 12 mau keluar ya? gue ngerti kok Na"

"Apaan sih!?"

"Na lo gak keberatan kan duduk sama gue? gue gak mau duduk sama ember ini deh cerewet" Baron menaik turunkan alisnya sambil nyengir, aku mengembungkan pipiku melihat Amber yang melotot

"Enak aja! siapa juga yang mau duduk sama lo! lagian gue kan duduk sama Anna tadinya, gara-gara lo gue jadi pindah!" Semprot Amber

"Iya iya deh, mangap" Amber hanya berdecih menanggapinya, aku tertawa dalam hati

"Engga keberatan cuma syok aja kirain gak sekolah sehari udah ketinggalan banyak moment" Ucapku sambil duduk santai, Amber mendekatiku kemudian

"AWSH AMBER SAKIT NYING!" Aku menutupi benjolan yang dibaluti kapas dengan plester binatang di keningku, terdengar tawa dari Amber dan Baron secara bersamaan

"Sakit ya? Adudu maafin Amber yang gak berdosa ini" Amber menunduk sok berasa bersalah

"AWSH HEH APAAN SI BARON MALAH NGIKUTIN AMBER!" Jeritku ketika lukaku sekali lagi ditekan oleh dua katak budug ini

"Biar gak sakit kan harus jadi kebiasaan diteken teken sekali lagi biar gak sakit!" Baron menekan benjolanku terus menerus tanpa bisa aku tepis

"Sialan"

***

Sekarang aku bersama Baron sedang berada di pinggir lapangan sambil memakan snack dan minuman, berhubung istirahat kali ini Amber sedang ada kumpulan cheers jadi dia tidak bersama kami sekarang

"Hai Baron" Terdengar beberapa sapaan untuk Baron dari beberapa siswi yang melewat yang dibalas hanya dengan senyuman oleh Baron membuatku memproutkan bibir

"Kenapa lo? cemburu?"

"Cih, mau banget aku cemburu?" Ucapku sambil menatap Baron yang sedang minum air mineralnya

"Hessh, ya siapa tau lo cemburu kan kalo cemburu harus gue jaga hati lo" Aku tertegun mendengar ucapan Baron

"Berarti kalo misalnya kamu tau aku cemburu, kamu bakal jaga hati aku? gak bakal ngelakuin hal-hal yang nyakitin hati aku walaupun kamu gak punya perasaan sedikitpun sama aku?"

"Kurang lebihnya seperti itu, kalo misalnya gue ngelakuin hal-hal yang nyakitin hati lo dan gue tau kalo lo itu sayang sama gue, berarti gue bener-bener gak mau lo ada di kehidupan gue" Baron tersenyum sangat tampan, sedangkan aku termenung berarti kak Naufal..

"Gak usah dipikirin, itukan cuma misalnya gak ada hubungannya sama kita sekarang, bahkan gue sangat bersyukur bisa ketemu sama lo"

Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya, otaku tidak seluruhnya mencerna kata-kata Baron barusan hanya saja yang " kalo misalnya gue ngelakuin hal-hal yang nyakitin hati lo dan gue tau kalo lo itu sayang sama gue, berarti gue bener-bener gak mau lo ada di kehidupan gue" terus terngiang-ngiang di kepalaku

BRAK

Tiba-tiba sebuah bola basket memantul tepat di botol air mineral yang baru saja Baron minum, aku sampai terkaget dan menoleh kearah.. kak Naufal?

"WOI APA-APAAN NIH MAKSUDNYA?" Baron terlihat menggeram, rahangnya mengeras melihat kak Naufal yang berjalan kearah kami dengan santainya

"Maaf gue gak sengaja" Kak Naufal kemudian mengambil bola basket dengan gaya alimnya, sampai melewatiku dia berhenti sejenak kemudian menatapku seperti menuntut sesuatu yang tanpa aku mengerti

"Oh jadi ini kelakuan lo ke adik kelas?" Baron menjatuhkan bola basket dari genggaman kak Naufal yang membuatnya tambah emosi

Tatapan mereka pun bertemu, Kak Naufal dengan tatapan beserta seringaiannya sedangkan Baron dengan emosinya. Sembari bergetar aku memegang lengan Baron

"Ron u-udah yuk kita balik aja, emm gak usah diladenin yang kayak ginian mah"

Kak Naufal langsung mendelik tak suka kearahku ketika aku mengucap kata itu kepada Baron, Baron langsung mengangguk lalu berjalan bersamaku meninggalkan kak Naufal sendirian di lapangan

BUGH

Bola basket kembali menghantam kepada Baron, aku berdecil apa-apaan sih kak Naufal ini?

"WOI KALO LO BERANI, KITA TANDING BASKET SATU LAWAN SATU DISINI SEKARANG! KALO LO MENANG LO BOLEH AJUIN DUA PERMINTAAN SAMA GUE, BEGITU JUGA GUE KALO MENANG GUE BERHAK NGAJUIN DUA PERMINTAAN SAMA LO!"

***

He's My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang