BAB 18

3.4K 323 4
                                    

*Rin's POV

Mataku perlahan – lahan terbuka karena suara berisik seperti barang yang sedang di bongkar – bongkar. Aku menatap dinding berwarna coklat muda. Perlahan – lahan aku membalikkan tubuhku ke samping dan mendapati seorang wanita yang sedang membongkar – bongkar lemarinya−membelakangiku.

"Jen?" panggilku. Suaraku terdengar luar biasa lelah atau mungkin lebih tepatnya ngantuk. Memang semalam rasanya tidurku kurang nyenyak. Belum lagi rasanya mataku bengkak karena menangis kemarin.

Jen dengan terkejut membalikkan badannya lalu menatapku dengan pandangan bersalah. "Ah, selamat pagi Rin. Aku membangunkanmu ya? Maaf."

"Tidak apa – apa kok." Aku mendorong tubuhku hingga duduk. "Apa yang kau lakukan pagi – pagi begini?" kuamati jendela kayu yang berada di sampingku dan dari pengelihatanku hari masih subuh karena cahaya matahari pun belum terlihat.

Jen kembali membongkar – bongkar lemarinya lalu menjawabku. "Aku harus bersiap – siap. Kemarin sudah kubilangkan, wanita Starlight harus bangun pagi untuk mengurus hal – hal rumah tangga."

"Kalau begitu aku juga ikut." Aku menjatuhkan kakiku hingga menyentuh lantai lalu berdiri.

Jen menatapku lalu menggeleng – gelengkan kepalanya. "Tidak , tidak. Kau ini Tuan Putri, mana boleh kerja seperti itu."

Aku menatapnya dengan tajam lalu berkata. "Sudah kubilangkan aku tidak terbiasa di perlakukan ala Tuan Putri dan lagi aku ini lumayan jago urusan rumah tangga loh." Aku tersenyum kemudian dia hanya menghela napas dan ikut – ikutan tersenyum.

"Baiklah kalau kau memaksa. Mandilah dulu, akan kusiapkan pakaian ganti untukmu."

Aku segera mengangguk lalu keluar dan mengarah ke kamar mandi.

Yang paling pertama kulakukan adalah berkaca dan aku tidak terkejut saat mendapati mataku bengkak. Yah, aku bisa berbohong soal itu.

Aku menggosok gigiku lalu melepas plester yang berada di pipi kiriku. Tanpa diragukan lagi, luka yang kemarin sudah sembuh total, benar – benar tidak berbekas sama sekali.

Aku lalu mencuci wajahku dan mandi dengan cepat seolah – olah aku terlambat ke sekolah. Begitu selesai aku langsung mengenakan pakaian yang telah disediakan oleh Jen dan mengeringkan rambut pirangku yang panjang. Agak lama juga mengeringkannya tapi aku benar – benar menyukai rambut pirangku.

Setelah selesai, aku keluar dan pergi ke kamar Jen tapi dia sudah tidak ada di sana.

"Ke mana dia?" gumamku.

Aku pergi ke ruang tamu tapi Jen juga tidak ada.

Tiba – tiba dari arah dapur aku mendengar suara jadi aku mengarahkan tubuhku ke sana. Aku dapat mencium aroma makanan saat berada dekat dengan dapur.

"Kau sudah selesai?" tanya Jen saat dia melihatku melangkah masuk ke dapur.

Aku mengangguk lalu menyapa orang – orang yang berada di dalam dapur itu termasuk ibu Jen yang tampaknya berperan sebagai komandan di sana.

"Ada yang bisa kubantu?" tanyaku.

Jen tampaknya berpikir sejenak lalu berkata. "Pekerjaan di sini sebenarnya sudah hampir selesai. Bagaimana kalau kau membantuku?"

Aku menginyakannya dengan antusias kemudian kami berdua pamit kepada ibu Jen lalu keluar.

Begitu keluar dari rumah, aku terkejut karena ternyata di luar banyak sekali orang dan semuanya perempuan. Baik dewasa maupun anak – anak saling bahu membahu mengerjakan pekerjaan mereka. Sangat kontras dengan pemandangan tadi malam di mana kota dipenuhi oleh pria.

LEGEND OF ASWALD - Quarter 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang