D

40.5K 4.2K 327
                                    

HAPPY READING FOLKS

I don't care if you're black, white, straight, bisexual, gay, lesbian, short, tall, fat, skinny, rich or poor. If you're nice to me, I'll be nice to you. Simple as that.
(Eminem)

"Pelan-pelan bodoh! Ini sakit banget tau!" Dari pertama masuk ke UKS dan mengabulkan niat Tritan yang mau mengobati Nath itu bukanlah pilihan yang bagus. Tangan Tritan itu tidak cocok untuk hal-hal yang membutuhkan kelembutan seperti ini. Tangannya Tritan itu cocoknya cuma buat nonjok doang. Dan Nath tahu rasanya, cara Tritan mengobatinya sangat sakit luar biasa.

"Ini juga sudah pelan-pelan, lo diam ajah bisa nggak sih?!" Tritan kembali mengelap luka yang ada disudut bibir Nath, yang membuat Nath kembali meringis kesakitan. "Lagian kenapa lo bego banget sih ngebiarin tuh setan mukul lo kayak gini?" Satu hal yang baru Nath tahu kalau Tritan sudah marah tuh alis tebalnya itu bakalan nyatu ke tengah. Bibirnya juga bakalan ketekuk sedikit ke atas dan matanya yang tajam berubah semakin tajam, agak menyeramkan sih. Pantas saja kalau semua orang yang dia ajak berantem tuh pasti takut dan kalah telak, kekuatan intimidasi Tritan kuat soalnya. Ingatkan Nath untuk tidak membuat Tritan marah, bisa-bisa tubuhnya yang kecil semakin kecil lagi kalau dipukul sama dia.

"Percuma gue ngelawan, nggak bakalan menang juga. Dia tuh kayak banteng ngamuk kalau ngelihat gue!"

"Kalau dia banteng, gue apaan?"

"Lo singanya."

"Hmm, lumayanlah. Singa lebih gagah dan keren dibanding banteng yang dungu. Hahahaha"

"Iya, tapi lo singa bodoh."

"Sialan lo!"

Setelah itu hening, baik Nath dan Tritan tidak ada yang berbicara. Tritan masih sibuk dengan luka yang ada di sudut bibir Nath dan menghiraukan ringisan kesakitan Nath, Tritan kini berpikir apa memang tangannya lebih cocok dipakai di arena tinju dari pada ngelakuin hal menye-menye kayak gini? Tritan sendiri tidak tahu.

Luka Nath tidak terlalu parah memang tapi jika digunakan untuk makan dan berbicara pasti akan sedikit susah. Sedangkan Nath saat ini sedang mrmikirkan alasan apa yang akan dia katakan kepada ibunya tentang kacamatanya yang rusak parah.

CUP!

"Apa yang lo lakuin?" Nath kaget setengah mati dengan apa yang telah Tritan lakukan. Tritan nyium Nath, dibibir. Tentu saja Nath kaget luar biasa. Bukan hanya kaget karena Tritan yang menciumnya, tapi Nath juga sadar kalau apa yang telah dilakukan Tritan itu menghilangkan ciuman pertama yang Nath jaga selama ini.

"Kenapa?" Tritan dengan polosnya bertanya kepada Nath.

"Lo... kenapa... lo kenapa nyium gue?"

"Oh! Itu bukan cium namanya, gue bilang sih itu kecupan. Kata nenek gue, kalau lo punya luka dan lo mau luka lo itu cepat sembuh. Lo harus ngecup luka itu sambil berdoa dalam hati mudah-mudahan luka lo sembuh. Dan gue masih percaya sama hal itu, soalnya hal itu selalu berhasil nyembuhin gue."

"Oh ya? Kalau hal itu sering terjadi sama lo, terus yang ngecup lo siapa? Yakali lo ngecup diri lo sendiri."

"Hmm? Bukan, yang suka ngecup gue itu nyokap. Nyokap gue itu selalu pulang malam, bahkan dia sering nggak pulang hanya karena kerjaannya. Tapi kalau nyokap gue sudah pulang tuh, dia pasti selalu nyempetin dirinya buat ke kamar gue dulu meskipun gue tau kalau dia itu capek banget. Kalau gue habis berantem dan gue dapat luka, nyokap tuh ngecup luka gue dan nyatuin tangannya seolah-olah dia itu lagi berdoa. Dan ajaibnya luka gue sembuh lebih cepat, menurut gue sih."

"Begitu yah, terus bokap lo? Eh eh sorry sorry gue nggak maksud tanya hal-hal yang terlalu private ke elo. Kalau lo nggak mau jawab juga nggak apa-apa."

"Nggak apa, bokap gue tuh lebih sibuk lagi dari nyokap gue. Dia itu sering ke luar kota atau bahkan ke luar negeri buat kerjaannya dia. Bahkan gue pernah ketakutan kalau saja gue bisa lupa bokap gue yang mana hanya karena dia jarang pulang. Hahaha"

Meskipun Tritan tertawa, tapi Nath tahu kalau Tritan itu kesepian. Tritan yang selalu dipuja-puja ternyata sekesepian ini, membuat Nath entah dorongan dari mana langsung memeluk Tritan yang memang lagi duduk dihadapannya. Soalnya pas diobati tadi, Nath duduk menghadap dengan Tritan.

"Nggak apa-apa. Ada gue, kalau lo kesepian lo tinggal datang ke gue." Nath tidak tahu apa yang mendasari dirinya mengatakan hal itu, tapi ia hanya ingin mengatakannya saja. Dia memeluk Tritan lembut sambil tangan kanannya mengusap belakang kepala Tritan. Nath tahu, suatu saat dia pasti akan menyesal karena mengatakan hal itu, tapi dia tahu itu bukanlah penyesalan yang akan membuatnya terjatuh.

Yang tidak Nath tahu adalah ternyata Tritan tersenyum lembut di balik pelukan Nath kepadanya. Maka dari itu, Tritan segera membalas pelukan Nath dan menikmati usapan-usapan lembut di belakang kepalanya.

"Oh! Gue punya penawaran!" Tritan segera melepaskan pelukan Nath, yang dimana hampir membuat Nath terjengkang kebelakang. Kalau bukan ditarik oleh Tritan, sudah pasti Nath akan jatuh ke belakang.

"Penawaran apa?" Setelah merilekskan keadaannya, Nath segera bertanya ke Tritan.

"Lo harus jadi pacar gue."

"Hah? Gue kan udah bilang kalau-"

"Dengan begitu, gue bisa melindungi elo dari tikus-tikus yang mengganggu elo." Dengan cepat Tritan melanjutkan kalimatnya, meskipun itu telah memotong kalimat Nath.

Nath berpikir sebentar, kemudian dia menganggukkan kepalanya ragu. "Hanya sebulan kan?"

"Yep, hanya sebulan."

"Ok."

"Deal?"

"Deal."

Setelah berjabat tangan, tidak lama bel tanda masuk kelas untuk pelajaran pertama berbunyi. Awalnya Tritan menyuruh Nath untuk tidur di UKS, tapi dengan keras kepala Nath merasa dirinya mampu untuk mengikuti pelajaran. Mereka bertengkar terus menerus-menerus sampai akhirnya Tritan menyerah dan membantu Nath berjalan menuju kelas mereka, dia kan Top yang pengertian. Disepanjang perjalanan banyak mata yang memandangi mereka dan mulai berbisik-bisik tentang mereka.

Nath hanya menundukkan kepalanya, sementara Tritan hanya membiarkan hal itu. Dia tidak perduli tentang apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Toh! Saat ini ia memang sedang berpacaran dengan Nath. Meskipun itu hanya karena tantangan saja, tapi jujur Tritan sama sekali tidak keberatan dengan hal ini.

Sama sekali tidak, bahkan dia merasa senang. Entah apa yang membuatnya bisa senang padahal kan ini hanya tantangan saja? Tidak ada bedanya dengan tantangan-tantangan sebelumnya.

"Ohiya! Sepulang sekolah kita pulang bareng, gue mau bawa lo ke suatu tempat. Lo harus bangunin gue nanti, jangan lupa." Tritan mengatakan itu sambil membantu Nath duduk dikursinya. Untung saja guru mereka belum tiba di kelas.

"Iya bawel." Tentu saja hal ini mengundang banyak tanya dari murid-murid yang lain. Termasuk teman-teman Tritan, si Ben dan Zen. Mereka kembar actually.

___________________

Hallo semuaaaaa~

Gue update cepet, soalnya besok bakalan sibuk. Gue mau nge-MC di salah satu acara. Sooo, ini gue update cepet.

Gue update agak pendek2 nggak apa2 yah? Yang penting ini seribuan words lebih loh, tapi aku janji update 3x seminggu :)

Rabu-Jum'at-Minggu

Its time for votmeeeeeent ;)

Saturday, 2 January 2015
13:28 WITA

DizzephyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang