BAB 6

3.9K 323 1
                                    

*Rin's POV

Aku membolak – balikkan badanku di atas kasur. Tampaknya semua posisi tidak memungkinkan.

Badanku sakit bukan main dari 19 hari yang lalu saat para Top Devision juga Rheel dan Kevin melatih kami teknik untuk bertarung.

Sungguh hari – hari yang mengerikan.

Awalnya aku tak yakin, mana bisa menjadi petarung yang handal hanya dengan 20 hari latihan? Tapi mereka semua tidak segan – segan bermain kasar bahkan di hari pertama. Tapi karena itu aku sudah lebih baik dibandingkan dulu. Kini aku sudah mendapatkan pistol pribadiku dan aku sudah bisa menciptakan pelurunya. Kami hanya diberikan 2 pistol saja dan kami disuruh untuk menyimpannya di sarung yang terletak di kedua paha kami. Kalau peluru tidak masalah karena itu dapat kami ciptakan sendiri bahkan tidak terhingga kalau kami mau.

Yang pertama mengajariku adalah Sharon, Partner Ketua. Kata Rheel dialah pengguna pedang terkuat di Shadow dan harus kuakui, dia sangat mengerikan kalau sudah menyentuh pedang, lagipula pedangnya ada 2.

Oh ia, itu adalah Destiny Weaponnya. Kedua pedangnya disarungkan di belakang punggungnya. Rheel bilang kalau Sharon tidak serius maka dia akan menggunakan tangan kanannya−untungnya dia menggunakan tangan kanannya saat melawanku itupun aku hampir mati kurasa. Kalau tangan kanannya tidak cukup maka dia akan menggunakan kedua pedangnya. Rheel pernah melawannya saat dia menggunakan kedua pedangnya dan mulai saat itulah Rheel sangat menghormati Sharon. Tapi Rheel bilang saat Sharon sangat sangat serius maka dia akan menggunakan tangan kirinya saja. Ini bukan berarti Sharon kidal, tapi kata Rheel saat Sharon menggunakan tangan kirinya artinya dia membuang seluruh kesadarannya dan hanya menggunakan instingnya untuk bergerak. Tapi bahkan saat ini Rheel belum pernah melihat Sharon bertarung menggunakan tangan kirinya.

Aku sendiri baru sadar kalau Rheel itu kidal. Memang aku melihat dia menggantung pedangnya di pinggul kanannya tapi baru sekarang aku melihat dia bermain pedang. Sangat cepat dan tepat−seperti bisa melihat gerakan lawan saja. Kevin bilang kalau permainan pedang Rheel sangat cepat bahkan Sharon terkejut saat pertama kali melawannya, walau pada akhirnya tetap Sharon yang menang.

Setelah itu ada Claude. Claude juga menggunakan pedang walaupun pedang Claude berwarna emas dan terlihat menyolok tapi dia menggunakannya dengan sangat baik.

Intinya berkat ketiga orang itu aku bisa menggunakan tongkat dan pedang sekarang.

Mungkin aku bisa beradaptasi secepat ini karena badanku. Badan ini betul – betul hebat. Cepat beradaptasi, mengingat gerakan, sangat ringan juga daya penyembuhannya sangat cepat dibandingkan dengan tubuhku yang di sektor 23.

Luka – luka yang disebabkan karena berlatih biasanya hilang sepenuhnya di hari kedua. Yang paling parah bertahan selama 5 hari. Itu luka yang disebabkan oleh goresan pedang Sharon, walaupun mungkin itu sudah batas yang paling rendah saat dia bertarung.

Lukanya ada di lengan atas kiriku. Cukup dalam dan panjang tapi sekarang sudah tidak berbekas lagi. Sharon meminta maaf berkali – kali karena ini. Aku kira dia seperti guru kejam berhati dingin yang hanya memikirkan soal peningkatan muridnya saja tapi lama – kelamaan aku justru melihat dia seperti sosok ibu yang ingin anaknya menjadi orang hebat.

Tidak hanya Sharon saja. Kupikir semua anggota Top Devision sangat baik.

Yah, bukan baik dalam artian pelan – pelan dalam mengajar atau sering mengistirahatkan kita di sela – sela latihan (dalam hal ini Karen dan Lynn masuk kategori sih) tapi mereka lebih seperti mengajari kita dengan sangat tegas (baca: kejam) dan saat benar – benar ada kemajuan kami dipuji. Walaupun badanku sakit semua tapi saat melihat diriku sendiri ada perkembangan dan pada akhirnya kami dipuji, rasanya perasaan sakit yang kurasakan menguap di udara dan langsung digantikan oleh rasa senang dan bangga.

Aku menghela napas dan memikirkan soal besok.

Besok adalah hari terakhir, setelahnya entah bagaimana nasibku dan Elysia. Tapi berbicara soal Elysia. Sebenarnya aku kasihan dengan Elysia karena dia juga dilatih dengan ketat tapi perlahan – lahan aku bisa melihat perkembangan di dirinya yang menurutku hebat.

Tapi aku sangat menyukai tubuh yang bisa cepat sembuh ini. Walaupun rasa sakitnya kadang tidak pergi secepat lukanya.

Yah, besok... Entah apa yang akan terjadi.

Perlahan – lahan rasa ngantuk dan capek menggerogotiku dan pelan – pelan kesadaranku pun menghilang.

***

*Lars's POV

"Akhirnya kau datang Lars. Lama sekali baru kau kembali." Seru suaranya yang sangat dingin.

Aku segera berlutut dengan 1 kakiku. "Maafkan aku Ketua, para Master telah melakukan pengangkatan resmi kerajaan lalu mereka pergi ke Headquarter Shadow jadi saya sulit menyelidikinya."

Aku menelan ludahku. Biasanya Ketua akan marah kalau aku memberikan informasi seperti ini dan benar juga, aku merasakan udara menjadi dingin lalu terdengar suara seperti batu yang retak secara perlahan – lahan.

Aku hanya berusaha untuk menahan apapun yang akan dilemparkan Ketua padaku tapi tiba – tiba terjadi hal yang membuatku terkejut.

"Wah Ketua, lihat wajahnya. Kasihan sekali dia, kurasa sebaiknya kau melepaskannya saja."  Kata seorang wanita dengan nada bercanda.

Seorang wanita? Di dalam ruangan Ketua? Tidak mungkin!

Aku mencoba mengamati sekitarku dan terkejut saat mendapati seorang wanita berdiri tepat di samping kursi Ketua.

Mataku bertemu dengan mata coklat kemerahan wanita itu. Dia tersenyum lalu tertawa kecil. "Kenapa kaget seperti itu Lars? Apa Ketua belum memperkenalkanku padamu?"

Aku terus menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Bahkan sekarang aura membunuh Ketua hilang.

Wanita itu melompat dan mendarat tepat dihadapanku tanpa suara. Mungkin karena ruangan gelap jadi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas tapi kini wanita itu berdiri tepat dihadapanku. Sangat dekat, sampai – sampai hidung kami hampir bersentuhan.

"Kalau begitu aku sendiri yang akan memperkenalkan diriku. Salam kenal Lars, namaku Lacey Clofe Light, Partner Seth atau yang biasa kau panggil Ketua."

"Pa−Partner... Ketua?" tanyaku padanya yang jaraknya masih sangat dekat denganku.

Dia kembali tersenyum kecil dan menyentuh bibirku dengan jari telunjuk kanannya. "Benar sekali."

"Cukup Lacey, kemarilah." Suara Ketua terdengar jauh lebih dingin dari sebelumnya.

Wanita itu segera melompat menjauh dan mendarat tepat di samping Ketua.

"Benar Lars, dia adalah Partnerku. Sebenarnya sudah lama ingin kukatakan padamu tapi baru sekarang kau datang." Ketua melanjutkan perkataannya sambil menatapku tajam. Walaupun ruangannya gelap tapi aku dapat merasakan tatapan menusuk khas Ketua.

Aku masih melonggo tidak percaya. "Tapi... Tidak ada acara pengangkatan−"

"Tidak perlu ada pengangkatan. Aku rasa tidak perlu memberitahukannya kepada orang – orang lemah itu. Kau mengerti maksudkukan Lars?" Ketua kembali menatapku tajam. Pandangannya seakan mencekik leherku−tidak, aku merasa seperti tercekik betulan.

"Aku mengerti Ketua." Cekikan itu menjadi longgar dan menghilang. Aku langsung menarik napas panjang.

Terdengar kembali tawa kecil wanita itu.

"Wajahmu lucu sekali Lars. Aku jadi ingin menjahilimu." Katanya.

Sekilas aku melihat Ketua menatap wanita itu dengan dingin untuk mendiamkannya. "Lars, nanti kau akan kuberikan tugas. Untuk sekarang ini kau kosong." Kata Ketua tenang.

Kosong adalah keadaan di mana suatu anggota kelompok tidak memiliki misi atau tugas yang harus dilakukan. Dan untuk pertama kalinya aku kosong.

Ketua memerintahkanku untuk keluar. Aku kemudian memberikan hormat kepada Ketua dan berjalan keluar.

Saat aku telah berada di luar,tawa kecil wanita berambut pirang kecoklatan itu terdengar samar – samar dari balik ruangan gelap yang kelam itu.

LEGEND OF ASWALD - Quarter 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang