HAPPY READING FRIENDS *readers:emangkitateman?meh* *gue:#pundung*
Oh, our lives don't collide, I'm aware of this
The differences and impulses and your obsession with
The little things, you like stick, and I like aerosol
I don't give a fuck, I'm not giving up, I still want it all
(Troye Sivan - Fools)"Jadi sekarang lo pacaran dengan Nath?" Tanya Ben pertama kali setelah Tritan duduk dikursinya. Pantas saja Tritan tidak mengenal Nath, orang tempat duduk Nath itu berada di paling depan dan di ujung pula. Sedangkan Tritan duduk di bangku paling belakang dan berada di ujung satunya, tentu saja Tritan tidak akan memperhatikannya. Bagaimana caramu bisa memperhatikan orang lain, kalau posisi dudukmu saja sudah tidak mendukung?
"Yep, gue pacaran dengan Nath. Kenapa?" Tritan membalas pertanyaan Ben.
"Kali ini tantangan dari siapa lagi?" Zen bertanya ke Tritan, dia tahu kalau ini hanya tantangan. Karena sejauh ini mereka tahu kalau Tritan itu straight. Dan perlu kalian ingat, semua mantan Tritan itu juga berdasarkan dari tantangan siapapun. Tritan adalah tipe pria sejati yang tidak akan menolak sebuah tantangan yang diajukan kepadanya, ia tidak pernah menganggak remeh ke semua itu. Jika seseorang memberikan tantangan kepadamu, bukannya itu berarti dia menguji kemampuanmu? Dan itulah Tritan, he just shows who he is and tells to everyone if he is a gentleman. Simple as that.
"Gue nggak mau kasih tau kalian ini tantangan dari siapa, dia tidak mau identitasnya ditau kali ini. Dia mau ini dirahasiakan, privasi katanya. Dia nggak mau dikeroyok sama penggemar-penggemar gue. Lagipula, ini adalah tantangan pertama dari dia."
"Dia?" Ucap Ben dan Zen bersamaan.
"Dari tadi lo ngomong dia, dia, dia. Dia itu siapa?" Ben bertanya sengit ke Tritan.
"Dia yang lo maksud itu, bisa menjerumuskan elo ke dunia pelangi. Lo nggak takut?" Timpal Zen.
Meskipun mereka itu kembar tapi cara membedakan mereka itu sangatlah mudah. Ben itu berambut hitam arang dan Zen itu berambut putih gading. Mereka tampan sebenarnya, cukup tampanlah menurut Tritan.
Tritan hanya tersenyum misterius untuk membalas pertanyaan dari kedua sahabatnya itu. Tidak lama guru fisika mereka masuk ke dalam kelas dengan bunyi heels-nya yang sangat jelas. Tritan mulai mengambil posisi untuk tidur, dia melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya diatas lipatan tangannya.
Beberapa detik Tritan menutup matanya, ia membukanya kembali. Dia hanya ingin melihat wajah Nath dari sudut posisinya saat ini, ternyata posisi ini sangat mudah untuknya melihat Nath, dia baru sadar. Kenapa juga sebelum-sebelumnya ia tidak pernah sadar akan kehadiran Nath? Sebelum menutup matanya untuk tidur, bibir Tritan melengkung membentuk sebuah senyuman manis.
Tritan juga tidak habis pikir mengapa dia memberikan tantangan seperti ini kepadanya. Tapi tidak dipungkiri, jika Tritan menikmati bahkan sangat menikmati tantangannya kali ini.
.
》》》
."Tan... Tritan... Ayo kita pulang." Tritan merasa terganggu dengan tepukan dan goyangan pelan seseorang pada lengannya. Tritan tahu jika yang membangunkannya itu bukanlah sahabatnya. Baik Ben ataupun Zen pasti akan memukul punggung Tristan sekali dan langsung meninggalkan Tritan sendirian. Karena si kembar tahu, Tritan itu bukan tipe orang yang sulit untuk dibangunkan.
"Mhm, siapa?" Tritan mulai meregangkan badannya, meskipun matanya masih terpejam dengan rapat.
"Ini gue, Nath. Ayo kita pulang."
"Nath?" Seketika mata Tristan terbuka, matanya sedikit demi sedikit bisa melihat wajah manis Nath.
Manis?
Yeah manis. Menurut Tritan, Nath itu sangat manis tanpa kacamatanya. Retina sapphire blue-nya itu membuat Tritan tenang seketika. Entah karena Tritan yang tertular Nath syndrome atau apa, tapi dia benar-benar suka melihat Nath tanpa kacamatanya.
"Ok, tunggu sebentar. Aku mau ke toilet dulu untuk mencuci muka." Tritan berlari keluar kelas untuk mencuci mukanya. Memang jika mereka keluar kelas, mereka tidak akan bisa melewati toilet kalau mereka ingin pulang.
.
》》》
.Sekembalinya Tritan dari toilet, Nath berjalan di samping Tritan. Meskipun jam pelajaran telah usai, Tritan bertanya-tanya kenapa masih banyak siswa yang berkeliaran di koridor? Biasanya sekolah akan cukup sepi jika pelajaran usai, kecuali mereka-mereka yang memiliki suatu urusan atau ekstrakurikuler.
"Kenapa masih banyak orang di sekolah?" Tanya Tritan ke Nath yang sibuk dengan acara mari padamkan detak jantung yang menggila ini.
"Ini masih jam 11, ibu Inggrid nggak bisa masuk hari ini. Makanya guru BK mengizinkan kita pulang duluan." Tritan hanya mengangguk menanggapi jawaban Nath.
Meski Tritan termasuk ke dalam orang yang I don't give a fuck with they that haven't bussines with me, tapi dia tetap risih dengan pandangan orang-orang terhadap dirinya dengan Nath. Bukan, Tritan bukan risih terhadap mereka yang memandang bingung, bertanya-tanya, berbinar-binar atau bahkan sampai tatapan tidak suka terhadap dirinya dan Nath. Tapi, ia risih dengan mereka yang memandang tertarik kearah Nath. Memang Nath terlihat lebih tampan dan manis tanpa kacamatanya. Meskipun luka tadi pagi masih menghiasi bibirnya, tapi itu tidak menurunkan kadar ketampanan dan kemanisannya itu.
Tritan dengan senang hati merangkul Nath dan menarik Nath mendekat kearahnya. Perlakuan Tritan itu berhadiah tatapan bingung dari Nath. Tapi Tritan hanya membalasnya dengan senyuman, seolah-olah senyumannya itu bisa menjawab pertanyaan dari Nath. Biar bagaimanapun, Nath harus bersikap baik ke Tritan karena dia yang akan melindunginya dari geng bodoh dan gila. (re:Prince Musketeers)
Sesampainya di parkiran, Tritan segera membukakan pintu mobil Lamborghini silver miliknya untuk Nath. Perilakunya itu sukses mengundang ekspresi kaget dan terkejut dari orang-orang yang ada di sekitar situ. Dan Nath menyadari semua itu, dia akan bertanya ke Tritan nanti. Setelah Nath masuk, Tritan segera menuju ke pintu kemudi. Tidak lama Tritan melajukan mobilnya perlahan keluar area parkiran sekolah mereka.
"Hmm... Tan?" Nath tidak tahu apa alasannya dia menyingkat nama Tritan menjadi Tan. Agar lebih mudah mungkin?
"Tan? Aku suka panggilan itu, panggil aku Tan jika kita hanya berdua. Mulai dari sekarang, hanya kamu yang boleh panggil aku Tan." Meskipun sedang berbicara, hal itu tidak mengurangi konsentrasi Tritan dalam mengemudi.
"Aku kamu eh? Tolong, jangan buat gue tertawa dengan sebutan itu. Ini hanya tantangan lo saja kan?"
"Hmm, tidak apa-apa. Gue tidak pernah memandang sebelah mata tentang tantangan yang orang berikan buat gue. Gue mau menikmati tantangan yang orang lain berikan ke gue. So, lo juga kalau bicara dengan gue harus pakai aku kamu ngerti?"
"Haaah, terserah kamu saja."
"Anak pintar."
"Ohiya, Tan. Tadi gue eh, aku lihat kenapa mereka yang ada di area parkir terlihat kaget saat aku masuk kedalam mobil kamu?"
"Oh, karena aku tidak suka jika ada orang lain yang masuk ke mobilku atau naik ke atas motorku. Kamu yang pertama. Bahkan mantan-mantanku sebelumnya tidak pernah kuizinkan masuk kedalam mobilku, parfum mereka memuakkan."
"Tapi, kenapa?"
"Entahlah, mungkin karena aku suka baumu. Baumu sangat menenangkan, aku suka."
"Jadi seperti itu yah. Hmm... Sebenarnya kita mau kemana?"
"Optik."
__________
Ini masih kurang panjangkaaah?
Atau udah lumayan? *hopeeeIntinya sudah update hlooo XD Votmentnya boleeeeeh?
Wednesday, January 6/2016
00.30 WITA
KAMU SEDANG MEMBACA
Dizzephyr
Teen FictionZephyr Series [Trilogy] #1 Tritan Howard, pemuda tampan dan terkenal sebagai bad boy di sekolahnya. Tritan adalah tipe orang yang akan memacari siapapun berdasarkan dari sebuah tantangan. He loves challanges by the way. Nathaniel Drew, seorang pria...