Hi guys~
Sebentar lagi author bakalan sibuk kuliah lagi, liburan musim semi udah mau habis T.T
Buku kedua juga udah mau selesai jadi author skrg sedang dalam pembuatan buku ketiga! Doain biar bisa lancar ya~
Nikmati chapter ini (agak pendek maafin ya)------------------------------------------------------
*Jake's POV
Badanku...hangat.
Aku membuka mataku perlahan – lahan dan tepat di depan mataku ada sebuah pedang.
Pedang emas.
Pedang emas itu bercahaya indah dan cahayanya seperti menyelimutiku.
Aku mencoba memegangnya dengan tangan kananku tapi tangan kananku sangat sakit.
"Woah, tunggu sebentar bocah. Aku sedang menyembuhkanmu, jangan membuatku harus menyembuhkan luka barumu lagi." Kata suara yang agak berat.
Aku baru sadar kalau ada orang yang memegang pedang emas itu.
Dia mengenakan baju dan jubah hitam. Artinya dia kawan kan?
Aku mencoba melihat ujung jubahnya dan ada sedikit warna abu – abu.
"Kau...Anggota Shadow?" tanyaku, luar biasa kesulitan untuk berbicara.
"Ya, kau benar. Tapi man, kau benar – benar babak belur. Terlambat sedikit saja kau pasti sudah melayang. Apa yang terjadi?" tanyanya.
Aku langsung teringat akan serangan wanita itu, bagaimana aku melindungi Dan dan seberapa parah lukaku. Tapi tadi aku dalam posisi telungkup sedangkan sekarang aku sedang duduk dan bersandar di salah satu batang pohon yang masih utuh.
Beberapa meter di sampingku, pemandangannya mengerikan sekali.
Pohon – pohon berjatuhan dan kayunya perlahan – lahan habis dibakar api.
Ada satu bagian yang tampaknya hancur sekali. Batu – batu besar dan tanah hancur dan ada sebuah genangan. Tapi genangan itu berwarna gelap−merah gelap.
Aku menelan ludahku dengan keras.
Aku tidak sangka masih dapat bertahan hidup walau telah berdarah sebanyak itu.
"Maaf aku tidak dapat melakukan apa – apa soal pohonnya." Kata suara itu lagi.
Aku berbalik dan memfokuskan mataku yang masih agak kabur.
Lelaki Shadow itu tampaknya tinggi dan berumur sekitar 20 tahunan. Rambutnya berwarna merah dan mata hitamnya memancarkan pandangan bersalah.
Aku menggelengkan kepalaku dengan sangat pelan dan agak susah.
Dia tersenyum sedikit lalu berkata. "Aku Claude Gildon, anggota Top Devision Shadow. Apakah kau anggota Starlight?" katanya agak ragu.
Aku memang belum menjadi anggota resmi jadi jubahku masih berwarna hitam polos. "Benar. A−Aku Jake Halbert." Kataku sambil terengah – engah. Rasanya dadaku berat sekali.
"Pelan – pelan saja. Sebentar lagi aku selesai menghentikan pendarahanmu tapi kau tetap butuh perawatan medis sesegera mungkin." Katanya.
Claude memegang pedangnya tetap di depanku dan cahaya berwarna putih keluar dari pedang itu−memberiku perasaan hangat.
Lama kelamaan aku dapat merasakan kaki kananku dan rasanya sakit sekali. Tapi dibandingkan rasa sakit yang tadi, yang ini masih lebih baik.
Perlahan – lahan cahaya putih itu menghilang dan rasa hangat yang mengelilingi tubuhku pelan – pelan meninggalkanku.
Setelah cahaya itu benar – benar hilang, Claude menusukkan pedangnya di tanah dan bernapas dengan berat. Keningnya basah karena keringat.
Awalnya Claude berlutut dengan kaki kirinya lalu dia membuang badannya di tanah lalu duduk di sana.
"Wanita Light." Kataku sambil mengingat wajah tersenyum wanita itu. "Kalau tidak salah namanya Lacey Clofe, dia datang tiba – tiba dan menyerangku dengan temanku."
"Wanita Light?" tanya Claude dengan nada serius. "Bagaimana rupanya?"
Aku mencoba mengingat – ingat wanita itu. "Tubuhnya ramping, dia memiliki rambut pirang kecoklatan dan mata coklat kemerahan yang terlihat...entahlah, kosong menurutku."
Claude terdiam dan tampaknya dia sedang berpikir. "Jangan – jangan anggota Top Devision Light yang baru." Gumamnya tiba – tiba. "Di mana dia sekarang?"
"Sayangnya aku tidak tahu." Kataku pelan.
Benar, kuharap Dan bisa kembali ke Headquarter dengan selamat.
Aku mencoba untuk berdiri tapi badanku tidak mau menuruti permintaanku. Aku mencoba lagi dan dengan susah payah akhirnya aku dapat berdiri dengan menggunakan batang pohon di belakangku sebagai penyanggaku.
"Claude Gildon." Panggilku.
Claude melihatku.
"Aku benar – benar berterima kasih atas bantuanmu. Tapi aku harus pergi sekarang." Kataku padanya lalu mencoba untuk berdiri tegak. Kaki kiriku bisa kugerakkan dengan baik tapi kaki kananku benar – benar tidak bisa kugerakkan.
"Hei." Panggil Claude kemudian. Aku berhenti setelah perjalanan yang rasanya seperti neraka. Dan ternyata aku baru berjarak 3 langkah dari Claude.
"Sebenarnya tugasku adalah menjemput anak baru yang telat pulang. Aku percaya mereka ada di Headquarter Starlight sekarang. Kuharap kau mau menunjukkan jalan ke sana." Katanya.
Dia berdiri dan mengambil pedang emasnya yang tertancap di tanah. Dia kemudian memasukkan pedang itu di sarungnya yang berada di pinggul kirinya.
Aku menyetujui permintaannya.
"Baiklah, kurasa kita sebaiknya cepat – cepat jadi aku angkat kau saja ya." Katanya yang langsung mengangkatku dan meletakkanku di bahu kanannya tanpa mempedulikan eranganku.
Siaaal, itu benar – benar sakit!! teriakku dalam hati sambil mengerang kesakitan. Rasanya lukaku yang sudah tertutup kini terbuka lagi.
Badanku memang luar biasa sakit tapi aku tidak punya pilihan lagi.
Claude mulai berlari dan setiap kali dia melompat atau menghindari pohon yang berada di depannya, aku yang berada di bahunya juga ikut bergerak dan setiap kali badanku bergerak atau tersentak naik turun maka aku pasti akan merasakan sakit yang luar biasa mengerikan.
Lagipula organ dalamku rusak kan? Walaupun pendarahannya sudah dihentikan tapi bukan berarti aku sudah sembuh.
Tapi pikiranku sedang kacau. Walau badanku sakit, aku sedang memikirkan hal lain.
Aku khawatir sekali soal wanita Light itu dan entah mengapa perasaanku tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGEND OF ASWALD - Quarter 0
Fantasy[ BOOK 2 : COMPLETE ] Rin akhirnya kembali ke dunianya-dunia aslinya. Kini dia harus menjalani hidupnya sebagai Rin Luinne-penerus Kerajaan Luinne. Tidak hanya itu, dia juga harus masuk ke salah satu organisasi yang ada di Aswald. Petualangan yang...