I

31.3K 3.4K 347
                                    

HAPPY READING SWEETHEARTS *ketjupbasah*

What's your middle name? Do you hate your job?
Do you fall in love too easily? What's your favorite word?
You like kissing girls? Can I call you baby?
She says that people stare cuz we look so good together
(Mary Lambert - She Keeps Me Warm)

Nath sekarang yakin dan tahu posisinya. Tidak seharusnya ia berharap lebih ke Tritan, dari awal ia hanyalah sebuah tantangan. Sama dengan mantan-mantan Tritan sebelumnya. Mereka semua juga adalah tantangan, begitupun dengan Nath. Tidak ada bedanya. 28 hari lagi, Nath juga akan berstatus sebagai mantan Tritan.

Seharusnya Nath tidak punya perasaan seperti ini. Dia menyukainya. Nath menyukai Tritan. Iajuga tidak tahu mengapa ia bisa menyukai Tritan begitu cepatnya. Seharusnya Nath sadar akan posisinya, mereka berada di kasta yamg berbeda. Nath berasal dari keluarga yang biasa saja sedangkan Tritan? Dia berasal dari keluarga yang kaya raya dan sangat terpandang.

Akan sangat mustahil bagi Nath jika ia berharap suatu saat nanti Tritan akan mengatakan kalimat 'Aku mencintaimu, Nath.' Ya, sangat mustahil. Sekali lagi, Nath seharusnya tidak berharap lebih. Tapi Nath sudah terlanjur berharap lebih, apa yang harus dilakukannya? Nath tidak tahu, ia bingung.

"...yang... Sayang!" Nath akhirnya sadar dari lamunannya. Saat ini mereka sedang menuju ke jalan pulang rumah Nath. Tritan mengantar Nath pulang kerumahnya, karena dia pergi dengan Nath maka dia juga harus pulang dengan Nath. Setidaknya Tritan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.

"Apa? Tadi kamu bicara apa?" Nath benar-benar terlihat seperti orang linglung saat ini, membuat Tritan bingung. Tritan hanya berpikir apa ia tadi mengatakan sesuatu hal yang membuat Nath kacau? Tapi seingatnya ia tidak mengatakan sesuatu hal yang buruk. Ia berkata apa adany ke Nath, atau mungkin ada perkataannya yang melukai dan mengacauka Nath sampai seperti ini? Tritan tidak tahu, sungguh.

"Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja?"

"Hmm, tidak. Aku baik-baik saja."

"But you are not, babe. Tell me, what's going on?"

"Nothing, Tan. I'm ok." Nath menunjukkan deretan giginya yang rapi ke Tritan, ia menunjukkan jika seolah-olah dirinya baik-baik saja. Tapi Tritan tahu kalau senyum itu tidak bermakna sesungguhnya, senyum itu terasa aneh dan entahlah, yang pasti Tritan tidak menyukai senyum itu.

Bukannya memang harusnya mereka seperti ini? They're strangers. Tapi kalau strangers, mereka seharusnya tidak menggenggam tangan satu sama lain seperti saat ini. Tapi kalau strangers, mereka seharusnya tidak saling berpelukan. Tapi kalau strangers, mereka seharusnya tidak berciuman. Bahkan mereka sudah melakukan french kiss, jadi apa itu yang didefinisikan sebagai strangers?

Meskipun tidak yakin, tapi Tritan tetap diam saja. Dia tidak mau memaksa Nath. Tangan kanannya masih setia menggenggam tangan Nath, mengusapnya lembut sesekali. Awalnya Nath tidak mau, dia takut dengan kelakuan Tritan saat ini. Katanya itu bisa membahayakan mereka. But Tritan is Tritan. No one can changes him.

"Kamu tidak lapar? Kita bisa makan dulu kalau kamu lapar." Ucap Tritan ketika keheningan seolah menelan mereka di dalam mobil. Di hari sebelum ini juga sempat beberapa kali hening, tapi kasus itu berbeda dengan hari ini. Hawa hening ini benar-benar memuakkan bagi Tritan. Saat itu heningnya sangat menenangkan, mendengar Nath bergumam pelan seirama dengan lagu yang didengar pria itu dari headset-nya saja bisa membuat Tritan lebih kalem sedikit. Tapi hening yang saat ini, hanya membuat Tritan seakan-akan ingin menabrakkan mobilnya kearah mana saja.

"Tidak, aku tidak lapar." Nath menjawab pertanyaan Tritan tapi ia tidak melihat kearah Tritan, ia melihat ke arah luar jendela.

"Tapi aku lapar." Tritan menghentikan mobilnya di sebuah taman, tamannya sudah mulai ramai karena ini memang sudah hampir jam 3 sore. Banyak keluarga yang meluangkan waktunya hanya untuk sekedar piknik kecil dan menikmati udara sore.

DizzephyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang