Z

37.9K 2.6K 418
                                    

HAPPY HAPPY READING BESTIE :*

There are people who've said that I'm being brave openly supportive of gay marriage. I'm not being brave, I'm decent human being. Love is a human experience, not a political statement.
(Anne Hathaway)

"Kenapa kakak panggil saya ke sini?" Sepulang sekolah, Nath menemui Liam di halaman belakang sekolah. Nath juga bingung, kenapa kakak tingkatnya itu memanggilnya ke tempat seperti ini.

Meskipun telah putus dari Tritan, tetap saja Tritan terus memperhatikan Nath kemana-mana. Di kelas, pandangan Tritan tidak pernah lepas ke arah Nath. Untung saja Nath bisa kabur karena Natalie meminta Tritan untuk mengantarnya pulang. Kesempatan itu Nath gunakan untuk bisa menemui Liam.

Bukan, Nath senang jika Tritan masih peduli padanya. Tapi Nath terpaksa harus menghindari Tritan karena ia takut jika ia akan lebih sakit hati lagi kalau berada di sekitar Tritan. Nath sudah terlalu dalam jatuh kepada Tritan, membuatnya capek dan lelah. Nath sudah berusaha untuk melupakan Tritan, tapi buktinya? Ia tetap tidak bisa. Adakah cara ampuh untuk melupakan mantan? Beritahu Nath, dia membutuhkannya.

"Ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo," kata Liam sambil tersenyum kearah Nath, mungkin ia melakukan itu untuk menarik perhatian Nath. Tapi sayang, ia tidak berhasil karena Nath masih tetap dalam bayang-bayang Tritan. Liam pria yang tampan, tapi bagi Nath, Tritan jauh lebih tampan.

"Bicara saja kak, silahkan," jawab Nath sambil melihat kearah sepatunya yang sedikit kotor karena ia menginjak tanah di halaman sekolah saat ini. Seharusnya Nath tidak nekad mengenakan Converse-nya hari ini kalau tahu begini.

"Gue suka sama lo, gue mau elo jadi pacar gue." Liam mengatakan itu seolah ia tidak memiliki beban. Terasa sangat ringan, angkuh dan dingin. Ungkapan perasaan kosong, membuat Nath sadar jika kakak kelas yang berdiri di hadapannya itu hanya mempermainkannya saja. Masih ingat ketika pertama kali Nath menolak Tritan? Yup, karena Nath tahu pada saat itu Tritan tidak benar-benar menyukainya. Entah karena belum menyukai, atau memang tidak menyukai sama sekali.

"Maaf kak, tapi saya nggak bisa," jawab Nath masih tetap sopan kepada kakak kelas yang sekali lagi Nath katakan, sebenarnya tampan, sangat tampan malah. Tapi Liam is Liam, dia itu lebih buruk dari Tritan.

Jika Tritan memacari orang lain karena tantangan, maka Liam memacari orang lain karena nafsu. Dia seorang bisexual gila, jadi tidak masalah baginya jika ia harus meniduri seorang pria sekalipun. Dari mana Nath tahu? Semua informasi itu dari Beatrice, si ratu sekolah. Beatrice knows everything about the whole hot news in the school.

Sebelum berpacaran dengan Tritan, Beatrice sempat berpacaran dengan Liam beberapa hari. Makanya ia tahu Liam luar dalam dan mengatakan kalau Liam itu... sedikit gila. Jadi Nath harus berhati-hati kapan pun dan di mana pun jika ia bersama dengan Liam. Dan Nath melakukannya, ia berdiri dengan jarak sejauh 2 meter dari Liam. Jika Liam maju selangkah, maka Nath akan mundur selangkah.

"Kenapa? Lo masih hidup di bawah bayang-bayang mantan lo itu? Si Tritan?"

"Bukan urusan kakak."

"Hahaha, dia nggak mungkin balik lagi sama elo. Dia sudah lurus, seluruh penggaris."

"..."

"Lo harus jadi milik gue, gue juga mau rasain apa yang jadi milik Tritan. Kenapa banyak orang yang mau jadi milik dia? Dan lo tau? Gue sudah meniduri semua mantan dia dan rasanya biasa saja. Nothing special."

"Lo gila!" Nath mulai berbicara informal dengan kakak kelasnya itu, karena benar kata Beatrice, dia gila.

"Tapi, kali ini mantan Tritan adalah seorang pria. Jadi gue juga mau rasain mantan dia yg juga pria. Is that wrong? Hahaha."

DizzephyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang