*Elysia's POV
Suara langkah kaki membangunkanku. Aku duduk di kasur dengan perlahan agar badanku yang masih agak sakit ini tidak protes.
Ketukan pelan terdengar di pintuku dan dilanjutkan oleh suara seorang pemuda. "Elysia, kau sudah bangun?"
Aku menggumamkan kata ia dengan cukup keras agar Kevin bisa mendengar suaraku. Lalu Kevin kembali berbicara. "Baiklah, kalau begitu kau siap – siap dulu. Aku akan menunggumu di luar."
Aku segera turun dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Setelah membasahi wajahku aku langsung menyikat gigiku.
Sudah 20 hari aku menjalani Training dari anggota Shadow. Walaupun tubuhku sakit semua tapi aku harus bertahan seperti Rin. Sampai terakhir Rin masih berjuang sekuat tenaga, karena itu aku juga harus berusaha.
Tapi untuk hari ini aku dan Rin tidak melakukan Training lagi. Justru hari ini adalah hari yang sangat mendebarkan bagiku karena hari ini aku dan Rin akan mendapatkan Destiny Weapon kami.
Pastinya akan sulit bagiku dan Rin yang masih belum tahu apa – apa ini karena biar bagaimana pun kami berdua sudah lama tidak ke Aswald. Butuh waktu yang lama untuk mengganti waktu yang telah hilang itu.
Aku menanggalkan pakaianku dan memperhatikan Identify Mark yang berada di lengan kananku.
Identify Mark adalah tanda penghubung antara Master dan Partnernya.
Sebenarnya bentuk dari Identify Mark berbeda untuk setiap orang. Dan bukan hanya bentuk, tempatnya pun berbeda. Bagi yang memiliki Identify Mark dengan bentuk dan tempat yang sama maka mereka akan terhubung satu sama lain. Lalu untuk mengetahui siapa Master dan Partner akan lebih mudah lagi karena setiap Partner akan mendapatkan Identify Marknya saat berusia 16 tahun sedangkan Master akan mendapat Identify Marknya saat bersentuhan langsung dengan Partner mereka.
Setelah mengenakan pakaian resmi Shadow beserta dengan jubahnya aku segera keluar dan menemui Kevin. Dia juga menggunakan seragam resmi Shadow. Dia melipatkan kedua tangannya di depan dadanya dan bersandar di dinding.
Seragam resmi Shadow adalah baju hitam lengan panjang dan menggunakan sarung tangan yang tidak menutupi jari. Walaupun kita seharusnya memakainya di kedua tangan kita tapi Ketua sendiri hanya mengenakannya di tangan kanannya. Kevin menggunakan celana panjang hitam dan jubah panjang berwarna hitam.
Aku menatapnya untuk beberapa saat. Terkesima oleh wajah dan tubuhnya yang jauh berbeda dari yang kuingat dulu. Rambutnya yang unik itu menarik sekali.
"Ada apa Elysia?" Dia menatapku dengan mata ungunya.
Aku menggeleng dan kami segera berjalan menyusuri lorong – lorong Headquarter Shadow.
Kalau jalan dari kamarku ke ruangan Top Devision aku ingat tapi jalan yang kami lalui kali ini berbeda. Jalannya panjang dan menurun.
"Kita akan ke mana?" tanyaku pada Kevin yang berada dihadapanku.
"Ke ruangan bawah tanah DW." Katanya.
"DW?"
"Oh, itu singkatan dari Destiny Weapon. Headquarter Shadow punya banyak ruang bawah tanah dan setiap level beda fungsinya. Untuk ruang bawah tanah DW itu berada di level kedua paling bawah."
Aku pun diam dan kami masih belum sampai juga. Setelah naik lift yang sangat cepat akhirnya kami sampai di ruangan yang agak gelap dan sedikit pengap. Kevin segera menuntunku dan kami melewati pintu yang terbuka secara otomatis.
Aku terkesima karena dibalik pintu itu ternyata udaranya dingin. Saking dinginnya sampai ada uap yang keluar saat aku menghembuskan napasku.
Ruangan itu diterangi oleh lampu atau lebih tepatnya api berwarna biru yang membuat suasana ruangannya menjadi lebih dingin dan mencekam.
Setelah melewati beberapa belokan, kami sampai pada suatu ruangan raksasa dan telah hadir para anggota Top Devision ditambah dengan Rin dan Rheel.
Aku menyapa Rheel dan Rin lalu mengamati para Top Devision yang berada beberapa anak tangga di atas kami. Para anggota Top Devision juga Rin dan Rheel menggunakan pakaian yang sama denganku dan Kevin. Kalau perempuan pakaiannya sama tapi celananya pendek.
Sebenarnya mereka selalu menggunakan pakaian ini hanya saja mereka tidak menggunakan jubah seperti sekarang.
Tampaknya jubah menandakan tanda kalau sedang diadakan acara resmi. Dan lagi, di jubah mereka ada garis abu – abu di ujung – ujung jubahnya. Sedangkan punyaku, Kevin, Rheel dan Rin tidak ada. Hanya hitam polos.
Cuma Ketua yang menggunakan pakaian yang berbeda dari yang lain walau terlihat agak mirip sih. Dia juga tidak mengenakan jubah. Tapi dia tetap memakai sarung tangan di tangan kanannya dan tidak di tangan kirinya.
Aku dan Kevin memberikan salam kepada Ketua dan para anggota Top Devision yang lain.
"Baiklah, kini Elysia dan Kevin sudah ada. Mari kita mulai upacara pengambilan Destiny Weapon."
Karen dan Claude segera menarik kain yang menutupi sebuah pintu batu yang besar. Mereka mendorong pintu itu dan dengan bunyi derit yang keras pintu batu itu terbuka dan menunjukkan ruangan dengan kegelapan yang menganga.
Aku menelan ludahku dan suara Ketua terdengar lagi."Rheel, Kevin. Tunjukkan Destiny Weapon kalian."
Rheel segera menarik pedang hitamnya dan meletakkannya di atas kedua telapak tangannya. Sedangkan Kevin menarik sarung tangannya yang berwarna hitam dari kedua tangannya dan meletakkannya di kedua telapak tangannya.
Tiba – tiba kedua benda itu bergetar dan bercahaya sedikit kemudian bergetar dengan pelan lagi.
Aku dan Rin mengamati mereka berdua beserta dengan DW mereka sebelum Ketua melanjutkan lagi. "Saat kalian masuk ke dalam ruangan itu maka kalian akan bertemu dengan Destiny Weapon kalian. Senjata yang hanya ada untuk kalian seorang saja. Ikutiah arah rantai yang berada di dalam dan kalian akan menemukan Destiny Weapon kalian. Dimulai dari Rin."
Rin terkejut saat namanya dipanggil tapi dia segera tersenyum padaku dan berjalan ke arah pintu itu. Sesampainya dihadapan ruangan gelap itu, Karen dan Claude menyemangatinya dan tanpa basa – basi dia melangkah masuk dan pintunya tertutup dengan suara bedebum yang menyeramkan.
Kami diam beberapa saat dan deg – degan menunggu Rin keluar dari ruangan itu. Mungkin sekitar 3 menit belum ada tanda – tanda dari Rin tapi yang lainnya tidak terlihat panik jadi aku pikir hal itu biasa saja.
Kira – kira 2 menit berlalu lagi tapi tidak ada gerakan sedikit pun dari dalam. Rheel kali ini mulai terlihat keheranan sedangkan Karen dan Claude mulai saling bertatapan. Tapi tiba – tiba pedang Rheel bergetar hebat dan bercahaya lalu dengan keras pintunya terbuka−kembali memperlihatkan kegelapan kelam yang menganga lebar.
Kami menunggu Rin keluar dari ruangan itu tapi selang beberapa detik tidak ada pergerakan dari dalam.
Kini aku melihat Karen dan Claude yang bahkan berdiri dihadapan ruangan gelap itu−menunggu Rin untuk keluar.
"Aneh." Gumam Ketua. "Seharusnya dia keluar saat pintunya terbuka."
Rheel berjalan maju beberapa langkah tapi Ketua menghentikannya. "Kita harus menunggunya untuk keluar sendiri. Jangan mengacaukan upacara ini."
Kami semua menunggu. Was – was apa yang terjadi di dalam.
Apa yang sebenarnya terjadi Rin?
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGEND OF ASWALD - Quarter 0
Fantasy[ BOOK 2 : COMPLETE ] Rin akhirnya kembali ke dunianya-dunia aslinya. Kini dia harus menjalani hidupnya sebagai Rin Luinne-penerus Kerajaan Luinne. Tidak hanya itu, dia juga harus masuk ke salah satu organisasi yang ada di Aswald. Petualangan yang...