BAB 5

4.5K 344 3
                                    

*Rin's POV

Aku sedang dalam perjalanan ke Headquarter Shadow. Kini aku sudah bisa mengikuti Rheel melompat dari atap ke atap walau belum bisa melompat sejauh lompatannya. Sebenarnya aku belum terbiasa dengan lompat – lompat seperti ini tapi arus kuakui, badanku bukan main ringannya sehingga aku jadi mudah sekali melompat. Kata Rheel sebaiknya aku naik kendaraan saja karena aku belum resmi menjadi anggota Shadow tapi aku menolaknya. Aku sudah tidak sabar menjadi anggota Shadow.

Setelah keluar dari kota, Rheel berkata. "Di sini adalah portal ke Headquarter Shadow tapi hanya orang yang diperbolehkan saja yang boleh menggunakannya jadi aku harus menggendongmu Rin."

Wajahku memerah sedikit tapi saat melihat Rheel aku kecewa karena dia tidak menunjukkan ekspresi yang berbeda sama sekali.

Tapi tunggu! Kenapa aku harus kecewa? Memangnya kenapa kalau Rheel menganggap ini biasa saja? Lagipula dia sudah berapa kali menggendongkukan?

"Ada apa Rin?" suara Rheel terdengar sangat dingin dan tenang. Aku menggeleng dan segera membiarkan tubuhku diangkat dengan mudah di depan dadanya. Lagi – lagi wajahku memanas.

Rheel jalan beberapa langkah dan tiba – tiba kami seperti melewati sesuatu yang membuat tubuhku bergetar. Rasanya seperti terkena aliran listrik.

Kini suasana sekitarku berubah drastis. Yang tadinya hanya jalan – jalan kota dan rumah – rumah kecil, sekarang diganti oleh rerumputan dan pohon – pohon yang tinggi dan besar.

Rheel melompat ke salah satu dahan pohon yang tinggi. Aku melihat dari ketinggian kalau ternyata Headquarter Shadow sangat besar. Maksudku dari sangat besar itu SANGAT SANGAT BESAR. Saking besarnya aku tidak bisa melihat ujung dari hutan ini.

Headquarter ada di tengah – tengah hutan dan berupa bangunan raksasa berwarna abu – abu kehitaman tapi tidak ada aura menyeramkan atau kelam dari bangunan itu.

Rheel lalu melompat dengan cepat mendekati bangunan itu dan aku hanya berusaha menahan rambutku yang bergerak dengan liar karena angin.

Setelah dekat dengan Headquarter, Rheel melompat dengan sangat tinggi lalu masuk ke dalam sebuah kamar−yang kukenal sebagai kamar yang waktu itu. Kami masuk melalui jendela yang kucurigai terus terbuka sejak terakhir kali kami meninggalkannya.

"Tunggulah di sini sebentar, aku akan pergi melapor ke Ketua dulu."

Aku menggangguk dan dia segera keluar. Kulemparkan pandangan keluar jendela sekali lagi. Pemandangannya menakjubkan dan semuanya terlihat sangat hidup.

Aku menarik kepalaku masuk dan memperhatikan kamar itu. Kamarnya agak kecil tapi tidak terlihat sempit. Ada tempat tidur yang bersebelahan dengan jendela. Di sebelah kanan tempat tidur adalah pintu keluar dan tidak jauh dari situ ada kamar mandi. Samping kamar mandi ada lemari baju yang agak kecil menurutku. Dindingnya berwarna putih,  jelas sangat kontras dengan warna luar bangunan ini.

Aku duduk di kasur dan memperhatikan tanganku. Tangan yang masih lemah ini akau kupakai untuk membela negaraku. Aku ingin sekali menjadi seperti ibuku. Walau seorang Ratu tapi beliau bisa mempertahankan negaranya dengan baik. Walau tanpa ayah pun ibu bisa menjalankan negaraku.

Aku menghela napas dan memikirkan lelaki itu. Orang yang disebut sebagai ayahku. Aku hanya ingat wajahnya samar – samar tapi aku masih ingat jelas matanya yang berwarna sama denganku. Sejak ayah pergi, ibu juga menyimpan semua foto ayah dan tidak pernah memperlihatkannya padaku. Ibu juga tampaknya selalu menghindari topik yang berhubungan dengan ayah. Mungkin hilangnya lelaki itu memberikan luka yang besar bagi ibu.

Suatu gambaran samar terlintas di kepalaku. Ayah yang sangat tinggi itu sedang berdiri di depanku tapi anehnya aku tidak dapat mengingat wajahnya. Seingatku aku menyerahkan sesuatu padanya...tapi aku tidak ingat. Dia memukul tanganku untuk menolak benda itu−sekaligus kehadiranku.

LEGEND OF ASWALD - Quarter 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang